tag:blogger.com,1999:blog-70748737277726894392024-03-05T11:06:29.226-08:00HUMORDANTRAGEDI.....awal akhirnya sama saja!Tuhan menciptakan manusia karena cinta...setelah itu....????IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.comBlogger207125tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-73366333707026184812020-06-17T22:50:00.002-07:002020-06-17T22:50:49.730-07:00SETELAH SEKIAN LAMAMengalami kebuntuan untuk menulis. Bukan maslaah sudah tidak ada minat atau materi, tapi semakin lama semakin sadar bahwa apa yang saya ketahui selama ini bukanlah apa-apa.<br />
terlalu banyak yang tidak saya tahu sehingga saya dihinggapi rasa takut untuk menulis.<br />
<br />
semakin banyak membaca akan membuatmu semakin membuat mata terbuka akan luasnya dunia dan pengetahuan, tapi tahukah dampaknya? adalah semakin sadar bahwa ternyata apa yang saya tulis ternyata bukanlah apa-apa dibandingkan dengan apa yang saya tidak ketahui.<br />
<br />
padahal, kondisi masyarakat dan negara saat ini sangat layak untuk ditulis ebagai bagian dari sejarah yang saya alami, namun kenyataannya saya semakin tertimbun berita, informasi dan sampah literasi. otak menjadi busuk dan pikiran semakin kalut.<br />
<br />
Tuhan semoga ada bagian dari otak saya yang bisa membuat loker sendiri dan memilih memilih informasi apa yang harus saya simpan dan harus saya tuliskan.<br />
<br />
aamiin.IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-48354982320486756532015-10-18T20:26:00.001-07:002015-10-18T20:27:06.743-07:00PEMUDA, MENGENAL DIRI MENGEMBANGKAN POTENSI<p dir="ltr"><br>
Dalam sejarah bangsa ini, peran pemuda terbukti sangat penting, khususnya dalam mempelopori berbagai aktivitas perjuangan bangsa, misalnya dalam proses berdirinya organisasi modern sebagai alternatif perjuangannya merebut kemerdekaan. Semangat itu terus berkembang dan menjadi sebuah janji yang kemudian disebut SUMPAH PEMUDA. Mengapa pemuda? Bukan sumpah remaja atau sumpah dewasa? Begitu juga menjelang proklamasi, salah satu penggagas justru lahir dari kalangan pemuda. Lalu kemana golongan remaja serta dewasa?<br>
Lalu siapa "pemuda" itu?<br>
Jika bicara pemuda, yang terbayang adalah sesosok manusia yang berdiri tegak dengan tangan mengepal meninju langit. Tidak peduli apakah dia masih remaja atau sudah dewasa. Tatapan lurus ke depan dengan sorot mata yang tajam penuh wibawa. Benarkah gamabaran sosom pemuda tersebut?<br>
Bicara pemuda kita tidak lagi bicara umur. Lain halnya dengan jika kita bicara, anak, remaja, dewasa dan tua, makanya jangan heran jika ada organisasi kepemudaan isinya justru orang tua yang masih mengaku jiwa muda. Pemuda adalah gambaran sebuah semangat dan gairah dalam sebuah fase kehidupan manusia yang membuat hidup serasa memiliki makna dan nilai.<br>
Karena pemuda tidak identik dengan batasan usia, maka semua golongan berhak merasa "muda" dan itu nampak dari seberapa besar semangat dan gairah dia dalam menjalani hidup. Namun demikian, untuk bisa dikatakan pemuda, kita harus mengidentifikasi ciri-cirinya sehingga tidak mudah dimanipulasi atau dibohongi oleh orang-orang yang mengaku sebagai pemuda.<br>
Saya ingin sedikit berbagi tentang beberapa gambaran ciri atau karakter dari seorahg pemuda, diantaranya:<br>
Pertama, memiliki semangat dan vitalitas hidup yang tinggi. Perhatikan langkah seseorang tatkala sedang berjalan, dari hentakan dan dorongannya kita bisa melihat apakah seseorang tersebut memiliki semangat tinggi atau tidak. Semangat ini akan berdampak pada bagaimana dia menghadapi dan menjalani hidupnya.<br>
"Ah..yang tahun lalu juga begini". "Kalau sudah enak begini, kenapa harus begitu...?" adalah beberapa contoh lontaran kalimat dari orang yang sudah patah semangat dan menurun daya vitalitasnya. Dan yang begini, sudah tidak layak mengaku pemuda.<br>
Kedua, anti kemapanan atau moger (mo gerak). Dewasa atau tua adalah sebuah fase dalam hidup yang ditandai dengan kemapanan hidup, baik secara ekonomi maupun psikologi. Orang dewasa atau tua sudah sulit untuk mau berubah, kemapanan sudah membuatnya enggan untuk berhadapan dengan resiko besar yang bisa menggoyahkan kenyamanannya. Nah, pemuda adalah lawan dari sikap kemapanan. Jangan heran kalau perubahan dibidang politik, sosial dan budaya selalu dipelopori oleh pemuda, bukan orang tua.<br>
Orang yang sudah lama menduduki sebuah jabatan yang sama dan merasa bahwa itu nyaman baginya, akan menolak dengan berbagai cara usulan perubahan atau kreatifitas karena itu dianggap mengganggu kenyamannya. Jadi hukna masalah usia biakn?<br>
Ketiga, mempelopori perubahan. Tidak akan berubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut mau merubah nasibnya sendiri. Siapa yang ingin berubah? siapa yang menggerakkan sebuah perubahan? Yang remaja? ah mereka belum punya keberanian! yang dewasa? ah mereka takut tidak nyaman! Lalu siapa? pemuda adalah satu-satunya harapan!!!<br>
Mempelopori sebuah perubahan membutuhkan energi lebih karena berhubungan dengan usaha merubah sebuah paradigma, kepercayaan atau sebuah keyakinan yang sudan berurat dan mengakar dalam kehidupan seseorang. Energi ini diperlukan karena setiap perubahan akan berhadapan dengan penolakan bahkan tentangan dari orang yang merasa sudah nyaman dengan posisi, jabatan atau kedudukannya, sehingga hanya kaum pemuda yang mampu melakukan perubahan dengan cara memulainya sendiri.<br>
Nah, setelah membaca artikel ini, masihkan kita ngotot merasa masih jadi pemuda atau merasa sudah menjadi pemuda? Jangan-jangan, kita masih merasa jadi pemuda karena kita sudah tua! Jangan takut dengan pertambahan usia jika kita masih mau berubah, masih memiliki semangat hidup atau masih memiliki keinginan untuk menjadi pelopor sebuah perubahan.<br>
Cara membuktikan "kepemudaan" kita adalah dengan memulai untuk terus selalu menjadi lebih baik di lingkungan terkecil kita seperti keluarga, sekolah atau tempat kerja. Pahami diri sendiri, lalu kembangkan potensi yang ada agar semangat kepemudaan terus tumbuh dalam diri kita, berapapun usia kita!<br>
salam.</p>
<p dir="ltr">imamwibawamukti<br>
</p>
IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-61182081028249098692014-08-17T17:41:00.001-07:002014-08-17T17:41:03.407-07:00Indonesia Harus Merdeka<div xmlns='http://www.w3.org/1999/xhtml'>Semoga dalam usianya yang ke 69... Indonesia semakin merasakan hakekat sebagai bangsa yang merdeka.</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-66997562356655668572014-07-15T07:14:00.001-07:002014-07-15T07:14:23.964-07:00JANGAN CEDERAI PEMILU 2014!!!Pemilu 2014 hampir selesai. Indonesia aman dan tentram sesuai dengan harapan kita semua.<br />
Lalu, apakah kedamaian dan ketentraman ini akan benar-benar tetap terjaga sampai pelantikan anggota DPR dan presiden kelak? Semoga. <br />
Dalam sebuah kompetisi dan demokrasi, akan ada pihak yang "kalah" dan pihak yang "menang" sehingga masih membuka peluang ketidakpuasan beberapa pihak terhadap hasil pemilu ini. Tapi apakah kekalahan ini merupakan akhir dari hidup yang mengalaminya? Bisa jadi.<br />
Pertarungan politik tingkat tinggi seperti pilpres ini bukanlah sebuah kempetisi kelas teri. Ini adalah pertaruhan "nyawa" dan "harta" pihak-pihak yang terlibat secara langsung. Energi, waktu, uang dan nama menjadi taruhannya. Jika pihak yang kalah tidak bisa menerima kekalahan, bukan tidak mungkin muncul gejolak.<br />
Melihat pihak yang terlibat, apakah kita yakin mereka bisa menerima kekalahan ini? Tidak!!!<br />
Kita sebagai rakyat harus terus waspada...IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-42345630408844058382013-05-14T14:58:00.001-07:002013-05-14T14:58:17.027-07:00Mari Satukan Suara Rakyat<p>Semua pendukung Budi Dalton merapat di Gedung Indonesia Menggugat,Kamis jam 14.00 wib! <a href="http://www.facebook.com/PendukungLiarBudiDaltonRizal4Bandung1">Pendukung Liar Budi Dalton 4 Bandung 1</a><br>
</p>
IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-12842356298696729782013-04-27T20:10:00.002-07:002013-04-27T20:10:49.085-07:00LIRIK LAGU KUJANG ROMPANG - JASAD<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.5pt; line-height: 115%;"><b>KUJANG ROMPANG</b><br />
<br />
<span style="background: white;">Manjing kana waktuna</span><br />
<span style="background: white;">Ninggang kana mangsana</span><br />
<span style="background: white;">Muru maluru beh ditu</span><br />
<span style="background: white;">Nungtik nyungsi nu kamari</span><br />
<span style="background: white;">Hudang pikeun tandang nu kiwari</span><br />
<span style="background: white;">Ngundeur meureun ngala sugan</span><br />
<span style="background: white;">.. ..</span><br />
<span style="background: white;">Hana nguni hana mangke</span><br />
<span style="background: white;">Tan hana nguni tan hana mangke *</span><br />
<span style="background: white;">Aya baheula, aya ayeuna</span><br />
<span style="background: white;">Moal aya ayeuna mun euweuh baheula</span><br />
<span style="background: white;">.. ..</span><br />
<span style="background: white;">Aya indung, aya bapa</span><br />
<span style="background: white;">Indung nu ngandung bapa nu ngayuga</span><br />
<span style="background: white;">Aya indung, aya surga</span><br />
<span style="background: white;">Aya bapa aya dunya</span><br />
<span style="background: white;">Du’a indung jadi jimat</span><br />
<span style="background: white;">Jampe bapa jadi ubar</span><br />
<span style="background: white;">Pikeun lengkah</span><br />
<span style="background: white;">Pikeun tandang</span><br />
<span style="background: white;">Ngadekeun ajen Kisunda</span><br />
<span style="background: white;">Laku lampah nu utama</span><br />
<span style="background: white;">Nyebarkeun asih kasasama</span><br />
<span style="background: white;">Tingkah polah sing merenah</span><br />
<span style="background: white;">Sangkan panggih</span><br />
<span style="background: white;">kamulyaan</span><br />
<span style="background: white;">Kajembaran</span><br />
<span style="background: white;">Kawaluyaan</span><br />
<span style="background: white;">Karahayuan</span><br />
<span style="background: white;">Congkrang kujang ngajirim nonoman</span><br />
<span style="background: white;">Nu gede wawanena</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Salawasna akur jeung dulur</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Babarengan ngajaga lembur</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Moal ingkah najan awak lebur</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Salawasna akur jeung dulur.</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Babarengan ngajaga lembur</span><br />
<span style="background: white;">Panceg dina galur</span><br />
<span style="background: white;">Moal ingkah najan awak lebur</span><br />
<span style="background: white;">Munut ridho Gusti</span><br />
<span style="background: white;">Ngalap berkah Gusti</span><br />
<span style="background: white;">nu Maha suci</span><br />
<span style="background: white;">Munut ridho Gusti</span><br />
<span style="background: white;">Ngalap berkah Gusti</span><br />
<span style="background: white;">Sang Hyang widhi</span><br />
<span style="background: white;">Bral geura miang</span><br />
<span style="background: white;">Tandang makalangan</span><br />
<span style="background: white;">Nanjeurkeun kabeneran</span><br />
<span style="background: white;">Ngawangikeun bumi Pasundan</span><br />
<span style="background: white;">Sok geura hudang</span><br />
<span style="background: white;">Tandang makalangan</span><br />
<span style="background: white;">Sanghareupan musuh</span><br />
<span style="background: white;">Najan palastra nepikabinasa</span><br />
<span style="background: white;">Sakabeh nu gumelar didunya</span><br />
<span style="background: white;">Bakal panggih jeung ajalna</span><br />
<span style="background: white;">Ngan nu mangpaat pikeun sasama</span><br />
<span style="background: white;">Anu bakal abadi</span><br />
<span style="background: white;">Ngarana ditulis dina prasasti kahirupan</span><br />
<span style="background: white;">Laku lampahna turuteun pikeun anak incu</span><br />
<span style="background: white;">Kujang nu nyurup kana raga</span><br />
<span style="background: white;">Anu nyieup kana wanda</span><br />
<span style="background: white;">Ngajirim jadi nonoman sunda</span><br />
