Bandung, 24 oktober 2003
Dunia ini penuh warna, sehingga sangat naif kalau kita hanya memandang hidup ini dengan hitam putih. Banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui, sehingga sangat sulit memberikan pandangan yang benar-benar tepat dalam menyikapi hidup ini. Betapa banyak yang kita anggap benar ternyata tak lebih dari kebodohan belaka, dan banyak yang kita anggap salah ternyata tak lebih dari ketololan kita saja.
Pernahkah kita dulu menganggap kita yang paling benar lantas menganggap orang lain bodoh dan tolol, lantas seiring waktu ternyata kita mulai mendapatkan kenyataan bahwa orang lainlah yang benar dan kita malu untuk mengakuinya ? pernahkah kita mengalami kita merasa salah, namun kenyataannya tindakan kita justru yang menyelamatkan kita dari kecelakaan yang lebih tragis ? Pernahkah kita mengidolakan seseorang dan akhirnya kita kecewa karena ternyata orang tersebut tak lebih dari badut sejati ?Atau pernahkan kita membenci orang lain padahal hati kita kemudian menyadari bahwa orang tersebut adalah malaikat dalam hidup kita ?
Oh…..dunia…..dunia..tak ada yang bisa kita tahu tentang hidup ini kecuali kebodohan dan ketololan kita saja. Ternyata yang kita ketahui tentang kebenaran, kebaikan, kesejatian tak lebih dari apa yang kita alami, dan dengan modal itu saja kita selalu menganggap yang paling benar dan paling baik.
Padahal kalau kita mau mengakui sedikit saja kebodohan kita, maka kita akan melihat diri kita yang penuh dengan kekurangan dan kekhilafan . tak lebih baik dari orang lain, bahkan lebih buruk mungkin.
Saya tak mengajak semua orang untuk bersikap ragu, khawatir atau pesimis dengan kebenaran dan kebaikan sejati, tapi setidaknya saya mengajak untuk mencoba bersikap arif untuk menilai sesuatu atau seseorang. Janganlah kita cepat memvonis sesuatu hal apabila kita tidak memahami sesuatu tersebut dengan benar dan lengkap.
Kuncinya adalah mencoba selalu bersikap dan berprasangka baik pada segala hal dengan penuh kewaspadaan. Tak ada yang benar dan baik sejati kecuali Tuhan pemilik segala sesuatu. Janganlah kita merebut hak Tuhan, dengan mengklaim bahwa kita paling benar dan paling baik sehingga menganggap orang lain tak lebih dari seonggok daging tak berperasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar