( Menanggapi Pernyataan Nurdin M. Top dan Rekan di Internet Tentang Peristiwa Pem-bom-an Di JW. Marriot dan Ritz Carlton )
Terorisme, pengkhianat, penjahat perang, adalah sebutan-sebutan bagi pihak yang kalah, terpinggirkan dan minoritas dari sebuah system atau lingkungan tertentu. Lebih luasnya lagi, label-label tersebut adalah label bagi orang yang memiliki paradigma dan cara pandang yang berbeda dari kebanyakan orang.
Terorisme, adalah sebuah tindakan nekad yang mengorbankan banyak nyawa orang untuk mencapai tujuan yang lebih sempit, tujuan organisasi atau tujuan pribadi. Itu adalah pengertian dari orang yang merasa dirugikan oleh pelaku terorisme. Tapi apakah itu juga definisi teroris dilihat dari sudut pelaku?
Bagi mereka, terorisme adalah masalah sudut pandang. Masalah anda berada di pihak mana. Masalah keyakinan dan masalah prinsip. Sehebat apapun alasan dan teori kita beberkan, berapa ayat kita ucapkan dan sehebat apapun pendapat kita gulirkan, bagi mereka, kematian mereka adalah syahid!
Saya berpendapat hal ini karena ternyata, pihak yang melakukan tindakan terorisme dan pihak yang mengutuk, kedua-duanya memakai sumber pembenaran yang sama, yaitu Al-Quran. Kedua-duanya memiliki alasan yang kuat karena merasa dirinya menggunakan sumber yang paling absah, paling suci dan paling benar! Sumber mereka adalah perkataan TUHAN yang diyakini sebagai pemegang kebenaran mutlak! Lantas, kalau tindakan para teroris itu juga adalah atas nama Allah, lantas salahkah kita yang mengutuk perbuatan mereka?
Lantas apa yang dijadikan alasan bagi kita untuk mengutuk perbuatan mereka? Salah satunya adalah ketidakjelasan tujuan, sasaran dan cara mereka melakukan perjuangan. Dengan ketidakjelasan perjuangan mereka, khususnya bagi masyarakat, membuat mereka dianggap melakukan sesuatu yang sia-sia. Ketidakjelasan sasaran juga menyebabkan orang yang merasa tidak berhubungan dengan tujuan itu dirugikan. Dan cara mereka yang begitu mudah menilai harga sebuah nyawa menjadi hal yang paling menakutkan nilai-nilai kemanusiaan diseluruh dunia, khususnya pemeluk agama Islam yang masih begitu yakin merupakan agama damai.
Itu pun sebenarnya hanya interpretasi kita yang menolak perbuatan mereka. Bagi mereka jelas, tujuannya adalah menegakkan syareat Islam secara penuh dan kaffah, menurut versi mereka, sasaran jelas yang mereka anggap sebagai simbol lawan Islam, tapi apakah cara itu adalah benar ketika diterapkan di negara yang justru bukan musuh Islam itu sendiri. Bahkan Indonesia adalah negara dengan penduduk yang mayoritas Islam! Ini saja sudah cukup bagi saya untuk mengatakan mereka tidak jelas dalam melakukan strategi dan cara perjuangan, dan mengapa saya berani mengatakan mereka teroris adalah karena sangat mudah dan murah menilai nyawa manusia.
Nurdin M. Top berujar dalam pernyataannya dengan menukil satu ayat dalam Al-Qur’an:
"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui". (QS. Al Anfal : 17).
Mereka menjadikan ayat ini untuk membenarkan tindakan mereka. Namun pertanyaannya adalah siapa yang berhak menentukan, memutuskan dan menetapkan suatu tindakan seseorang atau kelompok itu berhak mengatasnamakan Allah. Ketika ayat ini boleh dipergunakan oleh semua kelompok untuk membenarkan tindakannya mengorbankan manusia lain dan mencabut nyawa orang banyak, maka saya menjadi sangsi bahwa Islam itu adalah agama damai. Dijaman Nabi Muhammad SAW, beliau memiliki hak prerogatif dan hak istimewa dari Allah sebagai wakil dan utusan-Nya untuk menyebarkan agama. Tapi nabi sekalipun tidak pernah mempergunakan ayat ini untuk menghancurkan musuh-musuhnya Islam. Bahkan ketika hendak menguasai kembali Mekkah, Nabi malah memerintahkan seluruhumat Islam untuk tidak merusak pohon, menghancurkan gereja dan sinagog dan melukai wanita serta orang tua. Lantas apa alasan kita untuk mempergunakan ayat ini untuk membenarkan tindakan kita yang merusak kepentingan umat banyak?
Alangkah mudahnya seseorang menukil ayat Qur’an, memilih ayat yang disukainya kemudian menjadikannya pembenaran atas segala perbuatannya. Lantas akan menjadi agama apa Islam ini ketika semua ayat yang berhubungan dengan perang itu dijadikan landasan untuk menghancurkan orang lain?
Untuk memberikan pelajaran kepada suatu kelompok yang memusuhi Islam? Siapa musuh Islam sekarang? Negara? Orang? Sistem? Bangsa? Dan apakah semua itu harus dilawan dengan bom bunuh diri dan menghancurkan serta membunuh orang yang malah tidak ada hubungannya dengan perjuangan kita!!
"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman". (QS. Attaubah : 14).
Ini juga dijadikan para teroris itu sebagai landasan dalam berjuangnya. Mereka merasa dirinya adalah tangan Tuhan! Masya Allah....sejak kapan Tuhan membutuhkan manusia untuk menunjukkan keberadaan dan kebesarannya? Dan sejak kapan Tuhan mempergunakan tangan manusia untuk membunuh manusia lainnya? Kalau mau, Tuhan tinggal berkata, jadilah....! maka jadi dan tidak perlu sulit untuk melakukannya.
Lantas mengapa Nabi kita dahulu tidak membantai warga Mekkah pada saat semua itu mungkin? Bukankah nabi Muhammad, panutan kita dan acuan standar terbaik bagi tindakan kita saja tidak pernah melakukan tindakan membabi-buta seperti ini? Bahkan kita mengenalnya sebagai sosok yang lemah lembut dan penuh kasih sayang?
Pertanyaan terakhir, apakah tindakan para teroris selama ini, yang mengatasnamakan Islam itu telah banyak memberikan kebaikan kepada Islam itu sendiri? Apakah perbuatan mereka ini telah membuat Islam menjadi lebih baik?
Bandung, 30 Juli 2009 (10.10 wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar