Minggu, 21 Desember 2008

BUDDHA, PENCERAHAN DAN KESADARAN EKSISTENSI

(Setelah membaca biografi Buddha, 26 Januari 2008)

Syukurlah…ajaran Buddha sangat sedikit sekali membahas dewa. Tetapi yang lainnya, seperti reinkarnasi, penderitaan, 8 ajaran kebenaran, filsafat tentang hidup dan kematian, semuanya sangat mudah saya pahami dan cukup memberikan kecerahan bagi kesadaran saya akan makna keberadaan manusia dan dunia ini.
Manusia lahir sebagai suratan takdir dari yang Kuasa adalah suatu kemutlakan dan memang telah terjadi. Kita tidak bias ikut campur dalam hal ini. Juga kematian ! Sama halnya dengan kelahiran alam semesta, tumbuhan dan binatang, manusia tidak mampu berbuat lain di luar takdir yang telah diguratkan. Apa yang terjadi pada kita hakekatnya adalah sama dengan lahir dan matinya alam semesta. Lahir, hidup untuk mati.
Adalah suatu kesombongan yang sia-sia ketika manusia menganggap bahwa manusia merasa lebih unggul dari makhluk lainnya. Manusia tidak lebih dari satu aksesoris alam raya yang diberi kemampuan untuk merasakan keberadaan dirinya, sementara binatang hanya dituntun oleh insting dan naluri ke-ilahi-an dalam menjalani hidup. Tapi apakah kesadaran akan eksistensi ini adalah suatu keunggulan atau justru sebagai awal dari penderitaan dan kelemahan manusia itu sendiri ?
Dengan keberadaan yang penuh kesadaran, manusia dituntut berpikir untuk apa hidup? Mengapa harus mati? Begitu banyak manusia yang justru tidak mengetahui mengapa dia hidup dan untuk apa dia hidup. Begitu banyak manusia yang takut menyongsong tua dan kematian. Ketakutan kematian dan ketidaktahuannya akan alam setelah kematian kemudian melahirkan agama, kepercayaan, ritual dan filsafat yang tidak pernah mampu menjawab dan menghapuskan ketakutan demi ketakutan akan kematian dan konsekuensinya. Bahkan tidak kurang agama, kepercayaan, ritual dan filsafat justru menjadi sumber masalah bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kelahiran dan kehidupan ini memang suatu penderitaan tersendiri. Mungkin kalau diberi pilihan untuk memilih dilahirkan atau tidak, banyak jiwa yang menolak untuk dilahirkan. Begitu banyak penderitaan dan hukuman yang harus dijalani. Jangankan untuk menghadapi kematian, bahkan menjalani kehidupan nyata pun adalah suatu neraka yang harus dijalani. Kelaparan, peperangan, pengangguran, tua, berpikir tentang kematian,pekerjaan, masalah keluarga, politik, gengsi, status sosial dan lainnya adalah neraka yang sebenarnya.
Hidup harus dijalani. Tugas manusia hidup adalah menjalaninya dengan kebaikan dan kebenaran. Itulah eksistensi manusia yang paling hakiki. Begitu juga hewan yang menjalani kehidupan menurut garis takdirnya sendiri. Bagaimana hewan menjadi buruan manusia dan menjadi bahan makanan makhluk lainnya tanpa berhenti sebagai aksi ketidaksetujuan terhadap takdir Tuhan. Bagaimana tumbuhan terus berkembang untuk menyeimbangkan kehidupan alam tanpa meminta balasan dari makhluk lainnya. Bagaimana sungai terus mengalir tanpa protes kepada Tuhan mengapa dirinya harus mengalir. Bagaimana Kupu-Kupu terus terbang dan menyebarkan kehidupan bagi tumbuhan lainnya tanpa berharap akan menjadi Tuan dari hasil kerjanya.
Sekali lagi…tugas manusia adalah mengisi hidupnya untuk berbuat sama dengan isi alam semesta. Berputar pada porosnya, berotasi pada takdir dan berevolusi pada titik Tuhannya. Memberi adalah salah satu jalan yang harus dan wajib dilaksanakan bagi kelangsungan kehidupan ini. Meminta dan memelas apalagi memaksa kehendak adalah suatu perbuatan yang menyalahi takdir keberadaannya di dunia. Begitu banyak peristiwa, kejadian, bencana dan tragedy lahir dari hasil melawan dan menyalahi takdir. Begitu banyak kehancuran yang dihasilkan manusia yang mencoba keluar dari tuntutan Tuhan.
Ah…begitu banyak dan panjang bicara tentang manusia dan kemanusiaan. Mari kita kembali kepertanyaan awal! Dari mana manusia lahir? Untuk apa? Harus bagaimana? Mau kemana? Dimana tempat Tuhan bagi manusia?

DARI MANA MANUSIA?
Mengapa kita menghabiskan hidup kita untuk bertanya dari mana manusia lahir? Dari mana awal kehidupan alam semesta? Pernahkah kupu-kupu bertanya seperti apa kehidupannya ketika menjadi ulat? Kupu-kupu hanya menjalani takdirnya sebagai perantara tumbuhan dalam berkembang. Kupu-kupu begitu menikmati takdirnya dalam tataran dan tuntunan Ilahi.
Seandainya dengan mengetahui asal muasal kehidupan dan manusia menjadi lebih bijaksana, maka itu menjadi sangat penting. Tapi apa yang terjadi dengan agama yang sudah mencoba menjelaskan semua itu? Bagaimana dengan filsafat yang mencoba merenungkan semua itu? Apakah cukup membuat manusia menjadi bijaksana?
Dari mana kita hidp sama konyolnya dengan kemana kita setelah mati. Ada kesia-siaan kita dalam membahasnya. Tak ada manfaatnya kita mempermasalahkan dari mana asal muasal makhluk hidup. Yang pasti kita sekarang telah hidup. Harus menjalani hidup atau…berhenti untuk hidup…
Mati? Bunuh diri? Apakah itu penyelesaian? sementara kita tidak tahu apakah masalah akan selesai dengan mati? Bagaimana bila kehidupan berawal lagi ketika mati menjadi akhir!

MENGAPA HARUS HIDUP?
Landasan awal pandangan Buddha adalah penderitaan. Bagi Sang Buddha, hidup ini, tahapan kehidupan adalah penderitaan. Kelahiran kembali, penyakit, tua dan kematian adalah penderitaan. Oleh karena itu inti ajarannya adalah bagaimana mengatasi penderitaan itu. Salah satu sumber penderitaan adalah keinginan…
Berbagai keinginan dan kepenasaran manusia yang terjadi akibat rangsangan akal, nafsu dan indera telah cukup membuat manusia menderita. Berapa biaya yang banyak dikeluarkan untuk membeli kebahagiaan, berapa banyak waktu kita buang untuk kita gadaikan demi kebahagiaan tapi berapa besar kebahagiaan yang kita dapat sama sekali tidak seimbang dengan pengorbanan yang kita peroleh. Kebahagiaan yang kita cari selama ini adalah semu, materi, fisik dan sementara.
Kalau hidup ini penderitaan, lantas mengapa kita harus hidup? Penderitaan adalah landasan dasar manusia hidup. Rasanya kebahagiaan yang kita raih hanyalah selingan sementara diantara penderitaan berkepanjangan.
Tugas manusia adalah mengatasi penderitaan itu. Itu ajaran Buddha.
Ah…untungnya Islam yang saya anut tidak se-pesimis itu menggambarkan kehidupan. Hidup adalah anugrah. Hidup adalah sesuatu yang harus disyukuri. Itu saja. Dengan apa? Mencari kebahagiaan sejati dan hakiki. Apa itu?
Pernahkah kita berfikir bahwa alam ini diciptakan adalah sejajar dalam keharmonisan dengan saling memberi. Kita mengenal siklus alam, rantai makanan dan pasangan.
Bagi Buddha, kebahagiaan sejati adalah apabila kita hidup sesuai dengan hukum alam, aliran siklus alam, memberi dan tidak berbuat jahat.
UNTUK APA?
Bahagia? Apa itu bahagia? Adakah kebahagiaan itu sekarang. Selama ini kita selalu dininabobokan dengan kebahagiaan nanti, di alam sana, syorga, nirwana, sworgaloka dan lain sebagainya. Padahal sebagai manusia kita ingin bahagia sekarang, disini, selamanya. Bisakah kita bahagia sekarang dalam waktu lama atau selamanya?
Menurut Buddha dengan menekan keinginan yang buas dan serakah lalu mengikuti hukum alam dengan cara saling memberi, maka kita akan bahagia. Bagaimana matahari memberi sinarnya, bagaimana bulan membagi kehangatannya, bagaimana hewan menyerahkan hidupnya bagi manusia, bagaimana tumbuhan memberi keteduhan bagi alam, bagaimana sungai mengalir menurut aturan alam, bagaimana awan senantiasa berubah dan memberi hujan. Itulah kebahagiaan.
Kebahagiaan akan sirna bila kita justru menentang hukum alam untuk saling memberi dengan hasrat untuk meminta bahkan memaksa. Ketika manusia terus menuntut dan meminta maka jiwanya akan terus di dera derita karena sebenarnya, nafsu dan keinginan laksana minum air laut pada saat haus.
Namun…ketika kita memberi, maka hati kita akan tentram. Mengapa? Sebenarnya alam memang diciptakan dengan saling men-transformasi energi kepada pihak lain dengan memberi sesuatu yang kita punya kepada orang lain. Dalam Islam bahkan memberi sesuatu yang kita sukai akan lebih bermanfaat dan berpahala. Mengapa? Karena barang yang kita sukai memiliki getaran energi positif kita yang dapat berpindah kepada orang lain.

HARUS BAGAIMANA?
Terus bagaimana caranya kita membiasakan untuk memberi? Satu cara yaitu menekan keinginan kita yang terus menghantui dan menggerogoti hati kita dengan keserakahan.

MAU KEMANA?

SIAPA, MENGAPA,DIMANA TUHAN BAGI MANUSIA?

