Minggu, 04 Juli 2010

INI YANG KETIGA KALI

“Aku tahu ini sudah yang ketiga kali Mas marah padaku. Kemarahan karena lelaki itu…tapi Mas harus tahu aku tidak memiliki perasaan apapun pada dia…!” sergah Sarah. Tatapannya seolah ingin membuktikan tentang perasaan yang sebenarnya.
“Terserah…yang Mas tahu kamu terus melakukan sesuatu yang bisa membuatku cemburu besar. Mas ngga pernah mengerti apa yang ada dalam benak kamu ketika melakukan hal yang sama padahal kamu tahu itu semua akan membuat Mas marah kan?” jawab Surya. Ucapannya terasa sangat dingin. Suara seorang laki-laik yang sedang digempur rasa cemburu. Suara keputusasaan terhadap dirinya yang tidak bisa berbuat apapun.
Taman itu menjadi terasa sangat panas, padahal rimbunan pepohonan sanggup menahan terik matahari siang itu. Siang yang sangat cerah benar-benar tidak berpihak pada mereak berdua.
Sesaat mereka terdiam. Lalu lalang beberapa rekan kerja, mereka tidak pedulikan. Tatapan mereka jelas tidak menunjukkan sebuah keberpihakan.
“Massss…aku ngga bisa ngomong apa-apa lagi karena aku memang tidak bisa menjelaskan perasaanku tentang dia. Perasaanku hanya buat kamu Mas…!” tangannya berusaha meraih tangan Surya. Surya tidak bergerak. Juga tidak menarik tangannya yang dikait kedua tangan Sarah.
“Mas sayang ama kamu, karena sayang itu Mas cemburu. Sebesar apa Mas cemburu ke kamu waktu bulan kemarin seharusnya bisa menjadi bukti seberapa besar sayang Mas ama kamu…”
“Tapi Mas…aku benar-benar tidak berpikir semua itu akan membuat mas cemburu karena aku lakukan bersama teman-teman yang lain…main, ngobrol atau berphoto…kita lakukan bersama” teriak sarah.
“Sekarang Mas akan pergi agak lama dan jauh…dan Mas rasa apa yang sedang terjadi sekarang adalah batu loncatan kita untuk kembali memikirkan hendak sejauh apa kita melangkah” jawab Surya. Masih dengan nada dingin.
Sarah menangis. Surya menutup matanya untuk menahan genangan air mata. Siang itu melintas diatas kepala mereka begitu cepat sehingga harus berpisah tanpa kepastian.

Sarah sama sekali tidak pernah mengerti dengan kecemburuan kekasihnya, Surya. Baginya semua itu tidak masuk akal. Kebersamaannya dengan Tonny benar-benar karena faktor pertemanan. Kalaupun ada moment mereka terlihat nampak “berdua”, semuanya karena faktor kebetulan.
Dia tahu bahwa kecemburuan Surya lebii disebabkan karena telah beredar gosip tentang kedekatan dirinya dengan Tonny.
“Takkan ada asap kalau tidak ada api dong Saraaaah…” jelas Surya ketika membahas gosip itu. Sarah tidak pernah menyangka kalau gosip itu akan menjadi masalah besar. Karena bagi dirinya, Surya adalah segalanya.

Dikamar itu Surya menangis.
Pikirannya terus dikerubuti dengan sejuta ketakutan. Kenapa dirinya harus memikirkan gosip itu. mengapa dirinya tidak bisa berpikir logis kalau kedekatan Tonny dengan sarah adalah hubungan pertemanan.
Namun, pikiran gelapnya selalu mengatakan bahwa apa yang ditakutkannya-Tonny dan sarah saling menyimpan harapan dan rasa- benar-benar terjadi.
Kejadian yang berdekatan waktu dan selalu melibatkan Tonny telah benar-benar menyita energi dirinya. Bayangan ketakutan kehilangan perempuan yang disayanginya telah membutakan logikanya.
Dia tahu, kecil kemungkinan Sarah mengkhianatinya. Sarah terlalu mencintai dan menyayanginya. Namun justru itu yang membuatnya semakin tersiksa dengan cemburu itu.
Tonny adalah lelaki dewasa dan mapan, sementara dirinya tak lebih dari sarjana yang masih menganggur setelah dua tahun lulus kuliah. Rasa minder dan ketidakpercayaan akan membuat dirinya terpuruk semakin dalam.
Surya pun menyadari bahwa sarah bukan wanita bodoh ketika melakukan sesuatu yang bisa membuatnya cemburu atau marah. Bahkan Sarah pernah mengatakan bahwa dirinya sekarang takut membuatnya marah atau cemburu. Jadi perbuatannya terakhir bukanlah tanpa pertimbangan. Posisi photo yang terlihat menunjukkan semuanya terlihat spontan dan natural. Tanpa ada rasa takut atau pertimbangan.
Dan itu yang telah membuatnya semakin yakin, kalau Sarah sama sekali tidak mengingat dirinya ketika melakukan aktivitasnya saat itu.

Surya telah mengambil keputusan untuk menyerahkannya pada waktu.

Tidak ada komentar:

Laman