Rabu, 28 Oktober 2009

POLIGAMI? BERIKAN AKU SATU ALASAN LOGIS DAN ADIL SUPAYA AKU BISA MELAKUKANNYA…!

Menjelang subuh, aku terbangun. Kulirik sebelahku dan tak aku dapatkan isteriku berada disini. Mengapa aku merasa kehilangan dirinya justru disaat aku akan “menikah” lagi. Menikah…sebuah kata yang rancu kalau itu dilakukan olehku yang telah dikarunia tiga anak dengan kondisi yang sehat dan isteri yang cantik. Namun keputusan itu sudah aku ambil masak-masak dengan berbagai pertimbangan. Desy, kekasih gelapku kini menuntut hak-nya untuk mendapatkan kejelasan status. Baginya, status itu penting bagi dirinya karena kedua orang tuanya sering menanyakan siapa kekasih dan calon suaminya.

Mas, aku ngga akan nuntut mas macem-macem kok! Aku tahu mas udah punya keluarga yang bahagia. Isteri yang cantik dan tiga anak sudah cukup bagi Mas saat ini. Aku juga tahu kalau posisiku sekarang tidak lebih dari sekedar selingan buat Mas. Tapi aku terlanjur sayang Mas….aku ngga mau lagi memulai hubungan baru dengan orang lain. Aku hanya ingin Mas menunjukkan rasa cinta Mas padaku yang telah menjadi kekasih Mas selama 3 tahun terakhir ini. Please…!
Ya, tapi menikah…? Itu bukan perkara mudah Des…banyak pihak yang akan aku sakiti kalau aku menikah lagi. Belum lagi kamu sudah tahu kalau Mas ini pendapatannya pas-pasan. Bagaimana mungkin kamu menuntut Mas untuk melakukan itu. Mas ngga berani memberi janji muluk untuk itu
Disakiti? Mas kira aku ngga sakit hati karena Mas tidak bisa selalu ada disampingku selama ini. Mas sedang dengan istri mas disaat aku sakit. Aku sedang bergulat dengan masalah, Mas sedang asyik bercengkrama dengan anak-anak Mas. Belum lagi kalau aku melihat langsung dengan mata kepala sendiri ketika Mas bermesraan dengan istri mas. Pernah mas memikirkan hal itu?
Tapi Des, itu kan sudah kamu perhitungkan ketika kita memulai hubungan ini. kamu sering mengatakan hal itu dulu kan!” kataku tak kalah sengit. Ini pembicaraan yang kesekian kali. Dan selama ini bisa aku atasi. Tapi sekarang? Tuntutannya benar-benar mendesak!
Mas…!!!! Dulu aku masih bertindak atas rasio! Sekarang aku bicara rasa. Mas sudah membuat aku mencintai Mas. Total! Dan sekarang aku adalah kekasih Mas yag meminta status. Aku ga tau apakah kita akan menikah siri atau tidak, yang jelas aku ingin mas menikahi saya! Aku cinta KAMUUUUU!

Pembicaraan itu sudah membuatku menjadi pemurung akhir-akhir ini. setiap istriku bertanya, aku hanya menjawab sedang banyak masalah di kantor. Aku tak bisa menutupi rasa kegalauan ini. sudah tiga tahun terakhir aku terjebak asmara dengan Desy. Sesosok wanita yang selama ini hanya ada dalam memori SMA ku. Semua berjalan sangat-sangat alamiah tanpa ada niat untuk mengkhianati dan menyakiti siapapun. Tapi karena itulah justru yang membuat aku tidak menyadarinya. Semua sudah terlambat. Dan aku sangat menikmati kegalauan ini.
Akhirnya aku mengambil keputusan yang sangat aku takutkan. Aku akan menikahi desy dengan segala konsekunsinya. Aku tidak mungkin mencampakkan Desy begitu saja setelah semuanya aku nikmati. Dia bukan pelacur atau wanita penggoda. Dia adalah wanita terhormat yang bernasib sama denganku, terjebak rasa yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
Isteriku? Dia adalah istri yang sangat baik! Dan aku mengambil resiko untuk menyakitinya. Kalau ketahuan. Entahlah!

Akhirnya aku bangkit dan bermaksud ke kamar mandi hanya untuk sekedar memenuhi penggilan alam. Dengan terhuyung dan mata agak tertutup, aku menyusuri dinding rumahku yang tidak terlalu besar itu. Cat rumahku bukan yang berkualitas bagus, sehingga kalau aku susuri dengan telapak tangan, maka debu cat itu menempel di telapak tanganku. Aku merasakan hal itu.
Masih dengan terkatuk-kantuk aku melepas hasrat buang air kecil dengan pikiran yang setengah sadar. Beres…! Aku bermaksud kembali ke kamar. Kembali menyusuri tembok rumah yang temaram karena lampu rumah hampir semuanya dimatikan untuk menghemat biaya listrik.
Tiba-tiba aku mendengar suara. Suara isteriku.
Aku mendekat kamar kosong yang sedianya aku siapkan untuk anakku yang paling besar namun tidak pernah dipakai. Perlahan aku mendekat. Kuintip disela pintu yang terbuka agak sempit. Isteriku tengah mengenakan mukena putihnya sambil bersujud. Aku melirik jam di dinding ruang keluarga.
Jam 03.23 wib.

Ya Allah, kalau memang suamiku hendak beribadah kepadamu dengan caranya sendiri…aku pasrah ya Allah. Selama ini kesetiaanku kepadanya bukan untuk dibalas dengan kesetiaan darinya. Aku setia hanya sebagai caraku beribadah kepadamu
Dian. Wanita yang aku kenal ketika mulai kerja di kantor yang pertama. Disana aku mengenalnya sebagai sekretaris dengan penampilan yang nyaris sempurna. Wajah tinggi semampai dan wajah tirus cukup membuat perasaan setiap orang disekitarnya menjadi lebih nyaman.
Wanita yang sekarang ada dihadapanku ini adalah salah satu wanita yang sangat disenangi oleh hampir semua laki-laki di kantorku. Tapi sekarang dia akan menerima kenyataan pahit. Laki-laki yang dicintainya, aku, kini akan mengkhianati cintanya. Cinta yang telah membuatnya berhenti bekerja hanya untuk sekedar mengurus anak-anakku. Anak-anaknya juga.

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Laman