Kamis, 04 Juni 2009

MEMAHAMI WANITA (5)









(Sambungan dari 4)


1. Cintailah orang-orang yang dicintainya

Itu bentuk perhatian kita terhadapnya. Baginya, kalau kita mencintai mereka maka kita pun harus mencintai lingkungannya, keluarganya, binatang peliharaannya bahkan sahabat-sahabatnya.

Ingat, dalam bahasa mereka tidak ada kata “aku dan kamu”. Mereka hanya mengenal kata “kami”.

2. Seringlah mencurahkan isi hati kepadanya

Mereka senang bicara sekaligus mendengarkan. Curahkan segala isi hati kepadanya. Jangan mengurung diri dalam goa kesendirian ketika hidup bersama mereka. Kebersamaan adalah jiwa mereka. Ketika kita melibatkannya dalam masalah kita, mereka merasa menjadi bagian dari diri kita.

Belajarlah wahai lelaki! Walau kita diajarkan sebagai lelaki untuk menyelesaikan masalah sendiri!

3. Hati-hati dengan wanita yang tidak menunjukkan perasaan apapun pada semua tingkah kita.

Kata orang, komunikasi itu penting dalam menjalin sebuah hubungan. Itu benar!!! Dan benar-benar penting menjalin komunikasi yang lancar dalam membina atau memulai sebuah hubungan. Tapi tahukah kita bahwa terkadang komunikasi yang tujuan untuk membina hubungan saling percaya atau terbuka malah bisa menjadi bumerang bagi seseorang yang akan atau sedang menjalin sebuah hubungan.

Komunikasi yang bermasalah sering terjadi dalam membina hubungan antara pria dan wanita karena pada hakekatnya, cara atau metode yang dipakai oleh dua jenis kelamin ini sangatlah berbeda. Namun sering kali tidak menyadarinya!

Wanita pada dasarnya menginginkan sebuah keterbukaan dalam segala hal. Pada umumnya, kepercayaan atau hubungan yang sehat, bagi perempuan artinya adalah saling membicarakan segala hal dengan pasangannya. Terdidik dalam sebuah komunitas yang berbagi dalam berbagai hal dengan sesama wanita, cara komunikasi itupun dibawanya ketika sedang menjalin hubungan dengan pria. Padahal pria memiliki metode yang berbeda.

Pria cenderung mengkomunikasikan sesuatu yang memang harus dikomunikasikan. Pria cenderung menutup hal-hal yang dianggapnya sangat pribadi. Bahkan pria cenderung menyimpan masalahnya sendiri sampai dirinya mampu menyelesaikannya sendiri. Bagi pria menyelesaikan masalahnya secara pribadi sangatlah mempengaruhi jatidirinya dalam kehidupan sosial. Terbiasa dengan persaingan dan tindakan yang efektif, itupun terbawa ketika sedang atau akan menjallin sebuah hubungan.

Jadi, yang terpenting dalam sebuah hubungan, bukan saja komunikasi tapi metode atau cara membina komunikasi itu jauh lebih penting.

Ketika seorang perempuan melihat teman prianya diam, maka adalah sebuah kewajaran untuk menanyakannya. Baginya masalah pasangannya adalah masalahnya juga yang “wajib” dibagi dan dirasakan bersama. Padahal mungkin pada saat itu si pria justru sedang mengendapkan pikirannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena perbedaan karakteristik ini, bila tidak dipahami olehkedua belah pihak maka akan menjadi masalah.

Pria dapat membicarakannya ketika sang wanita menanyakannya secara garis besar, lalu meminta pada teman wanitanya untuk memberinya kesempatan tidak membahasnya lebihjauh. Begitu juga wanita, tidak harus sang pria langsung mebeberkan masalahnya secara rinci karena pada waktunya, pria akan terbuka mebeberkan masalahnya ketika pria menganggap bahwa dia sudah dapat menyelesaikannya sendiri.

Bahkan sering pria baru membicarakan bahwa dia mempunyai masalah justru ketika masalah itu telah lama terjadi. Ini membutuhkan cara yangtepat untuk menjelaskannya kepada wanita, karena wanita akan merasa tidak dipercaya, tidak dihargai atau tidak diperlukan ketika pasangannya mempunyai masalah namun tidak membicarakannya bersama. Mereka akan sangat senang bila dalam komunikasinya dengan pria, sang pria terbuka, rinci dan penuh emosi mengungkapkan masalahnya kepadanya.

Wahai kaum pria…buatlah sebuah komunikasi yang terencana dan sistematis dalam beberapa hal untuk dibicarakan dengan pasangan anda! Pilihlah tema atau permasalahan yang sekiranya memang bisa mellibatkan mereka. Hargailah mereka dengan melibatkannya secara emosi. Namun hati-hati…wanita cenderung akan menanggapi masalah yang kita hadapi dengan jiwa dan raga mereka. Apabila dalam masalah yang kita hadapi ada pihak ketiga, biasanya wanita akan mengingat itu dan akan jauh lebih “mendendam” ketimbang kita yang terlibat masalah secara langsung. Misalnya tentang adanya gossip yang dibuat oleh si A di lingkungan kerja anda yang mengatakan bahwa anda korupsi dan mempergunakan fasilitas tempat kerja untuk kepentingan pribadi. Mungkin anda menganggap hal itu sebagai masalah biasa di dunia kerja dan anda akan cepat melupakannya ketika masalah itu berlalu. Tapi tidak demikian dengan wanita, dia akan mengingat nama si A itu dan akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap si A ketika mereka bertemu. Bahkan tidak mungkin perilaku dan tindak-tanduk si A menjadi pusat perhatiannya dikemudian hari.

“kenapa sih kamu mau kerjasama ama dia, padahal dia khan udah nyakitin kamu. Gimana sih kamu, minta dong ama bos kamu supaya ngga disatuan mengerjakan proyek itu”. Mungkin itu yang akan menjadi komentar mereka ketika suatu saat anda menceritakan sebuah proyek yang meibatkan si A di lain waktu.

Jangan marah, wanita hanya menunjukkan kepedulian mereka melebihi yang kita duga. Walaupun kita heran dengan daya ingat mereka, percayalah itu bukti bahwa mereka memang peduli kepada kita.

Jangan marah ketika mereka juga menanyakan sesuatu yang sekiranya harus mereka ketahui justru pada saat kita tidak sedang ingin membahasnya. Misalnya pada saat kita akan makan bersama di sebuah restoran, tiba-tiba menanyakan kelanjutan permasalahan anda di kantor atau disekolah. Bagi pria ini membuat suasana menjadi “gerah”, tapi bagi mereka itu adalah saat anda mau berbagi dengannya.

Cara mengatasinya adalah dengan menggunakan komunikasi yang bersifat persuasif. Jangan segera mengalihkan pembicaraan atau menolak membicarakannya. Jawab seadanya dan seperlunya lalu minta nasehatnya dengan sabar. Karena bila wanita sudah merasa dirinya mampu memberikan andil dalam membantu permasalahan anda, mereka akan dengan sendirinya mengalihkan perhatiannya.

4. Masuki dunianya, terlibat dan hidup didalamnya.

Apa maksud memasuki dunianya? Kan kita hidup di dunia yang sama. Di bumi yang sama dan di alam yang sama. Emang kita pacaran ama makhluk halus?

Pernahkah kamu mengikuti kegiatannya yang bernuansa feminin? Misalnya ikut kegiatannya lomba memasak? Atau terlibat dalam kegiatannya di panti sosial? Atau nimbrung bergosip membicarakan trend fashion yang lagi ramai dibicarakan wanita? Atau bahkan memberikan komentar atas opininya tentang poligami yang dilakukan pria?