SAATNYA SAYA MENJADI GOLPUT

Dalam pemilu yang dimaksud dengan golput adalah orang atau kelompok yang dengan penuh kesadaran tidak ikut menentukan pilihan dan tidak mau terlibat dalam kegiatan pemilu baik secara langsung maupuan tidak langsung karena alasan tertentu yang menyebabkan orang atau kelompok tersebut merasa tidak perlu berpartisipasi dalam semua kegiatan dan tahapan pemilu. Jadi kalau ada orang yang tidak memilih karena sedang pergi, ada acara keluarga, tidak tercatat sebagai pemilih atau lupa karena ketiduran, itu bukan golput.
Nah, rasanya sekarang waktunya bagi saya menjadi golput. Tiga kali saya mengikuti pemilihan umum dan mengurungkan niat menjadi golput dengan harapan adanya perubahan, adanya perbaikan dan adanya semangat dari semua elemen negara untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Ternyata……semua hanya impian belaka! Korupsi terus terjadi dan semakin menggila, kekacauan keamanan lokal maupun nasional lebih sering terjadi, penegakan hukum hanya ilusi, kelangkaan sembako menjadi berita tiap hari. Dan yang paling jelas terlihat adalah semakin telanjangnya para politikus kita dalam menghalalkan segala tujuan untuk meraih tujuan sendiri, tujuan jangka pendek dan tujuan kelompoknya semata.
Sekarang semua semakin nampak bagi saya kebobrokan pelaku pemerintahan dan semakin banyak pula alasan bagi saya untuk menjadi golput.
Dulu saya beranggapan, dengan pemilu yang jurdil negara ini dapat menentukan pemimpin negara yang lebih baik. Tapi ternyata sulit sekali. Masyarakat kita semakin terjebak pada figur dan romantisme masa lalu ketimbang memperbaiki sistem kenegaraan yang lebih baik. Perubahan pucuk pimpinan tidak diikuti oleh perbaikan sistem korup dan perbaikan birokrasi yang amburadul. Sehingga apapun kebijakan pemerintah, semuanya hanya sampai tingkat wacana,
Dulu saya mengira, dengan ikut pemilu, minimal saya dapat memilih kandidat pemimpin yang terbaik dari yang buruk. Tapi ternyata semuanya telah membusuk. Pemimpin yang muncul pada tataran nasional maupun lokal adalah produk masa lalu dan kalupun ada yang baru, semuanya terjadi secara instan karena ketenaran maupun koneksi.
Dari semua pemilu, yang keluar hanyalah omong kosong tapi ironisnya masyarakat kita belum cerdas untuk bisa memilih mana yang omong kosong dan mana yang benar. Bagaimana kita tidak bereaksi ketika Prabowo mengindikasikan akan mencalonkan diri menjadi presiden. Dia, yang pernah menjadi tersangka kasus penculikan dan pelanggaran hak asasi, kabur ke Jordan dan menetap disana. Lalu pulang ketika semua masalah telah ditutup (ditutup-tutupi) dan seolah menjadi pahlawan dengan mengambil romantika masa lalu dan menjanjikan perubahan. Begitu juga dengan Megawati yang seharusnya sadar bahwa dirinya tidak lebih dari boneka yang dimainkan orang lain dibelakangnya karena membawa nama besar Soekarno. Juga SBY yang telah terbukti secara nyata di masyarakat tidak bisa mengambil langkah-langkah yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat karena harus berbagi kekuasaan dengan banyak partai pendukungnya. Walau berdalih dibalik angka statistik dan laporan BPS yang mengindikasikan adanya perbaikan, tapi dalam kenyataannya, rakyat jelata tidak merasakan itu. Minyak tetap mahal dan langka. Elpiji yang ditawarkan menjadi solusi tetap hilang dipasaran bahkan dinaikan harganya. Sumber daya alam tetap di lego ke negara asing. Korupsi tetap terjadi dilingkaran pejabat tinggi. Dan berbagai tindakan bodoh yang dilakukan staffnya lebih sering terjadi di pemerintahannya.
Jadi, kepercayaan saya secara pribadi telah hilang…entah yang lain. Masyarakat yang masih menggantungkan nasibnya pada harapan dan mimpi. Syukurlah rakyat kita masih memiliki mimpi dan harapan yang begitu panjang dan kekal, sehingga berjuta kali dibohongi dan dimanfaatkan, masih juga mau ikut pemilu.
Golput bukan kekuatan politik. Tapi gerakan moral. Dan tidak akan berpengaruh pada keberlangsungan pemilu secara nasional, tapi setidaknya dengan semakin besar pengikut golput maka akan semakin turun legitimasi pelaksanaan pemilu dan hasil yang dicapainya.
Golput bukan gerakan sia-sia dan mubadzir. Tapi memiliki tujuan yang mendasar, yaitu mencoba memperbaiki sistem yang buruk dengan tidak terlibat dalam sistem tersebut. Golput bergerak dalam diamnya. Golput berbicara dalam kebisuannya. Golput berharap dalam kehampaannya.
Tetap berharap…suatu saat Indonesia menjadi lebih baik. Taau setidaknya pemilu dapat melahirkan pemimpin yang lebih baik. Yang lahir dari kegelisahan rakyatnya.

Bandung, 5 September 2008

HITAM – PUTIH

Bandung, 24 oktober 2003

Dunia ini penuh warna, sehingga sangat naif kalau kita hanya memandang hidup ini dengan hitam putih. Banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui, sehingga sangat sulit memberikan pandangan yang benar-benar tepat dalam menyikapi hidup ini. Betapa banyak yang kita anggap benar ternyata tak lebih dari kebodohan belaka, dan banyak yang kita anggap salah ternyata tak lebih dari ketololan kita saja.
Pernahkah kita dulu menganggap kita yang paling benar lantas menganggap orang lain bodoh dan tolol, lantas seiring waktu ternyata kita mulai mendapatkan kenyataan bahwa orang lainlah yang benar dan kita malu untuk mengakuinya ? pernahkah kita mengalami kita merasa salah, namun kenyataannya tindakan kita justru yang menyelamatkan kita dari kecelakaan yang lebih tragis ? Pernahkah kita mengidolakan seseorang dan akhirnya kita kecewa karena ternyata orang tersebut tak lebih dari badut sejati ?Atau pernahkan kita membenci orang lain padahal hati kita kemudian menyadari bahwa orang tersebut adalah malaikat dalam hidup kita ?
Oh…..dunia…..dunia..tak ada yang bisa kita tahu tentang hidup ini kecuali kebodohan dan ketololan kita saja. Ternyata yang kita ketahui tentang kebenaran, kebaikan, kesejatian tak lebih dari apa yang kita alami, dan dengan modal itu saja kita selalu menganggap yang paling benar dan paling baik.
Padahal kalau kita mau mengakui sedikit saja kebodohan kita, maka kita akan melihat diri kita yang penuh dengan kekurangan dan kekhilafan . tak lebih baik dari orang lain, bahkan lebih buruk mungkin.
Saya tak mengajak semua orang untuk bersikap ragu, khawatir atau pesimis dengan kebenaran dan kebaikan sejati, tapi setidaknya saya mengajak untuk mencoba bersikap arif untuk menilai sesuatu atau seseorang. Janganlah kita cepat memvonis sesuatu hal apabila kita tidak memahami sesuatu tersebut dengan benar dan lengkap.
Kuncinya adalah mencoba selalu bersikap dan berprasangka baik pada segala hal dengan penuh kewaspadaan. Tak ada yang benar dan baik sejati kecuali Tuhan pemilik segala sesuatu. Janganlah kita merebut hak Tuhan, dengan mengklaim bahwa kita paling benar dan paling baik sehingga menganggap orang lain tak lebih dari seonggok daging tak berperasaan.

AKU YAKIN TUHAN ITU ADA

Pernah baca tulisan-tulisanku tentang Tuhan ? apa yang ada dalam benakmu setelah itu ? men-cap-ku sebagai nabi atau setan ? aku tak keberatan seandainya semua orang mencitrakan diriku dengan salah satu dari nabi atau setan. Yang pasti, keberadaan Tuhan bagiku adalah misteri yang mungkin tak akan pernah dapat aku singkap, walaupun dalam angan dan imaji.
Ada tulisanku yang seolah aku adalah fatalis, orang yang pasrah pada takdir dan guratan nasib yang katanya telah Dia gariskan untuk semua umat dan hamba-Nya. Terkadang pula aku menggugat keberadaannya sampai hampir-hampir aku menentang keberadaannya di alam semesta ini.
Ada tulisnku yang mengajak semua berpangkal dan berujung pada-Nya, mengabdi dan mengangkat nama-Nya tinggi-tinggi, tapi sering pula aku menganggap keberadaannya hanyalah sebatas khayalan umat menusia sebagai pelampiasan ketidakberdayaan menghadapi masalah-masalah kehidupan dan kematian.
Jangan heran, aku adalah manusia yang juga tak tahu apa-apa. Aku hanya ingin meyakini apa yang aku tahu. Aku hanya ingin menggugat keyakinanku untuk menjadi lebih yakin. Aku bukan Ibrahim yang berhasil menemukan Tuhannya dari perenungan yang mendalam. Aku adalah anak manusia yang ingin mencari-Nya dari dalam diriku, bukan di atas sana.
Kesimpulanku dari pengembaraan kecil hatiku berkeyakinan kalau Tuhan itu ada. Siapapun Dia, bentuk apapun Dia, dimanapun Dia, Dia memang ada. Dan itu adalah naluri manusia paling dalam. Sulit aku menguraikan keyakinanku dengan santun dan mudah dimengerti oleh orang lain.
Bagiku keberadaan Tuhan adalah jawaban akhir dari segala ketidakberdayaan manusia mengungkap kehidupan dan kematiannya.

Bandung, 10 Oktober 2004

"..."

Kekosongan…
Diatas, tak perlu atap untuk menudung kepala
Di bawah, tak perlu seinci tanah untuk menapak

Hati-hati…
Mereka yang tahu tidak bicara
Mereka yang bicara tidak tahu


Tao yang diucapkan bukanlah Tao yang sebenarnya
Ketika kau mampu membicarakan kebenaran maka yang kau katakan sudah buka lagi kebenaran

Ada sesuatu yang samar-samar sebelum bumi dan surga tercipta. Betapa tenangnya !betapa hampanya! Berdiri seniri, tidak berubah; berlaku dimana-mana, tidak pernah berhenti. Ia dapat dianggap sebagai ibu dari segalanya di bawah langit. Aku tidak tahu apa namanya, tetapi aku menyebutnya sebagai Tao.

Tao adalah sesuatu yang kabur dan terang.
Betapa kaburnya! Betapa tidak jelasnya!
Ya, meskipun ia telah menampakkan diri.
Betapa kaburnya! Betapa samarnya!
Ya, meskipun itu berupa benda-benda.
Betapa tidak terangnya! Betapa membingungkannya!
Ya, dalamnya adalah kekuatan jiwa.
Karena kekuatannya adalah kekuatan jiwa.
Karena kekuatan ini adalah yang paling benar,
Di dalamnya ada keperccayaan.

Prinsip tao adalah spontanitas

Benda-benda tercipta di sekeliling kita, tapi tak seorang pun tahu dari mana. Mereka ingin keluar, tapi tak seorangpun tahu pintu gerbangnya. Seluruh manusia dan seluruh nilai yang menjadi bagian dari pengetahuan telah diketahui. Mereka tidak tahu bagaimana mengambil manfaat dari Yang Tak Diketahui untuk mencapai pengetahuan. Bukankah ini sebuah ketersesatan.

Tao yang agung mengalir kemana-mana,
Ke kiri dan ke kanan.
Semuanya bergantung padaNya untuk menjadi ada,
Dan tidak meninggalkan mereka semua.
Karena kepandaianNya ia tidak menuntut apa-apa
Dia mencintai dan memelihara segalanya
Tanpa menjadi tuan bagi segalanya.

Ada satu hal: diatas, ia menyangga langit; dibawah, ia menjunjung Bumi
Ia adalah gelap seperti vernis, selalu aktif menjalankan fungsinya.

Manakala manusia superior mendengar tentang Tao,
Ia akan melaksanakannya dengan segenap kemampuannya.
Manakala manusia biasa mendengar tentang Tao,
Ia terkadang melaksanakannya, dan terkadang melupakannya
Manakala manusia inferior mendengar tentang Tao,
Ia akan tertawa terbahak-bahak
Jika ia tidak tertawa, maka, jelas, ia bukan tao.

Hentikan kepintaranmu, maka tak akan ada kegelisahan!…
Manusia sebenarnya sangat bahagia, seperti ketika menikmati perjamuan,
Atau seperti mendaki sebuah menara musim semi.
Aku sendiri merasa tentram, dan tidak membuat sebuah tandapun,
Seperti bayi yang belum bisa tersenyum;
Sedih seperti aku tak punya tempat untuk berpulang.
Yang lain mempunyai lebih dari cukup,
Dan aku sendiri yang nampaknya masih berangan-angan.
Mungkin miliku adalah pikiran yang bodoh,
Yang sangat dungu!
Yang vulgar sangatlah jelas,
Dan aku sendiri yang nampaknya menjadi bebal.
Yang vulgar bersifat memilah-milah,
Dan aku sendiri yang nampaknya menjadi tumpul.
Aku lalai sebagaimana jika menjadi tak jelas;
Tertiup angin, seperti tak punya pegangan.
Manusia umumnya mempunyai sesuatu untuk dikerjakan,
Dan aku sendiri yang nampaknya menjadi tidak praktis dan janggal.
Aku sendiri berbeda dengan yang lain,
Tapi aku mencari makanan dari sang ibu (Tao)

Manusia yang berkarakter (te) tinggal di dalam rumah tanpa melatih pikiranannya dan bertindak sekehendak hatinya tanpa rasa khawatir. Gagasan tentang baik dan buruk, pujian dan celaan terhadap yang lalin, sama sekali tak mengganggunya. Manakala di dalam empat lautan semua orang dapat menikmati dirinya, maka kebahagiaan untuk manusia berkarakter te tersebut…kesedihan yang tergurat pada wajahnya, ia bak bayi yang kehilangan ibunya; menampilkan kebodohannya, ia bak orang terseseat dan tak menemukan jalannya. Ia punya banyak uang untuk dibelanjakan, tetapi tak tahu dai mana datangnya uang tersebut. Dia makan dan minum berkecukupan, tapi tidak tahu dari mana datangnya makanan tersebut.

Hentikan kepandaian; buang pengetahuan
Dan manusia akan mendapat keuntungan berlipat ganda
Hentikan “kemanusiaan’; buang kebaikan,
Dan manusia akan menerima kembali cinta dari orang-orangnya.
Hentikan kepandaian; buang asas kegunaan,
Dan takkan ada lagi pencuri dan perampok…
Menjadi tak dibuat-buat;
Hargai ketulusan hati;
Ytekan keindividuan;
Kurangi hasrat-hasratmu.

Setelah aku melayani…untuk jangka waktu sekitar tiga tahun, pikiran saya tak lagi berspekulasi untuk berbicara tentang hal-hal yang menguntungkan atau yang merugikan. Selanjutnya, untuk pertama kalinya, guru saya melimpahkan berkahnya dengan memandang sekilas pada saya-dan itu merupakan segalanya.
Setelah lima tahun perubahan terjadi; pikiran saya merefleksikan benar dan salah, dan bibir saya mengucapkan sesuatu tentang keuntungan dan kerugian. Dan untuk pertama kalinya, raut muka guru saya terlihat santai dan beliau tersenyum.
Setelah tujuh tahun, ada perubahan lagi. Saya membiarkan pikiran saya merefleksikan apa yang akan terjadi, tapi tak lagi berisi benar atau salah. Saya membiarkan sama sekali mulut saya berbicara apa saja, sesuka hatinya, tapi mereka tak lagi bicara tentang keuntungan dan kerugian. Dan akhirnyanya, guru saya membawa saya duduk di matrak berdampingan denganya. Setelah sembilan tahun. Pikiran saya memberikan kendali bebas terhadap refleksi sendiri, keuntungan dan kerugian, saya tidak punya pengetahuan tentangnya, sama seperti ketika menyuruh diriku sendiri atau yang lain…yang dalam dan yang luar, internal dan eksternal telah bergabung menjadisatu kesatuan. Setelah itu, tak ada lagi jarak antara mata dengan telinga, telinga dan hidung, hidung dengan mulut: semuanya sama. Pikiran saya membeku, tubuh saya tercerai berai, daging dan tulang saya semuanya meleleh secara bersamaan. Sama sekali tak sadar apakah tubuh saya ini sedang istirahat, atau apa yang ada di bawah kaki saya. Saya kehilangan diri dan seperti mengambang dan seperti di udara, seperti jerami kering atau daun yang gugur dari pepohonan. Sebenarnya, saya bahkan tak tahu, apakah saya yang mengendarai angin atau angin yang mengendarai saya.

Saya yang mabuk jika terjatuh dari sebuah kereta, meskipun mungkin ia menderita, tapi ia tidak mati. Tulangnya sama dengan yang lain. Jiwanya dalam keadaan yang aman. Ia dalam keadaan tak sadar waktu kengendarai kereta; ama seperti waktu ia terjatuh. Gagasan mengenai hidup, mati dan ketakutan, tak bergemuruh di dadanya; dan ia tidak menderita waktu bertumbukan dengan benda-benda lain. Dan jika kondisi jiwa yang aman seperti itu dapat diperoleh dari anggur, maka dapat dibayangkan, betapa besarnya kondisi jiwa aman yang dapat diperoleh dari spontanitas.

Bayi melihat segala sesuatu tanpa berkedip; hal ini disebabkan matanya tidak terfokus pada sebuah obyek tertentu. Ia pergi tanpa tahu kemana ia pergi, dan berhenti tanpa tahu apa yang ia kerjakan. Ia menyatukan dirinya dengan sekelilingnya dan bergerak bersamanya. Ini adalah prinsip kesehatan jiwa.

Jika kamu mengatur rubuhmu dan menyatukan

Surat Tia untuk Ayah

Ayah asalammualaikum waroh matuloh hiwabarokatu

Tiara sayang ayah tiara sayang albi sayang ibu tiara ingin keluarga kita harus rukun

Cinta keluarga masing masing kita harus saling menyanyangngi

Rabu, 17 Desember 2008

K O N T R A

Dalam kegelapan tengah malam jalan Sumatra, tampak seseorang tengah jalan sempoyongan. Ditangannya tergenggam botol yang hampir kosong. Angin malam berhembus menusuk tulang tak lagi dia hiraukan, Bandung tak lagi dia kenal. Semua adalah asing baginya. Ditengah jalan perempatan Sumatra – Kalimantan yang sunyi dari lalu lalang pejalan kaki dan pengendara, dia berhenti lalu berteriak, “ Tuhan….dimana Kau ? Aku minum bir brengsek dan masuk ke bar agar aku dekaaa…at padamu setelah aku tak menemukan-Mu di masjid, di surau, di pengajian-pengajian yang telah aku datangi.” Akhirnya dia tersungkur dan menangis, sendiri dalam kesunyian dan kegelapan malam.
“ Dimana aku sekarang ……?”
Dalam kepeningan kepalanya yang sangat berat, dia menatap langit-langit. Samar-samar nampak olehnya kelebatan peristiwa tadi malam. Yang dia ingat ialah ketika dia tersungkur dan menangis, setelah itu hitam merangkulnya.
“ Adi….ini aku, Sinta, istrimu. Mengenalikah kau padaku ? “ isak seorang perempuan cantik disebelahnya. Dalam benak wanita itu, Adi kini lelaki yang tidak dia kenali. Satu tahun ini, dia merasa Adi bukan lagi lelaki yang pernah dia pacari selama 8 tahun. Dulu suaminya sangat ceria, periang dan supel. Kini, semuanya berubah tatkala kekayaan keluarganya semakin mapan.
“ Adi, apa sebenarnya yang telah terjadi ? darimana saja tiga hari ini ? aku dan anak-anakmu khawatir Di…” tanya Sinta.
Adi menatap kosong wajah istrinya. Wanita itu sangat cantik, pikirnya. Kelebatan memori mengguncang otaknya. Kasih sayang wanita itu tak pernah dia sangsikan, ketulusan wanita dalam melayani dan merawat dirinya benar-benar dia nikmati sepanjang mengenali wanita itu. Rasanya bidadari syorga pun tak sanggup menyaingi kebaikannya. Keahliannya dalam memberikan kepuasan birahi suami sangat sempurna, apa lagi yang aku cari ? pikir Adi.
“ ahhh….Sinta istriku, maafkan aku terus membuatmu khawatir, aku kemarin sedang mencari Tuhan.”

DUNIA DALAM DERITA

Alain Robert dari Perancis populer di dunia karena kemampuan memanjat gedung tinggi tanpa alat bantu, nah.. saudara pemirsa…Hasyim bin Arif juga terkenal karena perkara panjat memanjat. Lelaki berusia 22 tahun ini nekat memanjat menara tinggi sambil membopong bayinya yang baru berusia delapan bulan.
Aksi itu dilakukan Hasyim, lelaki warga Kelurahan Tapajeng, kecamatan Bantaeng, Sulawesi Selatan ini, setelah cekcok dengan istrinya. Menurut Hasyim, Mila istrinya sangat manja dan tak becus mengurusi suami, sementara Mila menganggap Hasyim selalu bersikap kasar dan suka memukul.
Mila akhirnya pulang kerumah orang tuanya. Anaknya, Aco yang berusia delapan bulan dibawa Mila ke rumah orang tuanya. Awalnya Hasyim bersikap cuek, namun setelah seminggu, Hasyim merasa gerah dan tak kuat menahan hasrat, sehingga berusaha untuk mengajak istrinya kembali ke rumah mereka. Mila menolak dan akhirnya Hasyim merebut Aco dari tangan Mila lalu kabur.
Diperjalanan, Hasyim melihat menara telepon seluler Pro XL dan tanpa berpikir panjang lagi dia langsung naik sambil membawa anaknya. Aksinya itu mengundang warga sekitar untuk menonton dan berusaha merayu Hasyim untuk mau turun. Karena Hasyim tidak juga mau turun, akhirnya polisi turun tangan dan menghimbau Hasyim untuk turun.
Mila yang datang kemudian berusaha untuk merayu suaminya agar turun. Hasyim jual mahal dan tetap ogah turun. Akhirnya Mila berinisiatif untuk pulang kerumah lalu kembali dengan membawa sepiring makanan dengan lauk pauk lengkap. Tanpa banyak bicara Mila duduk di depan makanan lalu berkata,” Ya udah…marah ya marah to pak, tapi mbok ya makan dulu…nanti penyakit mag-nya kambuh lho. Ayo turun…”.
Setelah empat jam lima belas menit berdiri di menara, akhirnya Hasyim turun dan langsung menyambar makanan yang tersedia. Mila bergegas mengambil anaknya Aco dan langsung pulang. Setelah makan Hasyim akhirnya naik kembali dengan harapan dapat menarik simpati istrinya untuk kembali. Tapi apa daya, istrinya dan seluruh warga yang tadi mengerubunginya sudah tak peduli. Hasyim dibiarkan sendiri bergelantungan di menara. Karena tidak berhasil akhirnya Hasyim turun dan pulang ke rumah.
(cerita disadur dari majalah Gatra, 21 Agustus 2004 dengan penyesuaian cerita)

DUNIA DALAM CERITA

Kasus penembakan yang dilakukan oleh pelawak nasional Parto Patrio ternyata berbuntut panjang. Dua orang wartawan yang merasa dirinya terancam dengan perilaku Parto melakukan gugatan atas kejadian itu ke Mabes Polri di Jakarta.
Tindakan Parto yang mengacungkan senjatanya ke atas dan memuntahkan dua peluru karet dari senjata kaliber kecilnya itu ternyata menyebabkan dua wartawan infoteinment pingsan dan terpaksa dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit Medistra Jakarta.
Setelah siuman, kedua wartawan itu melaporkan tindakan Parto dengan tuduhan menimbulkan rasa takut dan jijik kedua wartawan tersebut. Setelah di periksa dan dan dimintai keterangannya, ternyata kedua wartawan itu bukan terkejut atau terancam dengan senjata Parto, namun oleh aksi Parto mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga menimbulkan bau yang tak sedap, sementara kerumunan orang pada saat sangat padat dan menyebabkan kedua wartawan tersebut pusing dengan bau yang ditimbulkan ketiak Parto. Dari kedua wartawan tersebut tuntutan kepada Parto hanya meminta agar Parto mengganti deodorannya dengan Rexona agar tidak Basket (basah ketek) dan bauket (bau ketek).

DUNIA DALAM KETAWA

Diberitakan dari kantor berita nasional ANTARA, seorang ibu mengadukan seorang ketua RT karena telah melakukan pelecehan terhadap dirinya.
Berita bermula dari seorang anak perempuan yang tak lain adalah anak dari si Ibu itu memanjat pohon Pak RT untuk mengambil buahnya yang sudah matang. Aksi anak tersebut diketahui Pak RT dan memergoki si anak tidak berselana dalam. Dan ketika anak tersebut ditanya kenapa tidak memakai celana dalam, si anak mengatakan bahwa dia tidak memilikinya. Pak RT lalu memberinya uang sebesar Rp.20.000,00 kepada si anak untuk membeli celana dalam.
Si anak pulang dan diberitakan memberitahu ibunya bahwa dia menerima uang Rp.20.000,00 karena telah memanjat pohon pak RT tanpa memakai celana dalam. Kemudian si ibu itu berpikir, kalau anaknya saja memanjat tanpa memakai celana dalam mendapatkan dua puluh ribu rupiah, apalagi dia.
Kemudian si Ibu yang tidak disebutkan namanya tersebut memanjat pohon buah pak RT tanpa memakai celana dalam dengan harapan dipergoki pak RT. Selang beberapa saat, pak RT datang dan melihat ada seorang ibu sedang memanjat pohon tanpa memakai celana dalam. Pak RT lalu menyuruh si Ibu turun dan memberinya uang dua ribu rupiah dan menyuruhnya membeli alat pencukur bulu.

DUNIA DALAM SENGKETA

BELUM ADA JUDUL YANG PAS

satu
Malam itu, Tejo benar-benar menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Lembat. Bahkan nyaris tak terasa seandainya hari ini dia tidak mengalami sesuatu yang benar-benar menggoncang mentalnya dengan sangat.
“Hhhhh…mengapa semua ini terjadi kepadaku justru disaat aku sedang mencari Tuhan..?” desahnya sambil menghirup dinginnya malam. “Benarkah Dia ada? Kalau memang ada, tak adakah kemampuan bagi-Nya untuk sejenak saja memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa berbagi kebahagian ini dengan orang-orang yang aku cintai.”
Langkahnya gontai menyusuri tanah pekuburan yang basah oleh gerimis sore hari tadi. Malam ini dia baru saja melangkah untuk pulang setelah pemakaman ibunya tercinta. Kematian ibunya yang sangat mendadak ini benar-benar semakin mengaburkan puing-puing keimanannya yang tengah labil. Kematian disaat dia akan menikah setelah setahun resmi bekerja di salah satu perusahaan besar di kotanya.
Kini kakinya yang bersandal jepit basah itu terseok-seok menyusuri besi panjang rel kereta api. Dijam-jam seperti ini, seharusnya kereta api yang menuju timur gemuruh dengan suara tua nya telah lewat. Terlambat? Ah…pantaskah kejadian berulang ini adalah sebuah kebetulan semata? Apakah ada tangan Tuhan dalam setiap keterlambatan kereta api di Indonesia? Karena jangankan keterlambatan, kecelakaan pun selalu diakhiri dengan sebuh kesimpulan “semua sudah takdir. Tak ada yang harus disesali”.
Tejo menatap bintang yang jarang cahayanya. Betapa jauhnya jarak bintang itu, pikirnya. Apalagi singgasana Tuhan, yang kata orang ada di langit ke tujuh.
“Kenapa Tuhan harus jauh-jauh dari makhluk yang telah diciptakannya? Apakah Dia ingin menghindar dari semua konsekuensi yang harus ditanggungnya sebagai Tuhan?” dengusnya.
“Jangan-jangan Tuhan sudah tak mampu lagi mengendalikan alam semesta ini sehingga banyak kejadian diluar kontrolnya. Apakah kekurangajaran dan kebiadaban umat manusia ini memang telah menyimpang jauh dari tujuannya awalnya penciptaan?” lanjutnya.
“Sehingga dia harus sembunyi dari orang-orang sepertiku? Orang yang senantiasa dikendalikan takdir yang penuh keberpihakan ini? Orang yang hanya merasa tidak pernah diharapkan untuk dilahirkan?”.
Dalam kegalauannya, dia membayangkan sebuah kereta api barang menabrak dan melindasnya. Dia membayangkan apakah ada rasa sakit? Samakah sakitnya dengan kematian wajar di tempat tidur kayu jati dengan kasur busa yang seharga 23 juta yang dilihatnya dalam iklan koran tadi pagi?
’Trang…trang…trang.’ Suara besi ditempa besi benar-benar memekakan telinganya. Tejo sengaja berbelok untuk menghindari suara itu. Dia tahu suara itu muncul dari kegiatan orang yang tidak mau ketahuan segala aktivitasnya. Orang-orang yang mengais remeh-temeh kehidupan dengan mengorbankan ratusan jiwa lainnya yang ada di gerbong kereta api. Seolah dunia ini diciptakan hanya untuk diri mereka sendiri dan yang lainnya tak lebih mereka anggap sebagai aksesoris hidupnya. Layak dikorbankan demi seratus atau dua ratus ribu dari hasil penjualan besi itu.
“Mencari mati aku kalau terlihat oleh mereka. Jangankan jiwaku…bahkan ratusan jiwa lainnya pun tidak mereka pedulikan. Lebih baik aku pindah ke trotoar itu.” Bisiknya dalam hati.
Malam tetap gelap dan kelam. Tejo melangkah dalam kegalauan malam dan kekelaman hati.

Dua
“Kamu lihat tejo ga? Kata tetangganya dari tadi dia belum kelihatan pulang ke rumahnya…pasti dia masih di kuburan ibunya itu”
“Ngga…gua juga dari tadi nyari dia. Lagian kita kan tadi terlambat mengikuti pemakaman ibunya, jadi gimana nyarinya di pemakaman gede kaya gini. Mana malam lagi…eh…Gi lo bawa HP yang ada lampunya khan?”
“Semprul, HP gue lo anggap patromaks apa!”
“Sori….Yogi Permana Kusuma bin Jamal Tirta Kusuma…gue kan Cuma nanya doang. Manusia kan Cuma bisa berusaha, yang menentukan kan Cuma cahaya lampu kalo ditempat gelap kaya gini”
“Ya udah deh Man…kita pulang trus nunggu dia di rumah. Dia kayanya lagi diperjalanan pulang” bisik Yogi kepada temannya bernama Maman.
“Ya terserah lo aja. Khan lo supirnya” jawab Maman sambil terus menebarkan pandangannya ke sekeliling pemakaman. Walau dia tahu semuanya sia-sia.
Mereka berdua setengah berlari dan terkadang meloncati beberapa makan yang harus dilewati untuk memperpendek jarak menuju mobil Yogi yang terparkir cukup jauh dari pemakaman SIRNARAGA itu.
“Heran gue ama cewek. Penakut banget sih kalo denger kuburan ama pemakaman. Lebih anehnya, mereka ngga takut kalo pergi ama kita, padahal ga pernah ada berita cewek diperkosa hantu laki-laki” keluh Maman.
“Ah…terus kenapa tangan lo megang tangan gue. Keras banget lagi. Cowok juga pada dasarnya takut, Cuma gengsi doang yang bikin lo berani kan? Gue juga sebenarnya takut…Cuma karena ada kamu aja gue berani” timpal Yogi.
“Eh..lepasin dong tangan lo! kan ngga enak keliatan ama hantu. Ntar dikirain kita cowok apaan lagi” tepis yogi. “Yang namanya manusia selalu takut dengan segala sesuatu yang tidak pernah dapat mereka tangkap dengan panca inderanya. Mereka takut dengan bayangan dan khayalannya sendiri. Hantu, perang nuklir, kiamat, kematian bahkan bakteri sekalipun.” Lanjut Yogi.
“Ya…makanya kita percaya pada Tuhan. Mungkin sebagai pelarian atas ketakutan yang ngga bisa lagi kita tanggung. Benar-benar menakutkan!” timpal Maman.
“Ya gitu deh…makanya banyak manusia ketika menyebut nama Tuhan selalu dengan nada ketakutan. Seolah Tuhan itu gimana….gitu….ya…. Jarang kita melihat atau merasakan manusia menyebut nama-Nya dengan kasih sayang dan pengertian!”
Yogi berhenti sejenak. Maman nyaris menubruknya dari belakang.
“kenapa sih lo brenti ngedadak gitu, kaya bajaj aja?” dengus Maman.
“Ngga…ggue baru kepikiran. Kita, manusia takut ama yang bisa diterimanya secara akal atau minimal secara indera, tapi ,mencari perlindungan juga kepada hal-hal yang justru ngga bisa kita rasakan oleh indera, ngga bisa dibayangkan, ngga boleh dipikirkan, oleh sesuatu yang kita ciptakan sebagai Yang Serba Maha. Emang lo percaya kalau sesuatu yang ngga kamu lihat, ngga boleh lo bayangkan, bakal bisa menolong lo kalau lo kena peluru nyasar polisi yang lagi mabok?” Yogi berbicara dalam kesadaran penuh dan tidak berharap jawaban apapun dari Maman.
“Ya gimana lagi…kalau gua nanya-nanya masalah itu ntar ditimpukin orang sekampung. Dulu, gue nanya ama bapak gue tentang siapa yang menciptakan Tuhan, bapak mendamprat gue abis-abisan. Bilangin gue anak durhaka lagi” timpal Maman.
“lo mending didamprat. Gue sampai sekarang ga tahu siapa Tuhan gue. Orang tua gue bilang, lo cari Tuhan kalau lo udah gede. Tentuin agama lo sendiri. PKI kali dia dulunya ya…eh tapi mana mungkin mantan PKI bisa jadi pegawai negeri ya…”
“lho emang banyak orang komunis di jajaran pemerintahan sekarang. Mereka bilang, mengaku atau bersumpah beragama sebagai syarat administrasi doang tapi kelakukannya malah lebih parah dari PKI dulu.” Sergah Maman. Kakinya terus mengibaskan sepatunya supaya bersih dari tanah kuburan.
“kenapa sih kaki lo, kesemutan?” tanya Yogi.
“bukan…gue takut ada hantu keberatan kalau tanahnya gue ambil. Ntar dia protes karena tanahnya gue serobot” jawab Maman.
“bego lo…ngga ada ceritanya hantu ngejar manusia yang merebut tanah orang lain. Mereka udah di jaga raja iblis, jadi usahanya lancar-lancar aja tuh”
Sesampainya di mobil Kijang Inova keluaran tahun 2000 itu, Yogi langsung menyenderkan kepalanya. Diam sejenak.
“Nggak ada Nen. Kayanya dia dah pulang” bisik Yogi kepada dua perempuan yang duduk di bangku belakang.
Maman menimpali di pintu mobil sambil membersihkan sepatunya dari tanah kuburan yang menempel di sisi-sisi sepatunya. “ Iyalah…lagian dirumahnya kan masih ada tamu. Kita temanin mereka sambil nunggu Yogi”.
Dengan wajah khawatir Neni menjawab,”Tapi…Yogi kan baru aja ditinggal meninggal ibunya. Dia pasti sedih, jadi harus ditemenin, ntar nyasar lagi karena pikirannya lagi error”
“Ngga lah…kita kenal dia udah 10 tahun. Dulu waktu bapaknya meninggal juga dia kelihatan tegar. Padahal bapaknya mati tepat dipangkuan dia kan?” Timpal wanita satunya yang berbaju merah dan mata tanpa lipatan. Keturunan Tionghoa tulen.
“Iya..Mei, tapi kan dulu masih ada Ibu ama adik-adiknya. Sekarang? Dia sendirian.” Jawab Neni.
“Ya udah…sambil pulang kita cari dia. Mudah-mudahan kita berhasil menemukannya di jalan ntar. Si Neni khawatir banget ama Tejo” Yogi mengakhiri pembicaraan mereka sambil langsung menginjak gas mobilnya. Neni langsung cemberut. Mei membantingkan tubuhnya ke jok mobil itu dan langsung menutup matanya. Pedih.
Sekian lama dirinya mengharapkan Tejo dapat merasakan perhatiannya selama ini. Tapi jangankan Tejo, bahkan sahabatnya pun tidak pernah mengetahui perasaannya kepada Tejo.

Tiga
Sesampainya di rumah, Tejo langsung merebahkan diri di bale-bale teras rumahnya. Pikirannya masih kacau balau. Bukan kematian Ibu dan adik-adiknya yang menjadi massalah buat dia, tapi waktu dan cara mereka meninggal yang membuat jiwanya terguncang.
Mengapa harus melalui pembunuhan? Mengapa pembunuhan itu harus bersamaan dengan kedatangannya dari kota? Mengapa mereka dibunuh padahal tak ada barang berharga dirumahnya? Mengapa harus keluarganya, padahal ada 250 juta jiwa di Indonesia yang lebih layak dulu mati ketimbang orang tua dan adik-adiknya!
Tejo mendengar deru mobil. Dia bangun dan langsung menuju pintu pagar bambunya yang terlihat masih tegak. Agak persis dengan 5 tahun yang lalu ketika dia membuatnya bersama keempat sahabatnya disaat liburan sekolah.
“Sori Jo, gue terlambat. Ngumpulin mereka agak sulit dihari kerja kaya gini” kata Yogi sambil menepuk pundak sahabatnya. Tejo berusaha tersenyum semanis mungkin. Dia teringat kebaikan semua sahabatnya. Tak ada alasan kedukaannya membuat dia tidak bahagia atas kedatangan keempat sahabatnya itu.
“gua ikut berduka cita” Neni menyalaminya, diikuti Mei Lan dan Maman. Tejo kembali tersenyum. Kemudian mereka duduk di bale-bale itu. Terdiam sesaat. Khawatir mengganggu perasaan tejo.
“lo udah makan Jo?” tanya Mei Lan. Tejo mengangguk pelan sambil tersenyum.
“tadi di jalan, sambil pulang” Tejo menjawab dengan sunggingan senyum yang selama ini di benci Mei. Senyuman yang selama ini membuat dia enggan berpaling pada lelaki lain. Senyum yang senantiasa membuat dia menyangka kalau Tejo mengetahui perasaannya.
“semoga arwah keluarga lo diterima disisi-Nya ya Jo. Seperti kepercayaan mereka selama ini”. Yogi mengatakannya dengan penuh kehati-hatian.
“ya…mereka beruntung mungkin. Karena meninggal dengan membawa keyakinan. Kita butuh kepastian dalam hal apapun” jawab Tejo.
Tejo menyambung. “hidup ini benar-benar membingungkan. Banyak hal yang semakin membuktikan kalau sebenarnya kita sangat-sangat bodoh. Tidak tahu apa-apa tapi seolah tahu segalanya. Bahkan untuk mengetahui kapan dirinya meninggal atau untuk sekedar tahu darimana kita berasal, untuk apa kita terciptakan dan apa yang terjadi setelah kematian ssaja sudah memakan waktu beribu-ribu tahun. Hasilnya? Nihil!!” gumam Tejo.
“kita memang butuh keyakinan” Mei mencoba terlibat dalam pembicaraan itu. Dia sebenarnya kurang tertarik pada pembicaraan ketiga teman lelakinya. Selalu membicarakan Tuhan yang mereka sendiri tidak pernah mengenalnya. Tuhan yang buat mereka begitu enak dibicarakan tapi berakhir dengan ketidakpastian, apakah mereka percaya Tuhan atau tidak, sudah menemukan Tuhan atau belum. Karena setelah mereka membicarakan-Nya, mereka selalu tidur. Tidak pernah pergi ke tempat ibadah atau menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang mereka anut.
“mungkin kebebalan kita saja selama ini yang membuat kita terus membicarakan hidup. Sebelum kita selesai membahasnya…mati! ”
“ya…Man, bayangkan…usia kita terlalu singkat untuk memikul kemampuan otak yang serba tak terbatas ini. Kesadaran kita akan eksistensi kita di dunia ini hanya kesia-siaan karena kita tidak pernah bisa merasakan keberhasilan dari kesadaran itu sendiri. Usia kita tidak bisa memaksimalkan hasil pikiran kita sebagai bukti keberadaan kita“
Mereka telah terjebak kembali pada obrolan seperti biasanya. Kesibukan dan kepenatan dari kesibukan kerja mereka seolah hilang ketika berbicara masalah Tuhan, jiwa dan kematian.
Sementara itu, desa Segara Makmur telah benar-benar sepi. Kematian keluarga Tejo yang dibunuh perampok tadi malam, benar-benar membuat malam menjadi lebih menakutkan. Tejo tak bisa masuk kerumahnya karena pintu dan jendela telah di halangi oleh pita bertuliskan “Do Not Enter. Police Line”
“Benar…kenapa sih kita diberi kesadarn itu. Kalau Tuhan adalah perencana yang hebat. Dia pasti memberikan akal dan pikiran ini kepada Malaikat atau Iblis yang akan hidup selamanya atau berumur panjang. Ratusan bahkan ribuan tahun. Jadi mereka bisa benar-benar menyingkap rahasia alam ini. Kecuali kalau kesadaran kita atas penciptaan ini hanyalah sebuah kebetulan saja! Kebetulan yang benar-benar salah kaprah. Alam benar-benar salah memilih kita menjadi makhluk yang berkesadaran. Padahal mungkin alangkah lebih baik kalau kita tidak pernah menyadari atau berpikir bahwa kita ada. Seperti cicak itu!” Sambil menerawang, Maman menghirup penuh rokoknya. Membuangnya. Kesia-siaan kata orang.
5 Oktober 2008
Empat
Seminggu setelah kematian ibu dan kedua adiknya, Tejo justru mendapatkan kenaikan pangkat dikantornya menjadi Wakil Direktur Bagian Marketing di perusahaannya. Nama TEJO SUMANTRI terpampang besar di pintu masuk ruangannya yang ber AC dan dilapisi karpet merah disemua bagian lantainya. Kenaikan pangkat ini tak lepas dari kepintaran dan kreatifitasnya selama 5 tahun dia bekerja di perusahaan itu.
Sementara, keempat sahabatnya yang bekerja di bagian lain berencana untuk mengadakan acara perayaan “kemenangan” sahabatnya dalam kancah persaingan hidup. Bahkan Tejo membuktikan bahwa dia tidak hanya sekedar bertahan hidup, tapi juga menjadi sang pemenang.
“Jadi acaranya mau apa?” tanya Mei. Tatapannya benar-benar menyiratkan sebuah kebahagian yang tak terhingga. Lelaki pujaannya akhirnya telah menapak kesuksesan setahap demi setahap, melejit malah. Harapannya berbinar dan disandarkan kepada ketiga sahabatnya itu.
“Yang jelas…Tejo tidak akan suka dengan perayaan yang penuh hura-hura, apalagi dia baru saja berkabung atas kematian keluarganya” jawab Maman sambil membenahi dasinya yang longgar. Kegerahan yang sangat aneh untuk ruangan sedingin itu. Kegerahan itu dirasakannya ketika mendengar sahabatnya dipromosikan menjadi wakil direktur.
“Ya, kita kenal dia dari dulu sangat menghindari acara yang berbau duniawi. Padahal diapun sangat jarang mengikuti acara kerohanian” timpal Yogi. “Bahkan ketika kita mengadakan acara tahlilan untuk keluarganyapun, kita tidak melihat dia ada dimana” Tambahnya.
“Ya udah, kita adain acara makan bersama di rumah lo Yog! Kita bikin acara ini tidak kelihatan seperti acara perayaan. Kita ikuti apa yang dibicarakannya, khan kalian memang sangat cocok dan tidak tahu waktu kalau sudah berbicara masalah hidup” usul Neni. Rok pendeknya agak mengganggu ketika dia mencoba duduk diatas meja kerja Yogi. Kedua pahanya yang putih itu seolah tidak dipedulikannya menyemburatkan cahaya Ken Dedes di dalam ruangan dingin itu. Dan inilah yang sebenarnya disukai kedua teman lelakinya. Tentunya tanpa Neni tahu. Mei sering mengingatkan tentang penampilan Neni, tapi Neni selalu menawab kalau itu hanya alasan kenyaman saja, padahal justru kenyataannya dia malah lebih sering kerepotan dengan gaya berbusananya sendiri. Entahlah, dalam hati Neni kadang sering muncul kebanggaan tersembunyi ketika melihat kedua sahabat lelakinya mengagumi keindahan tubuhnya.

CURAHAN HATI SUAMI PENCARI TUHAN

Istriku…di dunia ini tidak akan ada orang yang bisa mengerti aku kecuali kamu seorang. Malas, ceroboh, pelupa dan seabrek kebiasaan lainnya sudah begitu sabar engkau pahami. Hampir sembilan tahun kita berumah tangga dan tujuh tahun kita pacaran. Berarti hampir 16 tahun kita bersama dan mengenal satu sama lain. Itu sama dengan setengah hidup kita!
Tapi ada yang kamu tidak pernah tahu. Aku adalah orang yang tengah bimbang dan sibuk mencari Tuhan. Tuhan yang kamu selalu bilang tempat kita mengadu dan bergantung. Tempat dari segala awal dan akhir hidup alam semesta ini.
Tapi istriku…aku tak pernah menyangsikan adanya Tuhan. Tapi siapa Tuhanku. Kamu tidak akan pernah mengerti aku, aku paham. Karena kita semua sejak lahir didik untuk percaya pada Tuhannya orang tua kita. Adalah sebuah kesalahan dan dosa besar bila kita mencoba mempertanyakan keberadaan Tuhan pada kedua orang tua kita. Kita tidak pernah diperkenalkan dengan agama lain. Jangankan diperkenalkan dengan ajarannya, mempelajarinya saja sudah cukup membuat orang tua kita blangsatan tak karuan.
Agama pun begitu adanya.
Katanya, agama menghalalkan darah orang yang murtad. Neraka tempat orang yang pindah agama. Kafir adalah musuh. Dan hanya agama kita saja yang paling benar dan satu-satunya yang akan membawa kita masuk sorga. Tak ada celah kita mempelajari agama lain.
Lantas, dimana kebenaran itu bisa dicari ketika semua pintu pemahaman kita ditutup. Bagaimana kita menyadari dan meyakini kalau agama kita paling benar kalau tidak bisa membandingkannya dengan agama lain?
Istriku…otakku mungkin ada yang salah. Hatiku ada yang rusak. Atau mungkin keyakinanku tidak seteguh orang lain, yang sangat yakin seyakin-yakinnya dengan agama orang tuanya. Mempelahari agama yang satu untuk kemudian hanya mempercayai yang satu itu. Aku tidak begitu. Otakku terus berputar mencari jawaban siapa Dia. Mengapa Dia harus ada? Dan apa tujuan-Nya menciptakan kita? Apa guna dan manfaatnya kita untuk-Nya? Apa pengaruhnya keberadaan kita untuk Dia? Apakah kelahiran kita adalah sebuah kutukan dibandingkan kita tidak dilahirkan sama sekali? Alangkah lebih baik dan lebih asyiknya kita kalaupun kita dilahirkan hanyalah untuk tinggal di Syorga dan bercengrama di sana dengan_nya ketimbang kita lahir di dunia yang katanya karena kesalahan Adam yang kita tidak kenal sama sekali.
Sejuta pertanyaan lainnya berkecamuk di dalam otak dan pikiran saya. Semua itu telah menganggu saya sejak saya, suamimu ini di SMA. Dan sekarang pencarian itu terus berlanjut.
Tak ada yang mau mendengarkan. Yang ada hanyalah kecurigaan dan ketakutan kalau-kalau saya pindah agama. Istriku, mungkin kamupun merasakan hal yang sama. Takut suamimu ini berpaling dari-Nya.
Istriku…aku tidak pernah kemana-mana. Bagaimana aku pindah agama kalau sekarang pun aku sedang mencarinya. Jangankan kamu, kedua orang tuaku pun belum tentu bisa menerima pertanyaan dan keraguanku ini. Aku sendiri. Sama seperti dulu.
Istriku, kamu seringkali melihat ada orang yang begitu yakin dengan agamanya lalu menyalahkan dan menganggap agama lain hanyalah calon penghuni neraka yang sudah Tuhan sediakan untuknya. Perang dan kekacauan atas nama agama sering terjadi. Orang yang paham agama malah melakukan kesalahan dan kemaksiatan.
Kamu akan bilang itu kan oknum. Itukan gimana orangnya. Kalau memang begitu, mengapa harus ada agama?
Ah…sudahlah…aku bingung menjelaskannya. Yang jelas aku terus mencarinya. Tolong pahami aku.

Bandung, 5 Desember 2008

Kamis, 09 Oktober 2008

JANJI ANAK BANGSA…(t)...

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Alam Semesta yang Maha Pengasih dan Penyayang…
( Dengan menyebut Iblis, syetan dan segala dajjal yang senantiasa melindungiku dari bahaya cahaya kebenaran)
Kami bersumpah…
(Kami berniat bohong sebohong-bohongnya)
Akan menjalankan tugas menjadi abdi masyarakat dengan penuh tanggung jawab…
(Akan mempergunakan jabatan untuk membuat masyarakat menjadi abdiku, budakku dan sapi perahanku)
Dengan penuh kejujuran…
(Dengan cara memanipulasi dan membuai mereka dengan rayuan)
Dan cinta kasih dan cahaya Tuhan…
(Dengan kebengisan terselubung dan kegelapan Iblis yang mulia)

Kami berjanji…
(Kami berbohong)
Akan Menjadi abdi negara yang mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas segala-galanya…
(Akan menjadi perusak negara dan menjunjung tinggi kekuasaan pribadi yang nyata diatas kepentingan masyarakat, bangsa apalagi negara yang abstrak)
Akan memberikan kemampuan terbaik untuk membangun bangsa dan negara…
(Akan memberikan kemampuan terburuk yang pernah aku lakukan demi kehancuran bangsa dan aku dapat mengeruk kekayaan di tengah kekacauan)

Kami berjanji…
(Kami berkhianat dengan penuh kesadaran)
Akan hidup sederhana dan memberi tauladan kepada masyarakat dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara…
(Akan kuperlihatkan kekuasaan, kekayaanku agar mereka bersujud di ujung jari-jari kakiku untuk menjilati telapak kakiku dan mengemis meminta hartaku)
Akan menolak setiap pemberian dan tanda kasih dari siapapun untuk alasan apapun dan dalam bentuk apapun…
(Akan kupaksa mereka memberi upeti dan denda agar mereka dapat melanjutkan hidup dan usahanya)

Kami berjanji…
(Aku ingin muntah)
Atas nama Tuhan…
(Atas nama Iblis)
Menepati janji setulus hati….
(Mengkhianati bangsa dan Tuhan adalah kebangganku)

Bandung, 22 Agustus 2008

FILSAFAT DAN AGAMA ( ISLAM )

Buku dunia Sopie sudah memperkenalkan ilmu filsafat kepada saya dengan sangat sederhana. Namun walaupun sangat sederhana, tetap aja novel filsafat mah ga bisa dengan mudah dicerna tanpa perenungan seksama. Oleh karena itu, setelah membaca kita harus langsung menuangkannya dalam tulisan atau perenungan mendalam.
Salah satu yang paling menarik perhatian saya adalah konsep tentang tuhan. Rasanya dengan bekal ilmu saya tentang Tuhan dalam Islam yaitu Allah yang sangat terbatas, maka saya tergugah untuk sedikit berfilsafat.
Salah satu aliran filsafat ada yang mengemukakan bahwa alam adalah kesatuan dari beberapa unsur kecil yang ada di alam raya, dari mulai konsep unsur dasar air, tanah api dan udara terus ada konsep atom, ada konsep dunia ide dan konsep kekuatan dasar. Semua itu untuk menjelaskan tentang asal muasal kehidupan.
Itu belum cukup! lalu berkembang kepada pertanyaan siapa yang membuat dunia ide, dimana kita menemukannya, siapa yang menyatukan unsur-unsur dasar alam itu sehingga berubah menjadi kuda, anjing, manusia, batu atau bunga? Ada filosof yang mengatakan itu karena kekuatan alam semata, ada yang mengatakan itu terjadi secara acak oleh alam, ada yang mengatakan karena ada kekuatan penyatu yaitu cinta dan kekuatan yang memisahkan yaitu perselisihan. Ada juga yang menyatakan semua karena ada kekuatan msiteri yang menyebabkan semuanya bisa terjadi.
Kemana kita, dan apa yang terjadi dengan jiwa kita setelah kematian? Adalah pertanyaan yang mencul kemudian. Lantas untuk apa kita terlahir kalau semata hanya untuk lahir, menyapa dunia lantas mati?
Saya jadi tergelitik untuk sedikit berpendapat dalam beberapa hal, diantaranya :

EKSISTENSI TUHAN
Siapapun kita, seberapa besarnya kita mampu mengungkap rahasia alam, akan berakhir pada pertanyaan siapa yang mengawali semuanya? Apakah dunia dan alam raya ini ada begitu saja tanpa ada penjelasan dan penyebeb utama? atau ada yang menciptakannya? Kalau manusia bingung untuk menemukan sejarah kehidupan manusia itu sendiri, maka akan lebih sulit lagi kita menemukan siapa yang mengawalinya.
Sehebat apapun akal manusia, sejauh apapun batas kemampuan akal manusia sekarang dan masa depan, pada akhirnya akan selalu muncul pertanyaan baru yang akan berhenti dan hilang dalam konsep keterbatasan kita sebagai manusia.
Teori BingBang yang dikemukakan oleh Hubble adalah salah satu teeori yang mencoba untuk mengungkap sejarah alam raya. Alam raya berasal dari sebuah materi dengan kekeuatan gravitas yang maha dasyat dan mempunyai panas yang maha panas dan karena tekanannya maka meledak lantas menjadi alam raya sekarang, adalah teori yang mencoba menjawab dari mana alam raya berasal ( Itu pun masih dimungkinkan berubah suatu saat nanti apabila pengetahuan dan ilmu manusia berkembang ) tanpa mampu menjelaskan dari mana benda kecil bertekanan maha dasyat itu?
Sampai kapanpun, pertanyaan dasar itu akan terus muncul untuk kemudian menjadi pertanyaan kembali.
Saya punya pendapat tentang itu….
Tuhan itu harus ada!!! Dia….apapun namanya adalah yang mau tidak mau kita harus percaya sebagai kekuatan awal yang memulai sesuatu. Tuhan itu harus ada untuk menjawab kebodohan manusia dalam mengungkap rahasia alam untuk selamanya. Apapun wujud-Nya, nama-Nya, kekuatan-Nya, adalah yang harus diyakini sebagai yang Serba Maha Awal.
Segala sesuatu yang ada berasal dari sesuatu yang telah ada sebelumnya, tapi…yang ada sekarang pasti suatu saat dulu adalah tidak ada, karena ada sesuatu berarti dulu tidak ada. Lantas siapa yang mengadakannya? Itulah tuhan… itulah Allah…
Apakah Tuhan itu adalah dewa, energi, kekuatan misteri, kekuatan alam atau apapun namanya, intinya adalah dia “ada”.
Tapi tuhan juga adalah yang maha akhir…Dia adalah akhir dari segala pertanyaan manusia. Kalau manusia berasal dari sel sederhana, lantas dari mana organisme sederhana itu berasal ? dari meteor yang masuk ke bumi setelah meledak melewati atmosfer. Lantas dari mana meteor itu berasal? Dari alam raya. Lantas siapa yang menciptakan alam raya? Darimana dia berasal? Dari meledaknya suatu benda dengan kekuatan maha dasyat. Lantas diapa yang menciptakan benda itu? Apakah dia ada dengan sendirinya? Nah itulah Tuhan sebagai jawaban terakhir!!! Jadi Allah itu Maha Awal dan Maha Akhir.
Tidak ada alasan rasional apapun untuk menolak keberadaan atas eksistensi Allah. Walaupun mungkin rasio dan ilmu atau bukti ilmiah pun belum dapat membuktikan keberadaan-Nya secara fisik. Ada pilihan???
Tuhan juga adalah sebagai sumber dari nilai universal atau anggukan universal yang akan sama ada di setiap jiwa manusia. Semua manusia sepakat apabila menyiksa orang lain adalah suatu kesalahan, membunuh orang lain adalah tidak benar dan mungkin mencuri hak orang lain adalah suatu yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Semua anggukan universal itulah suara Tuhan. Acuan hati nurani semua manusia. Walau sering kita melupakan hati nurani itu karena berbagai kepentingan pribadi dan kelompok. Padahal suara hati inilah yang sebenaarnya harus kita jaga sebagai bukti akan eksistensi Tuhan.

Bandung, 6 Januari 2007

AKU YAKIN TUHAN ITU ADA

Pernah baca tulisan-tulisanku tentang Tuhan ? apa yang ada dalam benakmu setelah itu ? men-cap-ku sebagai nabi atau setan ? aku tak keberatan seandainya semua orang mencitrakan diriku dengan salah satu dari nabi atau setan. Yang pasti, keberadaan Tuhan bagiku adalah misteri yang mungkin tak akan pernah dapat aku singkap, walaupun dalam angan dan imaji.
Ada tulisanku yang seoralh aku adalah fatalis, orang yang pasrah pada takdir dan guratan nasib yang katanya telah Dia gariskan untuk semua umat dan hamba-Nya. Terkadang pula aku menggugat keberadaannya sampai hampir-hampir aku menentang keberadaannya di alam semesta ini.
Ada tulisnku yang mengajak semua berpangkal dan berujung pada-Nya, mengabdi dan mengangkat nama-Nya tinggi-tinggi, tapi sering pula aku menganggap keberadaannya hanyalah sebatas khayalan umat menusia sebagai pelampiasan ketidakberdayaan menghadapi masalah-masalah kehidupan dan kematian.
Jangan heran, aku adalah manusia yang juga tak tahu apa-apa. Aku hanya ingin meyakini apa yang aku tahu. Aku hanya ingin menggugat keyakinanku untuk menjadi lebih yakin. Aku bukan Ibrahim yang berhasil menemukan Tuhannya dari perenungan yang mendalam. Aku adalah anak manusia yang ingin mencari-Nya dari dalam diriku, bukan di atas sana.
Kesimpulanku dari pengembaraan kecil hatiku berkeyakinan kalau Tuhan itu ada. Siapapun Dia, bentuk apapun Dia, dimanapun Dia, Dia memang ada. Dan itu adalah naluri manusia paling dalam. Sulit aku menguraikan keyakinanku dengan santun dan mudah dimengerti oleh orang lain.
Bagiku keberadaan Tuhan adalah jawaban akhir dari segala ketidakberdayaan manusia mengungkap kehidupan dan kematiannya.

Bandung, 10 Oktober 2004

Aku merindukkan Mu Tuhan….

Selayaknya seorang kekasih yang merindukan pasangannya…
Seperti malam merindukan kokok ayam menjelang fajar…

Aku ingin memandangmu selayaknya mata memandang tanpa kdip kekasihnya yang berada dihadapannya. Aku terlalu jauh melangkah mencari sesuatu yang sebenarnya adalah aku sendiri. Nalarku menuntun bahwa Engkau adalah diriku sendiri. Akalku membawaku kepada Mu dalam jiwaku. Hatiku memberitahu bahwa Engkau adalah alam raya ini. Tapi…

Ah…pernahkah engkau merindukan kekasihmu yang jauh itu tiba-tiba berada tepat dihadapanmu walau sesaat. Tapi ketika engkau telah melihatnya sesaat, maka egomu menahannya untuk pergi. Dan setelah dia pergi…engkau menyesalinya telah bertemu dan itu sangat menyakitimu sekali.

Itulah aku…merindukan Tuhan…

Semua orang heran dengan kerinduanku pada Mu. Mereka hanya bilang padaku bahwa Tuhan itu ada dan berhentilah berpikir tentang Nya. Mereka mengatakan itu semua dengan satu kata…IMAN….

Tapi bagiku apa itu IMAN ? aku ingin Yakin dengan segala kesadaran jiwa ragaku. Aku ingin Engkau benar-benar mewarnai hidupku. Sekelilingku meragukan keyakinanku akan Mu…karena aku selalu berkata, “aku sedang mencari TUHAN…”

Pernahkah mereka berpikir tentang Mu yang Tuhan….benarkah IMAN harus menutup seluruh potensi yang ada pada diriku untuk mencari Mu? Salahkah bila akalku selalu mencari wujudmu dalam pikiranku? Salahkah bila aku ingin tangan ini menjadi tangan Mu? Mata ini menjadi mata Mu, telinga ini menjadi telinga Mu, jiwa ini merasakan sebagai “jiwa Mu”……

Salahkah aku bila aku berzikir “lailaha ila Anna…” ,”Anna...Anna…”tidak ada Tuhan selain Aku”….?
Berdosakah aku kalau sampai mati aku akan senantiasa meraih Mu dan bisa melihat Mu dengan mata ku sendiri. Kafirkah aku bila tangan ini bisa merasakan sentuhan Mu juga?

Tuhan aku merindukaan teramat sangat…..!

Bandung, 02 Agustus 2008, kamar kerja, 21.00 wib. Indonesian Idol (Aris dan Gisel).

AKU MARAH PADA TUHAN…

Entahlah, rasanya tidak mungkin semua ini berasal dari Tuhan. Kalau Tuhan bisa marah pada umatnya karena mereka melupakan-Nya, apakah layak seorang hamba marah pada Tuhannya yang dianggap melupakan hambanya dalam belantara kehidupan yang serba tidak pasti ???
Kalau kamu adalah manusia yang tersisih dengan alasan apapun, kalau kamu adalah orang yang meratap dan gamang dengan hari esok, kalau kamu adalah orang yang menanggung jiwa-jiwa kelaparan dan haus akan kehidupan ini, kalau kamu adalah orang yang merasa terasing dalam kehidupannya, kalau kamu adalah orang yang tidur di emper jalanan tanpa penghormatan sebagai manusia, kalau kamu adalah orang yang mengais sampah di pelosok kota yang tak terjamah, kalau kamu adalah korban bencana yang kamu sendiri tidak pernah merasakan melanggar perintah-Nya, kalau kamu adalah seorang bapak yang ditinggalkan anak dan isteri karena bencana, kalau kamu adalah sosok ibu yang bingung karena asi habis sementara untuk membeli susu pun kau kebingungan, kalau kau adalah seorang anak yang diksa oleh bapak, kalau kau adalah anak yang dibuang oleh ibumu karena kelahiranmu tidak diharapkannya, kalau kamu adalah bayi yang tergeletak karena ibumu mati kelaparan, kalau kamu adalah seorang gadis yang merana tak ada yang melamar, kalau kau adalah bujang pengagguran yang dilirik sinis oleh calon mertuamu, kalau kau adalah anak jenius yang tersisih karena orang tuamu tak sanggup menyekolahkanmu, kalau kau adalah pelacur yang dimaki tapi tak pernah di tanyai, kalau kau adalah germo yang mengais hidup dari keringat orang lain....kalau kau...kalau kau....kalau kau....
Tak layakkah kita marah pada Tuhan yang katanya Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ????????? Lantas dimana kasih-Nya dan dimana sayang-Nya?????????
AKU MARAH PADA TUHAN
Tapi kalau kau adalah koruptor yang selalu bebas dari jeratan hukum, kalau kau adalah pencuri kayu hutan yang membayarnya dengan bencana, kalau kau adalah raja judi yang makmur, kalau kau adalah bandar pelacur yang bernyanyi dalam gelimang sperma dan sel telur orang melarat, kalau kau adalah bromocorah pembunuh yang masih bisa tidur bersama wanita penghibur, kalau kau adalah pejabat yang senantiasa menyelewengkan jabatannya, kalau kau adalah orang kaya dari memeras keringat buruh yang menjerit minta kenaikan upah seribu rupiah saja, kalau kau adalah dajjal kecil yang dihormati, kalau kau adalah dukun cabul yang memiliki mantra dan kesaktian iblis, kalau kau orang artis yang menjual dada dan vagina dalam lembaran uang....masih kah kau bercengkrama dengan Tuhan??????
Di situkah Tuhan itu sebenarnya bersemayam ??????

Aku marah pada Tuhan

Bandung. 22 september 2007

ADAKAH TUHAN DI ACEH ?

Mengenang tragedi Aceh,26 Januari 2005

Pertanyaan itulah yang muncul pertama kali saya mendengar peristiwa mengerikan di Aceh. Kematian dan kerusakan yang maha dahsyat akibat gempa dan tsunami benar-benar di luar dugaan dan akal manusia. Saya menghela nafas panjang seraya bertanya,”dimana engkau ya Tuhan ?”
Keimanan saya benar-benar diuji dengan peristiwa yang menyakitkan semua rasa kemanusiaan. Hati ini benar-benar bingung, inikah perwujudan Tuhan dengan segala kasih sayangnya pada rakyat Aceh yang justru adalah provinsi yang berasaskan Islam dan paling banyak menyebutkan asma-Nya. Dalam shalat saya ingin menangis, tapi mata air tidak pernah keluar, ingin berdoa tapi pada siapa. Ketika saya akan berdoa pada Allah, pertanyaan iblis selalu menyertai, “kenapa kau berdoa pada sesuatu yang justru merusak?” . saya kembali diam dan meragukan betulkah ada Tuhan ?
Tapi sekarang semua itu hanyalah cerita lama. Saya menyadari bahwa imanku selama ini adalah iman yang dilandasi akal, sehingga ketika ada kejadian yang siluar akal, saya langsung menggugat Tuhan.
Semua kejadian ada alasan dan himahnya. Hanya saja kita yang tidak bisa menangkap semua itu secara utuh sehingga kita menangkap hkmah selalu dari sudut pandang kita sendiri. Padahal sudut pandang kita sangat terbatas dan awam.
Ya Allah…sekarang aku yakin atas semua kasih sayangmu. Maafkan aku !!




Bandung, 31 Januari 2005

Kamis, 18 September 2008

TERNYATA TUHAN SENANG BERCANDA…

Pernahkah kamu merasakan saat-saat dimana Tuhan sedang bercanda dengan mu? Ketika Tuhan begitu enteng menarik ulur doa dan kemampuan-Nya untuk mengabulkan atau tidak mengabulkan. Mungkin kita terheran-heran ketika seonggok harapan yang sudah di depan mata kita tiba-tibda hilang begitu saja entah kenapa. Padahal segala daya dan upaya sudah kita kerahkan untuk meraihnya. Atau mungkin sebaliknya, ketika kita duduk melamun, tiba-tiba Tuhan menghantarkan seonggok mimpi itu kehadapan kita tanpa kita duga-duga sebelumnya.
Juga ketika Tuhan bermain dengan ribuan nyawa di Aceh ketika bencana tsunami menyapu bersih Aceh. Bagi saya itu adalah cara Tuhan bercanda. Kenapa? Karena Tuhan tentunya tidak serius membumihanguskan Aceh yang notebene adalah daerah yang secara kasat mata begitu dekat dengan-Nya. Bagi saya Tuhan baru akan dianggap serius kalau Dia menyapu Jakarta misalnya. Atau memberikan suatu penyakit bagi para penjahat nasional yang telah korup dan mempermainkan jutaan nasib rakyat. Atau Tuhan menunjukkan keagungannya dengan sedikit memberikan peluang bagi rakyat Indonesia untuk merasakan suatu kepemimpinan nasional yang amanat dan berpihak pada rakyat banyak.
Tapi Tuhan memang bercanda, ketika berjuta rakyat miskin terus dipermainkan nasibnya di Indonesia. Melalui tangan-Nya di pemerintahan, Tuhan seolah ingin mengajak kita mentertawakan nasib sampai pada titik nadir perikemanusiaan. Ketika dengan telanjang para pelaku pemerintahan mengatur negara ini untuk tidak teratur dan semua berjalan mulus-mulus saja. Ketika tingkah polah koruptor telanjang mata mempertontonkan kebejatan moral dan akhlak tapi mereka selamat dari segala tuntutan hukum dunia.
Tuhan memang senang bercanda dengan rakyat Indonesia. Bercanda dengan bencana-Nya, bercanda dengan permainan monopoli ekonomi Indonesia. Ketika membiarkan semua tahapan kehancuran negara ini terus terjadi. Bercanda ketika rakyat kita kering dan hampa dari hati nurani.
Tuhan itu katanya Maha Kasih dan Maha Sayang, jadi tidak ada alasan Dia bermaksud menghukum warga Aceh. Tidak mungkin Tuhan membiarkan koruptor dan pengkhianat kemanusiaan berkeliaran dengan bebas. Tidak mungkin Dia membiarkan kaum fakir yang katanya dekat dengan Tuhan dipermainkan begitu rupa nasibnya. Tidak mungkin Dia membiarkan rumah kaum miskin yang katanya adalah rumah-Nya terus ditimpa kehancuran dari arogansi kekuatan Dajjal ekonomi dan Iblis kerakusan beberapa orang kaya.
Kenapa Tuhan senang bercanda dengan rakyat Indonesia?
Karena rakyat Indonesia adalah manusia yang memiliki rasa humor yang tinggi pula. Dengan tingkat kesabaran yang sejajar dengan penduduk sorga. Bagaimana tidak, kalau di negara lain mungkin Tuhan sudah lama di bunuh dan dianggap mati ketika Dia tidak ada tatkala bencana di Serambi Mekah terjadi. Bagaimana tidak, ketika begitu sabarnya orang miskin Indonesia menerima kesewenangwenangan para pemimpinnya dan masih terus menyebut namanya dengan nama-nama Tuhan yang terindah. Bagaimana tidak, kelangkaan sumber minyak dan melambungnya harga kebutuhan dasar kemanusiaan begitu sulit diperoleh dan rakyat masih bisa tertawa lepas mentertawakan kesengsaraannya.
Tuhan senang pada rakyat Indonesia, karena rakyat Indonesia tidak pernah “pundungan” atau “ngambek” pada-Nya, sekeras dan sekasar apapun becandaan Tuhan ditimpakan-Nya kepada kita.
Apakah kita sudah saatnya bertanya pada Tuhan, kapan Dia mau serius mengurus kita. Atau minimal mengurus orang miskin untuk tidak di bunuh kemanusiaannya. Rakyat miskin ini tidak pernah minta dilahirkan, tapi ketika mereka “dipaksa” lahir ternyata hanya untuk ditertawakan dan disishkan dari perhatian-Nya.
Saya tidak peduli dengan adanya janji sorga dan neraka. Itu urusan nanti ketika manusia sudah mati. Tapi yang penting sekarang, ketika kita hidup janganlah sampai dibuat sengsara secara permanen sampai mati. Ketika sorga belum tentu kita raih, minimal rakyat Indonesia bisa mencium bau kesejahteraan dan harapan yang lebih baik dimasa depan.
Atau memang Tuhan sudah melimpahkan urusan dunia kepada manusia 100% tanpa ada sisa bagi-Nya untuk campur tangan? Kalau begitu, kenapa harus ada sorga dan neraka? Biarkan manusia berlomba dengan cara apapun untuk meraih impian mereka. Kenapa harus dilarang mencuri kalau itu memang cara termudah untuk menjadi sejahtera. Mengapa harus dilarang ketika manusia saling membunuh dan menghancurkan sesamanya kalau itu adalah jalan pintas untuk berkuasa? Biarkan mereka berusaha dengan tangan dan kaki mereka dan otak mereka sesukanya untuk meraih cita-citanya. Jangan ada aturan yang mengatakan perbuatan buruk akan menyebabkan kita keneraka dan bila kita baik akan masuk sorga. Karena itu semua akan membelanggu rakyat miskin untuk meminta haknya dengan kekerasan ketika yang kaya tak mau berbagi hartanya.
Tuhan senang bercanda dengan rakyat Indonesia, karena rakyat Indonesia sendiri senang dan tenang-tenang saja dibecandaain begitu rupa. Di negara lain mungkin sudah terjadi revolusi ketika negara tak mampu lagi menjalankan tugasnya selama ini. Mengapa rakyat Indonesia begitu saja mau diiming-imingi oleh pemilu, undang-undang, aturan, hukum yang katanya akan selalu berpihak kepada orang kecil dan miskin? Mengapa rakyat Indonesia adem-ayem ketika korupsi merajalela? Kenapa rakyat tenang saja ketika kebutuhan dasar kemanusiaannya dipermainkan penyelenggara negara? Kalau bukan karena rakyat memang senang becanda dengan Tuhan.
Nama Tuhan digemakan diseluruh langit nusantara. Ibadah dilakukan dengan sangat khusu oleh penganutnya. Ibadah dan ritual senantiasa dijalankan oleh umatnya. Padahal jelas Tuhan hanya becanda mengurus Indonesia.
Realistis yu…..Tuhan aja becanda, kenapa kita begitu serius menjalani hidup ini. Mungkin ada yang bilang semua itu cobaan, ujian atau hukuman. Tapi perasaan saya, yang namanya hukuman, ujian atau cobaan itu tidak selamanya.
Bagaimana kalau saya mengajak rakyat juga mulai meladeni candaan Tuhan. Santai sajalah….bicara baik-baik dan sedikit becanda ketika kita mau berbicara pada-Nya. Dia begitu dekat dengan kita, sangat dekat. Tak perlulah teriak dan menangis dihadapan-Nya, toh apa yang terjadi pada kita adalah suratannya yang telah di tulis di kaki langit. Miskin…yang miskin saja. Kalau harus kaya ya kita akan kaya sendiri tanpa harus bersusah payah. Semua sudah diatur sedemikian rupa.
Jadi kalau kita adalah orang yang menjalani episode hidup ini dengan kemiskinan, ya biasa aja lah. Menjalani apa adanya. Kalau kita matipun kita tidak rugi apa-apa. Berdoa? Ya berdoa saja apa adanya, toh Dia yang akan menentukan dikabul atau tidak dikabul sesukanya. Minta ampun? Minta ampun untuk apa? Karena kita pun berbuat salah atas ijin-Nya.
Karena Tuhan senang bercanda….kita anggap saja hidup ini memang candaan Tuhan. Bagaimana tidak, manusia diberi usia sangat pendek untuk mencicipi dunia, tapi akan mempertanggungjawabkan hidup ini kekal di sorga atau neraka. Hidup yang hanya puluhan tahun (katanya) akan dibalas dengan kehidupan abadi di dunia sana. Ah…naif sekali kalau kita menganggap itu serius.
Kalau Dia membaca tulisan ini, apakah Tuhan akan marah? Ah…rasanya Tuhan pun tidak akan marah membaca tulisan ini, karena Dia tahu tulisn ini hanya becanda saja. Hanya untuk meladeni candaan Tuhan saja. Paling yang marah adalah orang yang mengaku utusan Tuhan dan berhak mengatasnamakan Tuhan lalu mengobrak-abrik tatanan Tuhan yang rancang secara bercanda. Orang-orang seperti itu terlalu serius menanggapi Tuhan. Terlalu polos dan lugu menghadapi beribu tipuan dan trik Tuhan menjalankan dunia ini. Santai sajalah…..Tuhan saja tidak serius kenapa kita harus potang-panting mengikuti jejak Tuhan.
Demikianlah tulisan penuh canda ini saya tulis. Saya mohon maaf kalau ada khilaf karena sesungguhnya apabila yang saya tulis ini benar, kebenaran itu datang dari-Nya, dan kalau ada salah sesungguhnya kesalahan itu juga karena atas ijin-Nya.
Bandung, 13 September 2008

AKU DAN DIA SAMA

Lamunanku dikejutkan oleh suara kaca kelas yang pecah. Belum reda keterkejutanku tiba-tiba Hendra teman sebangkuku terguling dan darah mengucur dari kepalanya. Aku terdiam dan mencoba mencari jawaban atas kejadian yang tiba-tiba ini. Semua teman kelasku berhamburan keluar sambil menjerit dan berteriak histeris. Aku keluar kelas dengan membopong Hendra yang mungkin sudah tidak sadarkan diri. Bajuku terkena cipratan darahnya yang terus mengalir. “Ndra…Ndra…kenapa lo?” aku mencoba menanyakan keadaannya. Semua sia-sia. Suasana sekolahku semakin tidak karuan, para perempuan menjerit dan laki-lakinya berteriak sambil melempar batu ke arah luar gerbang.
Aku terkejut saat melihat belasan anak SMA lain juga melakukan yang sama di luar sana. Dalam kecemasanku akan kondisi Hendra, aku meraih sebuah batu didekatku dan dengan tenaga yang ada aku lempar keluar tanpa tahu kenapa dan kepada siapa batu itu diarahkan. Beberapa detik setelah itu aku mendengar sorak gembira teman-temanku seiring perginya belasan siswa SMA yang tidak aku kenal itu entah kemana.
“Hidup Seto, hidup Seto…” lalu sebagian dari mereka tiba-tiba mengangkat tubuhku layaknya pelatih Spanyol yang diangkat para pemain seusai final melawan Jerman. Aku bingung, tapi aku angkat kedua tanganku layaknya seorang pahlawan. Kenapa? Aku sendiri bingung.
Pada saat istirahat itulah aku baru menyadari bahwa tadi sekolahku diserang STM Otomotif karena masalah kemarin sore. Katanya, mereka mengganggu cewek SMA ku dan pelakunya dikeroyok rame-rame oleh teman-temanku dan ternyata mereka tidak terima perlakuan itu. Mereka marah dan menyerang sekolah ini keesokan harinya. Aku senang. Entahlah..selama ini aku dikenal sebagai siswa aneh,Freak,culun dan kampungan. Tapi dalam sekejap aku menjadi banyak teman. Lemparanku yang asal lempar ternyata berhasil mengenai, melukai dan menyebabkan seorang anak STM itu pingsan. Lalu mereka pergi.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku membaca koran kejadian kemarin pagi. Anak STM itu belum sadar. Namanya Ari, anak kelas X yang baru tiga minggu sekolah. Dia pergi dipaksa kakak kelas untuk ikut menyerang sekolah ku dengan alasan solidaritas. Tanpa persiapan apapun dia menyerang sekolahku. Terkena lemparanku tepat dimatanya dan dinyatakan bisa menyebabkan kebutaan. Aku tercenung. Diam. Kedua lututku gemetar…inikah hasil dari ketidaktahuan dan kebodohanku? Apa bedanya aku dengan dia? Tidak tahu apa-apa! Sekilas aku membaca, kedua orang tuanya menangis karena Ari adalah anak sulung yang selama ini membantu mencari penghasilan dengan menjual koran.
Ketiga adiknya yang masih kecil belum bisa berbuat apa-apa. Bapaknya yang pincang mengandalkan penghasilan dari Istrinya sebagai pembantu dan Ari. Si penjual koran. Yang bisa buta oleh lemparanku. Pahlawan sekolah. Yang tidak tahu apa-apa.

BANDUNG, 04 AGUSTUS 2008

K O N T R A

Dalam kegelapan tengah malam jalan Sumatra, tampak seseorang tengah jalan sempoyongan. Ditangannya tergenggam botol yang hampir kosong. Angin malam berhembus menusuk tulang tak lagi dia hiraukan, Bandung tak lagi dia kenal. Semua adalah asing baginya. Ditengah jalan perempatan Sumatra – Kalimantan yang sunyi dari lalu lalang pejalan kaki dan pengendara, dia berhenti lalu berteriak, “ Tuhan….dimana Kau ? Aku minum bir brengsek dan masuk ke bar agar aku dekaaa…at padamu setelah aku tak menemukan-Mu di masjid, di surau, di pengajian-pengajian yang telah aku datangi.” Akhirnya dia tersungkur dan menangis, sendiri dalam kesunyian dan kegelapan malam.
“ Dimana aku sekarang ……?”
Dalam kepeningan kepalanya yang sangat berat, dia menatap langit-langit. Samar-samar nampak olehnya kelebatan peristiwa tadi malam. Yang dia ingat ialah ketika dia tersungkur dan menangis, setelah itu hitam merangkulnya.
“ Adi….ini aku, Sinta, istrimu. Mengenalikah kau padaku ? “ isak seorang perempuan cantik disebelahnya. Dalam benak wanita itu, Adi kini lelaki yang tidak dia kenali. Satu tahun ini, dia merasa Adi bukan lagi lelaki yang pernah dia pacari selama 8 tahun. Dulu suaminya sangat ceria, periang dan supel. Kini, semuanya berubah tatkala kekayaan keluarganya semakin mapan.
“ Adi, apa sebenarnya yang telah terjadi ? darimana saja tiga hari ini ? aku dan anak-anakmu khawatir Di…” tanya Sinta.
Adi menatap kosong wajah istrinya. Wanita itu sangat cantik, pikirnya. Kelebatan memori mengguncang otaknya. Kasih sayang wanita itu tak pernah dia sangsikan, ketulusan wanita dalam melayani dan merawat dirinya benar-benar dia nikmati sepanjang mengenali wanita itu. Rasanya bidadari syorga pun tak sanggup menyaingi kebaikannya. Keahliannya dalam memberikan kepuasan birahi suami sangat sempurna, apa lagi yang aku cari ? pikir Adi.
“ ahhh….Sinta istriku, maafkan aku terus membuatmu khawatir, aku kemarin sedang mencari Tuhan.”

Laman