Sabtu, 20 Juni 2009

Cinta Dan Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda

abstrak : ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya.

Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut

tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau

cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan

karena ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di

tepi pantai dan mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin

naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.

”Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.

”Aduh! Maaf, Cinta!” kata Kekayaan.

“Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu

serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di

perahuku ini”.

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali,

namun dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.

“Kegembiraan! Tolong aku!”, teriak Cinta.

Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga

ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin

panik. Tak lama lewatlah Kecantikan.

“Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!”, teriak Cinta

“Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti

kamu mengotori perahuku yang indah ini”, sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu

lewatlah Kesedihan.

”Oh, Kesedihan. Bawalah aku bersamamu”, kata Cinta.

”Maaf Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja...” kata

Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air semakin naik dan akan

menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara.

”Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!”

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan

perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air

menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui

siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya

kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

”Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu” kata orang itu.

”Tapi mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan temanteman

yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran.

”Sebab” kata orang itu

”Hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu...”

Tidak ada komentar:

Laman