Kamis, 04 Juni 2009

MEMAHAMI WANITA (3)








(Sambungan 2)


1. Jangan takut menjadi romantis dan sentimentil.

“wanita adalah sosok ‘kami’ yang tidak ingin menjadi ‘kamu’,jadilah ’kami’ maka leburlah ‘kamu’ menjadi jiwa yang satu”

Kaum pria terdidik dalam dunia persaingan dan tuntuan usaha keras menggapai tujuan,sehingga terkadang enggan untuk sedikit berlaku romantis. Pria terpaksa dan terbiasa harus menjaga citra kelaki-lakiannya yang berbalut jantan, anti nangis, haram merajuk dan tidak boleh romantis.

Bahkan dalam memilih tontonan, bacaan, permainan atau hobi pun, kaum pria senantiasa memilih yang berbau hormon testoteron dan adrenalin. Hal ini akan membuat kita semakin jauh dengan dunia wanita. Kita menjadi tidak pernah tahu apa yang dinginkannya pada diri pria. Kita menjadi Rambo ditengah-tengah dunia merah muda dan sentimentil. Kita akan senantiasa seolah menjadi pahlawan yang hanya akan memposisikan dirinya sebagai dewa penolong tatkala wanita dalam kesulitan.

Pernahkah kita mencoba memposisikan wanita yang menjadi penolong kita? Misalnya ketika kita menghadapi permasalah dengan rekan kerja yang telah mengkhianati kita. Kita bisa meminta pendapatnya dengan mimik seolah itu sebagai masalah besar yang kita hadapi dan akhiri dengan kalimat,” kalau ngga ada kamu, saya tidak tahu bagaimana menghadapi semua masalah ini.”. lalu diam dan tunggulah pendapatnya.

Ketika wanita memberikan nasehatnya, pasti tidak akan jauh dari nasehat tentang perlunya kesabaran, jangan meladeninya, mencoba untuk memaafkannya, menyuruh kita tetap bekerja dan fokus pada tugas yang harus kita jalani. Normatif sekali. Sangat jarang wanita mencoba memposisikan dirinya dalam dunia penuh persaingan. Diam dan dengarkan, jangan membantah dan jangan menunjukkan sikap defensif dan bosan dengan nasehat yang dia peroleh dari dunianya yang merah muda itu.

Lalu…akhiri pembicaaraan setelah dia selesai berbicara,” iya ya…kenapa saya melihat semua ini dengan sangat rumit. Apa yang kamu katakan itu benar. Saya hanya perlu fokus pada pekerjaan dan tidak terlalu memikirkannya. Thank ya, kamu udah membantu menolong saya mencari solusi terbaik”.

Ah…kaum pria telah lama terkungkung dalam dunia ketegangan dan citra kejantanan sehingga malu untuk menangis di depan wanita. Wanita juga tentunya sangat ingin ada moment dimana dia menjadi penolong kegelisahan dan kegundahan seorang pria. Tapi tentunya, menangis itu hanya untuk menangisi sesuatu yang bernilai universal, misalnya tentang penindasan, ketidakadilan atau memori kita tentang orang-orangyang kita cintai namun sudah tiada. Tidak melulu harus keluar air mata, tapi cukup degan menunjukkan tatapan yang kosong dan geraman kekesalan. Dan ketika dia mencoba menasehati, maka rubahlah roman dan mimik wajah. Segeralah berubah menjadi lebih ceria. Itu penting untuk menujukkan bahwa dia telah berhasil memberikan pencerahan bagi kita.

Cobalah menguak kepribadian, dunia dan mimpinya melalui majalah wanita, acara televisi untuk wanita atau mendengarkan radio yang secara khusus disediakan buat mereka. Maka kita kaum pria akan menemukan suatu dunia yang benar-benar baru, dunia penuh kebersamaan, solidaritas dan kasih. Kebersamaan dikalangan mereka adalah suatu tradisi yang harus mereka jaga.

2. Jangan menterjemahkan ucapannya secara harfiah

“…seringkali, untuk merasa santai dan merasa dekat dengan seseorang, wanita suka berputar-putar dulu dan lambat laun membuka apa yang ingin dikatakannya.” (Jhon Gray, Mars and venus in the bedroom)

Wanita enggan menujukkan perasaan secara vulgar atau terang-terangan pada orang yang sekiranya mereka kurang kenal dengan baik. Mereka terbiasa berbicara melalui perumpamaan, kiasan dan pengandaian, sehingga terkadang untuk mengungkapkan perasaannya pun mereka harus berputar dan berkeliling dengan kata-kata.

Sekali mereka mengeluarkan sebuah kalimat janganlah langsung menterjemahkannya dalam arti yang harfian atau denotatif. Kata-katanya sangat ambigu, bersayap dan melangit. Kita perlu memahaminya dalam konteks yang lebih mendalam.

Jarang wanita bisa mengatakan “aku mencintaimu”, “ aku khawatir akan keadaanmu”, “ aku cemburu”, “aku takut kehilanganmu” secara harfiah. Dan itu sering malah menimbulkan masalah dalam hubungannya dengan pria yang cenderung blak-blakan dan langsung pada pokok permasalahan.

Untuk mengungkapkan kekhawatirannya, mungkin dia akan mengatakan,” kemana aja sih kamu, jangan-jangan kamu jalan ama yang lain ya” atau “ kamu kok begitu senang bikin saya menunggu”.

Atau untuk mengutarakan kecemburuannya dia akan berkata” kamu udah bosan ya ama saya?”. Itulah wanita! Dan untuk mengatasinya, jangan sampai terpancing untuk membicarakan apa yang dikatakannya, tapi coba balas dengan pujian dan pernyataan rasa rindu atau kagum kepadanya. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita memunculkan masalah karena salah mengartikan makna yang terkandung dalam setiap kalimat yang diucapkannya.

Bahkan sering juga wanita mengungkapkan maksudnya dengan menjadi pihak ketiga. Wanita akan cenderung menceritakan sebuah kisah dari teman, sehabat atau keluarganya yang hampir mirip dengan keinginannya. Misalnya seorang wanita yang ingin dipeluk oleh kekasihnya atau oleh suaminya akan menceritakan tentang tetangga atau temannya yang selalu mendapatkan pelukan atau ciuman dari pasangannya. Kalau kita tanya apakah dia juga ingin seperti yang tetangga atau temannya lakukan, wanita akan berkelit dan berkata bahwa dia hanya menceritakan saja tanpa ada tujuan apa-apa. Mereka juga akan malu apabila maksudnya dengan mudah tertangkap oleh pasangannya.

Bagi yang masih dalam tahap saling pendekatan, wanita akan melakukan kecenderungan yang sama. Menceritakan kisah temannya, baik jujur atau rekaan semata, tapi tujuannya adalah supaya pria memahami maksudnya. Ketika pria yang diharapkannya untuk segera mengatakan cintanya, wanita akan bilang,” kasian ya si Bella, udah lama dekat ama si Toni tapi terus dipermainkan perasaannya. Si Toni nggak pernah sama sekali mengatakan kalau dia suka ama Bella. Kalau saya sih akan langsung menjauhi si Toni itu”. Jangan bereaksi berlebihan apalagi memperolok-oloknya. Dengarkan saja, lalu beberapa saat lakukan apa yang dimintainya seolah kamu tidak pernah menghubungkannya dengan cerita yang dia kisahkan itu. Atau coba ajak becanda, misalnya disaat dia mengatakan senang melihat tetangganya yang selalu mendapatkan ciuman dari sang suami yang akan berangkat kerja. Jawablah ”ayah juga pengen mah mencium tetangga itu seperti suaminya, tapi kalau suaminya tahu kan bisa marah...” tunggu reaksi dia. Kalau dia marah, berarti dia memang menunjukan bahwa arah pembicaraannya adalah untuk dirinya sendiri.

3. Peka terhadap bahasa tubuh wanita

“kami hidup damai dalam bahasa kami, pelajarilah;

kata dasar kami adalah ‘kami’, kata kerja kami adalah ‘kami’, imbuhan ‘tanpa tapi’, dan akhiran kami adalah ‘kami’

….ada yang salah...?”

Wanita adalah jenis makhluk yang paling tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Suka, duka, kesel dan cinta akan begitu mudah kita lihat dari tingkah laku, ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya. Walau mereka cenderung lebih pintar dalam bermain kata-kata, tapi mereka paling gampang ditebak bahasa tubuhnya. Dalam komunitas wanita, menunjukkan perasaan melalui bahasa verbal dan non verbal sangat menentukan diterima atau tidaknya mereka dalam komunitas tersebut. Oleh karena itu, sebenarnya pria bisa memanfaatkan kelemahan wanita itu untuk mendapatkan jawaban dari tubuhnya, bukan perkataannya.

Misalnya ketika pria memiliki kesempatan berdua dengan wanita yang disenanginya, usahakan kita berada di posisi menghadap wajahnya. Pada saat makan berdua, cobalah duduk tidak disampingnya tapi didepannya karena dengan demikian maka kita akan lebih mudah melihat bahasa tubuhnya.

Untuk menterjemahkan bahasa tubuh yang muncul memang tidak bisa hanya dilihat dalam satu moment saja. Tapi butuh kecermatan dan kesabaran kita untuk mengurai, menyusun dan melakukan perkiraan dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh wanita. Anggaplah kita sedang menyusun sebuah puzzle tingkah laku yang harus kita pilah dan pilih, lalu kita susun dalam rangkaian yang tepat sehingga kesimpulan yang kita dapat adalah kesimpulan yang mendekati kebenaran.

Juga harus diingat, “perasaan” yang ada harus kita diusahakan seminimal mungkin ikut berperan dalam menyusun rangkaian tersebut. Rasa sayang yang meluap di hati kita, terkadang akan menutup beberapa tanda bahasa tubuh negatif yang wanita tunjukkan kepada kita, dan pada akhirnya akan mengacaukan rangkaian puzzle tersebut dan membuat kita salah mengambil kesimpulan. Banyak contoh dan pengalaman beberapa pria yang begitu bersemangat menceritakan bagaimana wanita yang disukainya menyambut perkenalannya, mau memberikan alamat rumahnya, sedikit bicara tentang hobinya lalu dengan serta merta menyimpulkan kalau wanita itu menyenanginya juga. Padahal bahasa tubuh lainnya berkata sebaliknya, seperti bicara tidak menatap langsung, sering melihat jam tangannya, bertingkah seperti sedang menunggu seseorang atau mungkin jawabannya yang tidak lebih dari 3 kata. Sabar…wanita memang memerlukan “pejinak” dan “pawang” sejati.

Tak ada rumus baku yang bisa dijadikan patokan untuk menjadi standar “kamus rasa” seorang wanita. Tapi secara kasar dapat kita contohkan secara umum, apabila kita memberikan sesuatu kepadanya, lalu wajahnya menunduk dan tersenyum kita harus sudah memahaminya kalau dia menyenangi pemberian kita. Tidak usah lagi kita menanyakan hal itu karena mereka justru akan menjadi diam dan salah tingkah. Tapi apabila dia menatap dingin langsung ke mata kita dengan ekspresi tajam, rasanya memang kita belum bisa singgah dihatinya walau sejenak.

4. Biasakan berbicara melalui media tulisan

“ Melaluinya kuyakini, bahwa kau memang memegang janji itu, mengikat komitmen itu, mengencangkan hasrat itu,menancapkan perasaan itu untukku melaluinya yang tak mungkin ku hapus dalam lembaran hidupku, terbakar sekalipun kertas itu”

Mengapa wanita rela mengeluarkan uangnya dalam jumlah banyak untuk membeli sebuah novel? Wanita sangat tertarik pada cerita-cerita romantis yang bisa -setidaknya- mewakili sedikit perasaannya. Memenuhi pikiran dan khayalannya dengan tokoh-tokoh dalam cerita itu. Wanita juga memiliki daya ingat yang luar biasa untuk terus terlibat secara emosional dengan alur cerita yang dibacanya.

Oleh karena itu, adalah selayaknya kaum pria pun dapat memanfaatkan peluang ini untuk menarik minat si wanita. Pria terkadang memiliki rasa dan emosi yang menggelegak, namun akan segera menghilang begitu pikirannya terisi kembali oleh rutinitas sehari-hari. Padahal, mungkin saja gelora rasa dan olah emosi ini sangat menarik untuk dapat juga dirasakan oleh wanita.

Misalnya pada saat kita berada di tempat yang berbeda, pria bisa spontan merasa rindu terhadap wanita impiannya. Hasrat itu begitu menggebu-gebu sampai-sampai pria akan melakukan apapun untuk segera memenuhinya. Namun kendala tekhnis dan non tekhinis senantiasa menghadang khan? Pekerjaan setumpuk, jadwal meeting atau ulangan yang ketat dan kondisi badan yang letih akan menjadi alasan kita mengurungkannya. Tapi hasrat itu tetap ada! Rasa itu tetap menggelora, maka..tulislah apa yang kita rasakan sekarang!

Pria kadang berdalih tidak bisa menulis apalagi yang berbau romantis dan sentimentil, tapi ingatlah ketika kita sedang rindu, kasmaran dan melimpah dengan berjuta rasa, yakinlah, apapun yang ditulis akan terasa berbeda tatkala kita bacan dikemudian hari. Kata-kata aneh dan ajaib lancar mengalir melalui pena. Dan kalau bisa, segera masukan ke amplop dan sampaikan kepada wanita yang kita tuju.

Mengapa harus tulisan? Alasannya sederhana, supaya si wanita bisa berulang kali membaca dan merasakan kembali apa yang kita rasakan tentang mereka. Tulisan adalah bukti atau mungkin artefak dari sejarah kehidupan mereka yang layak dibanggakan. Bagi mereka, tulisan kita adalah bisa jadi adalah pemberian yang paling tulus kaena untuk membuatnya dibutuhkan kesabaran dan kesadaran yang cukup tinggi. Mungkin juga, tulisan merupakan sebuah bukti dari kesanggupan kita untuk memanggul komitmen dari apa yang kita bicarakan. Anggaplah tulisan kita, apapun isinya, adalah semacam surat perjanjian diatas materai tentang ungkapan perasaan kita tentang mereka.

Belajarlah menulis! Walaupun sekarang telah bisa menyampaikan perasaan melalui SMS. SMS adalah sebuah budaya yang merusak kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan hati secara lebih nyata. SMS adalah media penyampai berita, bukan perasaan karena SMS sangat tidak mampu mengungkap rasa dalam rangkaian kalimat lengkap. Singkatan dan simbol demi penghematan, jelas adalah sesuatu yang ”haram” dalam membina sebuah hubungan. Tulislah perasaanmu! Walau sekarang telah ada banyak buku puisi. Ungkapkanlah isi hatimu melalui surat! Walalupun orang bicara, rasa tidak bisa diwakili dengan kata. Tapi percayalah, kata merupakan senjata paling tepat untuk menujukkan perasaan kita. Wanita bisa merasakan sesuatu yang berbeda, ketika kita mengungkapkan perasaan dengan cara kita sendiri.

Pertama menulis mungkin akan terasa sangat konyol, tapi itu kalau kita membacanya sebulan kemudian. Teruslah mencoba, mulailah dengan menyadur perkataan orang-orang bijak, ugkapan orang lain atau sedikit mengambil lirik lagu dalam surat yang kita buat. Lama-lama kita bisa mengungkapkan penuh isi hati kita. Percayalah. Sesuatu yang besar tidak akan pernah terjadi bila tidak dimulai oleh sesuatu yang kecil.

Tidak ada komentar:

Laman