Minggu, 11 Oktober 2009

UNTUK SIAPA ISTERI (dan suami) KITA BERDANDAN?


Pernah melihat bagaimana sibuknya isteri kita berdandan ketika akan menghadiri suatu acara seperti pernikahan, undangan kantor atau acara keluarga? Bagaimana mereka menyibukkan dirinya dengan segala sumber daya kecantikan yang mereka punya untuk bisa tampil sesempurna mungkin. Bahkan bisa jadi kita baru peertama kali lihat bahwa isteri kita memiliki pakaian baru justru ketika kita akan menghadiri sebuah acara.
Ketika kita tanya mengapa mereka habis-habisan berdandan sedemikian rupa, jawaban umum dan telak adalah.”kan kalau ibu tampil cantik…ayah juga yang bangga…!” tapi pertanyaannya, kenapa justru ketika berdua, dirumah, justru isteri kita tidak pernah dandan heboh seperti pas mau ke undangan pernikahan ya? Terus isteri kita itu sebenarnya ingin dikatakan cantik oleh siapa? Apakah pujian itu harus oleh tamu undangan lain sehingga membuat kita sebagai suami menjadi bangga. Apakah isteri kita tidak terlalu bangga bila suaminya sendiri yang mengatakan cantik?
Kalau pertanyaan itu kita lontarkan, maka jawabannya,”masa masak ama nyuci piring pakai gaun mahal…kan sayang bajunya”. Padahal apa salahnya mereka, para isteri berdandan di rumah layaknya ketika mereka akan menghadiri jamuan makan malam presiden ya….!
Ada perubahan psikologis ketika sepasang kekasih merubah statusnya menjadi sepasang suami isteri. Rasa memiliki yang besar dan leluasa, kebiasaan baru untuk tidak lagi menutup diri dalam arti fisik maupun psikologis, membuat getaran-getaran sensasi ketika pacaran sedikit demi sedikit mulai berkurang dan tidak mustahil akan hilang dan habis seiring waktu, rutinitas dan menurunnya hasrat. Sensasi-sensasi yang dahulu begitu menggebu ketika pacaran terbentuk karena situasi dan kondisi membuat semua itu tertahan. Berpegangan tangan dan bermesraan dengan manja menjadi sesuatu yang mahal karena ruang dan waktu sangat terbatas. Bahkan setiap pasangan akan berusaha berdandan dan tampil sedemikian rupa untuk memuaskan dan tentunya untuk mendapatkan pujian. Namun setelah menikah kita bisa melakukan apapun, dimanapun dan kapanpun. Kondisi ini kemudian serta merta akan membuat sensasi yang berbau seksual akan berkurang dan lahirlah kejenuhan.
Sensasi itu kemudian berkembang dengan beralih kepada orang lain. Sensasi gairah muncul justru ketika orang yang buka suami memberikan perhatian dan pandangan yang memuji. Bagaimana tidak, suami bisa jadi sudah jarang memuji dan meminta isteri untuk tampil cantik.
Jadi jangan selalu salahkan isteri karena tidak berdada! Jangan-jangan suami pun sering berpenampilan biasa saja ketika di rumah. Hal ini pastinya akan sangat berbeda ketika suami akan bekerja. Suami biasanya memakai pakaian terbaik dengan wewangian yang menyengat, sementara ketika dirumah? Wow jangan tanya! Kaos dalam yang sudah bolong dan celana kolor yang sudah kumal menjadi pemandangan sehari-hari. Ditambah bau kerigat sepulang kerja, wuihhhhh….semerbak mewangi sepanjang hari di kamar tidur.
Nah, karena itu, tidak ada salahnya kita mulai sekarang senantiasa berpakaian dan berdandan sebaik mungkin. Minimal seminggu sekali. Dirumah! Lalu ciptakan suasana yang mendukung sepasang suami isteri untuk mencoba kembali nostalgia ketika pacaran.
Dan lihat, apa yang akann terjadi!

Bandung, 9 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Laman