Rasanya berat bagi kita kaum pria untuk bisa sepenuhnya memasuki “dunia” mereka. Kita terlalu menjaga jarak dengan “dunia” mereka dan lebih menonjolkan dunia maskulin kita dengan harapan ada penghormatan dari wanita. Kalau kita memang pria! Padahal pembuktian hanya dilakukan oleh orang yang merasa ragu dengan jatidirinya. Kalau kamu sudah merasa menjadi pria, kenapa harus membuktikannya lagi padanya kalau kita ini pria? Jadilah pendampingnya untuk melaksanakan kesenangannya. Jadilah benar-benar orang yang bisa memahami “dunianya”.

Bayangkan, ketika mereka sedang praktek resep masakan yang baru diterima dari neneknya! Lalu kita membantu mengocok terigu dengan telor disampingnya. Apa yang wanita akan lakukan? Dia akan meremas terigu itu dan dioleskannya kewajah kita. Bagi mereka, kehadiranmu bukanlah sebagai koki handal yang bisa dia andalkan, tapi tak lebih sebagai hiburan mereka. Wanita tidak akan berharap pria menjadi “wanita” hanya karena sering bersamanya di dunia “Wanita”, tapi hanya peneguh yang memastikan kamu ada disisinya, di “dunia gelap” sekalipun.

Pengorbanan, sekali lagi…pengorbanan….!!

Bacalah koran, tabloid atau majalah yang menjadi kesenangannya. Sisihkan dulu kesenanganmu akan berita olahraga, politik atau perang! Tontonlah perang drama percintaan ketika nonton bersamanya! Lupakan sejenak film komedi atau film horor yang selama ini kamu gandrungi. Dan nikmatilah….!

Untuk mengetahui “dunia” mereka, kita tidak bisa membacanya dari koran olah raga atau film perang Vietnam atau horor. Untuk memahami dunia mereka kita tidak bisa membicarakannya dengan sesama pria. Kita harus masuk kedalamnya! Camkan itu…!


5. Hindari mengatakan “tapi”

Dalam komunikasi dengan siapapun, kata “tapi” sering menjadi maslah yang tidak pernah disadari oleh komunikator maupun komunikan. Kata ”tapi” telah sedemikian merasuknya pada setiap kalimat kita sebagai kata sambung. Padahal dalam seni komunikasi, kata “tapi” adalah salah satu kata yang harus dihilangkan dan segera ganti dengan kata “dan” sebagai kata sambung.

“kamu cantik sekali pakai baju itu, tapi…….”

“tapi” adalah kata sambung yang akan melawankan kata sesudahnya dengan kata sebelumnya. Kalimat pertama yang positif akan segera berubah menjadi kalimat negatif ketika disambungkan dengan kata “tapi”. “kamu cantik sekali pakai baju itu, tapi kayanya sepatu yang kamu pakai ngga nyambung deh…”. Nah lho…!

Cobalah untuk membiasakan diri menggantikan kata sambung “tapi” dengan “dan”. “dan” akan memberikan citra seimbang antara kalimat sebelum dan sesudahnya. “kamu cantik sekali pakai baju itu, dan kayanya akan lebih cantik bila kamu memakai sepatu merah deh…”.

Maksud dan tujuan dari kedua contoh kalimat tadi sama, namun citra atau kesan yang muncul akan berbeda. Mungkin menurut kita, para kaum pria menganggap hal itu sepele, namun bagi wanita itu sangat penting dan menentukan harga dirinya di depan anda. Mulailah dengan hal yang kecil bro….!

Namun harus kita ingat, “tapi” hanyalah contoh kecil dari kesalahan komunikasi yang sering kita lakukan. Pada skala lebih luas, ada yang jauh lebih rawan yaitu kerancuan antara apa yang kita katakan dengan bahasa tubuh yang kita perlihatkan.

“ngga ah…kamu kelihatan centik kok ama baju itu…bener….!” ( dengan dahi berkerut dan memandang heran kearahnya). Atau “ iya ceritakan aja masalah kamu….aku dengerin kok” ( dengan mata melihat ke langit atau mata jungkir balik melihat orang yang lalu lalang).

Tidak ada komentar:

Laman