Setelah mengganti pakaian kerjaku dengan kaos oblong, aku langsung mengambil rokok diatas televisi. Tadi pagi aku lupa membawanya ke kantor sehingga kini, ingin kulampiaskan semuanya.
“Bu, korek apinya mana? Selalu aja kalo mau dipakai ngilang tiba-tiba?” seruku kepada isteri yang sedang sibuk mencuci piring.
“Diatas buku yang ayah baca kemarin!” teriak isteriku. Untuk urusan barang dan kerapihan, isteriku nomor wahid. Bahkan setiap barang yang tak mampu aku temukan, dalam hitungan detik….ziiiip tiba-tiba sudah ada ditangannya. Ajaib!
Lalu aku menuju ruang tamu. Asbak sudah ada disana bekas tadi malam. Aku segera menyalakan rokokku. Baru dua hisapan, anakku yang laki-laki bangun.
“Ibuuuuuu….ayah udah pulang ya…?” teriaknya. Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Alby langsung menuju kerarahku.
“ayah…ayah tadi Alby Jatuh lho..!” sambil menunjukkan lututnya yang tertutup Tensoplast bergambar mobil kesukaannya.
“Iya udah, Alby sekarang ke ruang tengah dulu ya, khan ayah lagi ngerokok!” jawabku.
“Ngga ah, Alby pengen sama ayah” jawabnya. Dia langsung naik ke kursi disebelahku.
“Alby…asap rokoknya bahaya buat Alby, nanti kalau ayah sudah merokok Alby kesini lagi ya…!” timpalku.
“Ayah kenapa ngerokok ajah, kata ibu bahaya lho” lanjutnya tanpa memperdulikan asap rokok yang mengepul dari mulutku.
“Ayah tadi Alby ngga nangis da waktu jatuh” celotehnya sambil terus menunjukkan lututnya.
“albyyyyy…..ayah marah nih kalau Alby masih disini, nonton TV sana. Khan sekarang lagi ada si Bolang!”. Mataku sengaja ku pelototkan agar dia takut dan pindah ke ruang tengah.
Alby bergegas ke ruang tengah. Dengan isakan tangis dia pergi.
“Kenapa Alby? Apa kata ibu juga, jangan ganggu ayah nanti marah” suara isteriku terdengar dari ruang tengah.
“Si ayah baong ibu, masa Alby ngga boleh duduk sama ayah!” isaknya.
“Khan ayahnya lagi ngerokok” jawab isteriku.
“Susah Alby disini aja dulu main kereta api ya!” bujuk isteriku.
“ayah udah ngerokoknya?” tanya Alby sambil kembali kearah tempat ku duduk. Lengka dengan seprangkat mainan kesukaannya. Kereta api.
“Udah…kenapa By?” jawabku. Aku pun berusaha untuk memangkunya.
“Alby pengen main kereta api sama ayah…” lanjutnya. Kembali dia naik kepangkuanku.
“Aduh Alby, mainnya sendiri dulu ya. Ayah kan baru pulang kerja” sergahku.
“Si ayah mah pasti mau bobo!” lanjutnya. Dengan wajah murung dia kembali ke ruang tengah, menangis dipangkuan ibunya.
Tengah malam setelah selesai menonton bola. Aku memasuki kamar tidur. Aku pandangi isteriku, Tiara dan Alby.
Terhenyak ketika kupandangi Alby tertidur sambil memeluk photoku yang sedang berdiri di bawah menara kembar Petronas. kulihat pelukannya erat sekali.
Aku ciumi Alby yang sehari ini kehilangan pelukanku.
Tiba-tiba isteriku terbangun.
“Ayah, dari siang tadi Alby bilang pengen main sama ayah” kata isteriku. Kutatap kembali Alby. Dengan pipinya yang tembem dan bulu matanya yang centik, aku melihat sebuah keajaiban TUHAN. Dan…
Aku menangis!
Bandung 25 Juni 2010
1 komentar:
Hahahaha.... Lucu juga anknya p'imam... Makanya p'imamnya jgn ngerokok ajj... Nanti Alby-nya protes lg loo..... Hihi...
-Karin, muridnya p'imam
Kelas 7 A SMP Taruna Bakti
Posting Komentar