Tulisan ini hanya sekedar pengingat saja. Tidak ada unsur penghakiman atau terkesan mendramatisir situasi yang tengah berkembanga. Syukur seandainya apa yang ditulis disini tidak pernah terjadi pada diri kita masing-masing. Kalau memang terjadi, saatnya melakukan beberapa perbaikan supaya hidup kita bisa lebih berkualitas.
Sadar atau tidak sadar, facebook sudah menjadi bagian hidup dari banyak masyarakat di dunia. Telah begitu banyak orang yang sangat tergantung pada jejaring sosial yang satu ini. Hampir semua orang memanfaatkan jejaring ini dalam menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, baik teman sekolah, rekan kerja atau sekedar kenalan baru.
Tidak hanya itu, bahkan beberapa orang menjadikan facebook menjadi gaya hidup baru yang wajib menemani dimanapun berada. Menjadi sarana untuk eksis, sekedar berkeluh kesah, bercerita tentang kegiatan, curhat atau juga secara tidak langsung menunjukkan berbagai keberhasilan hidup.
Berharap mendapatkan respon dari orang lain, kita terus meng-“update status” dengan berbagai cara, dari mulai yang lebay, alay, kontroversial, romantis dan serius. Dan untuk sekedar mendapatkan banyak “notification” kita juga terus mengomentari status orang lain.
Kehebatan facebook juga adalah kemampuannya dalam mencari dan merenda kembali hubungan dengan teman yang tidak pernah bertemu, sahabat yang sudah jarang bersua bahkan menjalin hubungan dengan teman istimewa yang pernah mengisi sebagian hidup kita dimasa lalu.
Lantas, apa yang harus kita waspadai dengan semua ini?
Berapa kali kita membuka facebook dalam sehari, dimana kita membuka facebook selama ini, dan apa yang kita lakukan dengan facebook adalah beberapa hal yang harus kita evaluasi.
Berapa kali kita membuka facebook dalam sehari? Ini penting untuk sekedar mengingatkan bahwa sama halnya dengan televisi, facebook menyebabkan kecanduan bagi para penggunanya. Hampir dalam setiap kegiatan kita selalu menyempatkan diri membukanya, mengamatinya dan menikmatinya. Namun kita sering lupa bahwa semua itu sering menyebabkan orang lain merasa terabaikan dan tersisihkan.
Mungkin kita tidak menyadarinya. Ketika kita sedang bersama seseorang di dekat kita, obrolan dan kegiatan menjadi agak terhambat karena kita membagi konsentrasi kita antara orang itu dan facebook ditangan kita. Bahkan kita sering meminta orang lain untuk menunggu sampai kita merasa nyaman untuk menutup facebook. Bayangkan seorang suami yang mendengarkan curhat isterinya sambil membuka facebook, atau seorang anak yang dinasehati orang tuanya sambil membuat status baru di facebook, atau pimpinan kerja harus diabaikan ketika rapat karena beberapa orang berkomunikasi melalui facebook.
Jangan heran bila kemudian beberapa institusi melarang karyawannya untuk bermain facebook di jam kerja. Beberapa sekolah memblok fasilitas facebook didalam jaringan internet di sekolahnya. Atau beberapa organisasi masyarakat sampai meng-haram-kan facebook. Tentunya ini adalah dampak negatif dari candu yang menyebar dari penggunaan facebook.
Pertanyaan berikutnya, dimana selama ini kita membuka facebook? Dengan laptop dan handphone, kesempatan membuka facebook menjadi lebih mudah sehingga hampir disemua tempat memungkinkan seseorang untuk mempergunakan facebook. Kembali…tanpa sadar kita sering membuka facebook ditempat yang seharusnya tidak dilakukan. Ketika menjelang shalat Jum’at tidak jarang penulis melihat beberapa orang masih sempat membuka facebook. Mungkin itu juga terjadi ditempat ibadah lainnya. Bahkan disekolah sekalipun seorang siswa masih bisa menyempatkan diri untuk melongok facebooknya beberapa saat.
Ini candu! Bukan masalah boleh atau tidak boleh, bukan masalah mengekang hak, bukan masalah gagap tekhnologi, tapi masalah mental bangsa ini secara umum. Dalam hal apapun, kita sering berlebihan dalam menyikapi perkembangan jaman. Kita masih ingat bagaimana dulu kita keranjingan “tetris”, “friendster” dan sekarang “facebook”.
Yang terakhir, apa yang selama ini kita lakukan dengan facebook? Mari mulai sekarang kita sedikit membatasi pemanfaatan facebook seandainya memang kurang memberikan dampak positif yang signifikan bagi kepentingan kerja dan keluarga. Keluarga, mungkin menjadi salah satu korban dari terjangkitnya candu facebook.
Keluarga adalah orang yang terdekat dalam hidup kita. Jangan sampai karena facebook, jangan karena kita bisa merasa lebih dekat dengan orang-orang diluar sana, kita menjadi lupa dengan orang-orang disekeliling kita. Apalagi seandainya, suami, isteri dan anak-anak juga menjadi pengguna aktif dari facebook. Bisa kita bayangkan masing-masing sibuk dengan relasi yang jauh disana, namun menjadi mengabaikan hubungan personal antara anggota keluarga.
Hai…ingat…!! Mereka ada disana, dan keluarga ada disini!
Mereka adalah sahabat, teman dan relasi, tapi yang disini adalah anak, isteri atau suami.
Mari kita renungkan kembali. Apakah aktifitas kita dengan facebook menjadikan kita lebih berkualitas atau tidak? Apakah facebook lebih cenderung membawa dampak negatif atau positif terhadap kualitas aktivitas kita? Mari sedikit menyempatkan waktu untuk memikirkan hal ini, sekedar untuk mengendapkan pikiran dan menyusun kembali skala spioritas kita dalam hidup. Setelah itu kita benahi diri kita masing-masing.
Dan selamat menikmati facebook dengan arif!
Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar