Rabu, 18 November 2009

POLIGAMI

Setelah mengikuti berbagai debat, olah pikir dan diskusi yang berkembang di masyarakat tentang poligami, akhirnya saya dapat menyimpulkan beberapa hal. Ini semua tak lebih merupakan hasil pengendapaan terhadap berbagai polemik yang terjadi akhir-akhir ini.
Poligami, tidak disuruh dan bukan merupakan sunah Rasul. Poligami sering menjadi polemik dimasyarakat karena ada beberapa penafsiran terhadap ayat yang berhubungan dengan itu. Tapi itulah manusia, terkadang penafsirannya sangat tergantung pada subyektifitas dan kepentingan dari siapa yang menafsirkannya.
Tidak ada alasan yang kuat atau argumen yang logis mengapa Islam membolehkan poligami. Karena saya yakin Islam sangat menjunjung harkat dan martabat wanita. Terkadang penafsiran terhadap ayat yang seolah membolehkan poligami hanya dijadikan pembenaran bagi insting kelaki-lakian agar diijinkan untuk membagi cintanya atau bahkan kasarnya bagi kepuasan nafsu sek laki-laki.
Dengan ayat yang sepotong dan tidak dikaji dari berbagai segi baik sebab musabab turunnya ayat itu atau kondisi pada saat ayat tu turun, beberapa orang Islam seolah membenarkan praktek poligami, padahal banyak sekali faktor yang harus dikaji dalam menafsirkan suatu ayat.
Tanpa terlalu tergantung pada ayat Al-qur’an atau dalil agama, rasanya adalah tidak benar seorang lelaki membagi cinta dan kasihnya pada wanita lain hanya karena alasan Rasul pun beristri banyak.
Dari poligami banyak terdapat hal-hal lain yang sangat bertentangan dengan keadilan. Islam membuka kesempatan, tapi itu bukan suatu keharusan, himbauan apalagi suatu kewajiban. Namun terkadang orang selalu mengartikan kalau Nabi melakukannya, berarti itu perintah atau sunah, padahal segala tindakan Nabi pasti ada alasannya dan atau atas bimbingan-Nya.
Poligami itu akan menyakiti salah satu pihak, khususnya istri pertama yang telah membina rumah tangga bersama dalam duka dan derita, bergulat dengan kepedihan bersama membangun pondasi rumah tangga yang dimulai bersama.
Lantas tatkala kita telah menjadi sosok yang mapan dan kaya, apakah adil lantas kita membagi cinta itu pada orang lain ? orang lain yang hanya tahu kita telah menjadi orang seutuhnya baik dari segi materil atau jasmani, orang lain yang hanya tahu kita sudah kaya, lantas masuk dalam kehidupan kita begitu saja. Dimana letak keadilannya ??
Bandung , 25 September 2003

Tidak ada komentar:

Laman