Minggu, 03 Januari 2010

LUNA…LUNA…




Ada apa denganmu Luna sehingga kau lupa dengan nalar yang Tuhan berikan padamu?  Aku mengagumimu, menyayangimu dan menyukaimu seperti apa adanya.  Semua laki akan terus memandangmu semampu mereka dan kami yakin engkau bukan artis karbitan seperti yang diucapkan mereka itu.
Luna, sudah separah itukah kebencianmu pada para jurnalis kacang itu?  Para jurnalis “dadakan” yang hanya mampu mengorek keterangan melalui desas-desus dan berlindung dibalik hak profesi jurnalis.  Sudah serendah itukah pandanganmu kepada mereka yang kau sadari atau tidak justru telah melambungkanmu dengan berbagai isyu dan sas-sus.
Luna….Luna….
Aku bingung menempatkan diriku dimana karena aku pun tidak habis piker mengapa kamu mengatakan hal sekasar itu.  Memang kau bebas berbicara, memang kau bebas berekspresi dan bebas mengemukakan pandanganmu atas sesuatu, tapi rasanya kata-kata itu terlalu kasar.  Pendapatku bisa jadi memang subjektif lun….tapi memang begitulah perasaanku ketika mengetahui apa yang kau tulis di twetter itu.
Tapi aku tetap menghargai itu sebagai hak mu!
Nah…sekarang kamu mulai menyadari dampak dari apa yang kau perbuat.  Indonesia belum siap dengan keterbukaan seluas itu.  Indonesia masih tertidur lelap dan nyenyak dengan bayangan sebagai Negara beradab, bersusila atau beretika.  Padahal apa yang mereka lakukan sangat-sangat bertentangan dengan itu.  Termasuk mereka, wartawan infotainment itu!  Mereka mencari nafkah dari luka, borok, aib dan kesalahan orang lain.  Mereka memang makan dari darahmu, dagingmu, tubuhmu dan semua yang menempel dari dirimu.  Mereka berdalih semua warga Indonesia berhak untuk mendapatkan informasi apapun dengan cara apapun, dari sumber apapun.  Tapi mereka tidak pernah berpikir apakah informasi itu penting bagi berkembangnya peradaban bangsa ini atau justru menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.
Jangan percaya mereka mengabarkan dirimu dengan alasan menyampaikan berita!  Jangan percaya dengan profesionalisme yang mereka teriak-teriakan!  Mereka hanya kuli-kuli dari kapitalisme jurnalistik.  Keuntungan Luna…!  Modal Luna….! Rating Luna…..!  Makanya jangan heran mereka akan terus membututimu kemanapun kau pergi, apapun yang kau katakana dan apapun yang kau kenakan.  Mereka hanya memuaskan hasrat dan nafsu rendah manusia, yaitu suka membuka aib orang sebagai upaya membenarkan apa yang mereka lakukan dan menyalahkan apa yang orang lain lakukan. Hati-hati Luna dengan mereka!  Mereka toh tidak lebih dengan apa yang kau sebut di twitter itu.  Hanya yang mereka jual adalah profesi mereka.
Dimanapun di dunia ini banyak wartawan seperti yang kau sebut.  Bahkan sudah jelas, Lady Di adalah salah satu contoh dari kejemuan seseorang yang terus menjadi sapi perah wartawan “karbit” itu.  Dan aku harap kau tidak seperti Lady Di itu!  Jangan kau sia-siakan hidupmu yang sudah sangat indah dan sempurna itu hanya untuk menanggapi wartawan “kacang” dan “dadakan” itu.
Nikmati hidupmu sekarang yang sudah nyaris sempurna.  Kecantikanmu, kepintaranmu, kepopuleranmu juga…jangan kau sia-siakan!
Bandung, 23 Desember 2009


Tidak ada komentar:

Laman