Sabtu, 08 Agustus 2009

Cinta itu akan terus ada

Untukmu,
Aku masih mengulum rasa pahit ini dihati
Darimu,
Aku masih mengunyah rasa rindu tak berbalas
Olehmu,
Aku masih mengenyam rasa benci dimatamu
(Imam Wibawa Mukti)

Alvin menatap tebaran kelopak bunga mawar yang berceceran di tanah. Keindahan warna merah itu tidak kemudian hilang walau cipratan tanah mulai mengotori kelopak mawar itu. Tatapan Alvin meredup untuk kemudian menutup. Dia mencoba untuk kembali menghirup wanginya bunga itu, dia tarik nafasnya dalam-dalam namun sia-sia. Aroma tanah becek karena guyuran hujan semalam lebih dominant ketimbang wangi bunga itu.
Seminggu dia tahan untuk tidak mempergunakan uang jajannya di sekolah. Lapar cukup membuatnya menderita ketika saat-saat jam istirahat. Dia kumpulkan uang jajannya untuk membeli bunga mawar merah yang kini ada dihadapannya. Berceceran lepas dari batangnya yang dilapisi plastic tipis.
Pagi ini memang sejuk sekali. Hawa dingin menyelimuti hari ini karena semalam hujan cukup deras mengguyur Bandung. Hati Alvin dingin untuk memaknai apa yang tengah terjadi. Cabikan-cabikan tangan Sofia terhadap bunga mawar yang diberikan Alvin begitu cepat terjadi.
Ini bukan yang pertama. Mungkin sudah ke 15 kali sofia memperlakukannya seperti pagi ini. Alvin merasa dirinya dalam kondisi deja vu, terus dan terus menerima peristiwa yang sama. Hampir dunianya terpisah dari teman-temannya yang tengah berbisik memngomentari peristiwa yang baru mereka lihat. Sebuah tragedi cinta yang nyaris begitu sering mereka lihat di sekolah mereka, khususnya dengan pemain utama Alvin dan Sofia. “Tragedi Cinta Abadi” mereka memberikan judul dari sandiwara hidup mereka.

Tidak ada komentar:

Laman