<span style="background: white;">Sinatria ti tanah pasundan</span><br />
<span style="background: white;">Nanjeurkeun bebeneran jeung kaadilan</span><br />
<span style="background: white;">Teu keuna ku owah gingsir</span><br />
<span style="background: white;">Teu kasilih ku junti</span><br />
<span style="background: white;">Ganjaran nu belapati, satria santosa iman,</span><br />
<span style="background: white;">Sinatria pilih tanding Lalaki lalanang Jagat</span><br />
<span style="background: white;">*Naskah Amanat Galunggung, Rakeyan</span><br />
<span style="background: white;">Darmasiksa, Raja Sunda ( 1175 M -1297 M )</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.5pt; line-height: 115%;"><span style="background: white;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.5pt; line-height: 115%;"><span style="background: white;">TERJEMAHAN</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.5pt; line-height: 115%;"><span style="background: white;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: #333333; font-family: Arial, sans-serif;"><span style="font-size: 17px; line-height: 19px;"><b>TEGUH DALAM PRINSIP</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="content" style="background-color: white; color: #333333; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px; margin: 0px 0px 0.2em; padding: 0px;">
telah tiba pada saatnya<br />pada masanya<br />menjemput masa lalu<br />mempelajari (kisah) kemarin<br />bangun untuk perjuangan saat ini<br />sebagai visi dan misi<br /><br />Ada sebab ada akibat<br />tidak ada sebab tidak ada akibat<br />Ada dulu ada sekarang<br />takkan ada sekarang kalau tak ada dulu<br /><br />ada ibu ada bapak<br />Ibu yang mengandung bapak menjaga<br />ada ibu ada surga<br />ada bapak ada dunia<br />Doa Ibu jadi ajimat<br />Mantra bapak jadi obat<br />untuk langkah<br />untuk berjaya<br />mendirikan harga diri Kisunda<br />perilaku yang utama<br />menyebarkan kasih kepada sesama<br />tingkah laku harus benar (merenah = rapi pada tempatnya)<br />agar bertemu<br />kemuliaan<br />keluasaan (wawasan)<br />kesehatan<br />kemakmuran<br />senjata kujang berwujud pemuda<br />yang besar keberaniannya<br />konsisten dalam arahnya<br />selamanya damai dengan saudara<br />konsisten dalam arahnya<br />sama-sama menjaga tanah air (lembur = kampung, desa, tempat tinggal)<br />pantang mundur walau badan hancur<br />minta ridho Yang Kuasa<br />mengambil berkah Yang Kuasa<br />yang Maha suci<br />minta ridho Yang Kuasa<br />mengambil berkah Yang Kuasa<br />Sang Hyang widhi (Tuhan semesta alam)<br />Ayo segera berkelana<br />berjuang di medan juang<br />menegakkan kebenaran<br />mengharumkan bumi Pasundan<br />Ayo cepat bangun<br />berjuang di medan juang<br />hadapi musuh<br />walau nyawa binasa<br />semua yang hidup di dunia<br />akan mendapati ajalnya<br />hanya yang bermanfaat bagi sesama<br />yang akan abadi<br />namanya tertulis dalam prasasti kehidupan<br />tingkah llakunya jadi teladan untuk anak cucu<br />kujang yang terpatri dalam raga<br />yang melebur dalam jiwa<br />menjelmma jadi pemuda sunda<br />ksatria dari tanah Pasundan<br />menegakkan kebenaran dan keadilan<br />tanpa pamrih<br />tidak tergadai harta<br />balasan bagi yang membela, satria sentausa iman<br />kesatria pilihan lelaki penakluk dunia</div>
<h3 class="reference" style="background-color: white; color: #666666; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 13px; font-weight: normal; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px;">
materi referensi:</h3>
<div class="reference" style="background-color: white; color: #333333; font-family: arial, helvetica, clean, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px; margin: 0px 0px 0.2em; padding: 0px;">
bahasa sehari-hari yang terbatas,<br /><br />naskah ini berbentuk puisi dengan makna yang tersurat dan tersirat yang sungguh luar biasa</div>
<br />
IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-73153506676780011062012-07-31T19:38:00.000-07:002012-07-31T19:38:30.180-07:00BERIKUT JANJI JANJI NABI MUHAMMAD KEPADA ST.CATHERINE<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Newark, Delaware </span><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">–</span><span style="font-size: 12.0pt;"> Jumlah umat Muslim dan Kristen melebihi 50 persen
jumlah penduduk dunia ini. Jika saja mereka hidup damai, kita sudah setengah
jalan menuju perdamaian dunia. Satu langkah kecil yang bisa kita ambil untuk
menjalin kerukunan antara umat Islam dan Kristen adalah dengan menceritakan
ulang kisah-kisah dengan pesan positif dan berusaha tidak saling
menjelek-jelekkan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Saya ingin mengingatkan baik
kepada umat Islam maupun Kristen tentang janji yang pernah diucapkan Nabi
Muhammad kepada umat Kristen. Pemahaman akan janji ini bisa mengubah cara umat
Islam memperlakukan orang Kristen karena umat Islam biasanya menghormati hadist
Nabi dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Pada 628 M, utusan dari Biara
St. Catherine mengunjungi Nabi Muhammad untuk meminta perlindungan. Nabi
menyanggupi dengan memberi mereka piagam hak-hak yang saya kutip di bawah ini
secara keseluruhan. Biara St. Catherine terletak di kaki Gunung Sinai di daerah
yang menjadi wilayah Mesir saat ini dan merupakan biara tertua di dunia.
Koleksi manuskrip Kristen mereka luar biasa, hanya kalah oleh koleksi Vatikan.
Biara ini juga merupakan salah satu situs warisan dunia dan memiliki koleksi
ikon-ikon Kristen tertua, menjadikannya museum kekayaan sejarah Kristen yang
tetap terjaga keamanannya selama lebih dari 1,400 tahun di bawah perlindungan
Muslim. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Berikut janji Nabi Muhammad
kepada St. Catherine:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-size: 12.0pt;">Ini
adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian
dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di mana pun mereka
berada, kami bersama mereka. Bahwasanya aku, para pembantuku, dan para
pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen juga rakyatku; dan demi
Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka. Tidak boleh ada
paksaan atas mereka. Tidak boleh ada hakim Kristen yang dicopot dari jabatannya
demikian juga pendeta dari biaranya. Tak boleh ada seorang pun yang
menghancurkan rumah ibadah mereka, merusaknya, atau memindahkan apa pun darinya
ke rumah kaum Muslim. Bila ada yang melakukan hal-hal tersebut, maka ia
melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Bahwasanya mereka sesungguhnya adalah
sekutuku dan mereka aku jamin untuk tidak mengalami yang tidak mereka sukai.
Tidak boleh ada yang memaksa mereka pergi atau mewajibkan mereka berperang.
Muslimlah yang harus berperang untuk mereka. Bila seorang perempuan Kristen
menikahi lelaki Muslim, pernikahan itu harus dilakukan atas persetujuannya. Ia
tak boleh dilarang untuk mengunjungi gereja untuk berdoa. Gereja mereka harus dihormati.
Mereka tidak boleh dilarang untuk memperbaiki gereja mereka dan tidak boleh
pula ditolak haknya atas perjanjian ini. Tak boleh ada umat Muslim yang
melanggar perjanjian ini hingga hari penghabisan (kiamat).</span><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Kalimat pertama dan terakhir
perjanjian ini sangat penting. Dua kalimat inilah yang menjadikan perjanjian
ini universal dan abadi. Nabi Muhammad menyatakan bahwa Muslim harus hidup
berdampingan secara damai dengan orang Kristen di mana pun mereka berada.
Kalimat ini dengan tegas dinyatakan untuk meniadakan kemungkinan adanya upaya
di masa depan untuk membatasi perjanjian ini hanya berlaku pada St. Catherine.
Dengan memerintahkan umat Muslim untuk menaati perjanjian ini hingga hari
kiamat, perjanjian ini juga melarang usaha pembatalan apapun di masa mendatang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Hak-hak tersebut di atas
adalah hak-hak yang tak bisa dicabut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Nabi Muhammad menyatakan
bahwa umat Kristen, secara keseluruhan, adalah sekutunya dan beliau mengecam
perlakuan buruk terhadap mereka sebagai pelanggaran terhadap perintah Tuhan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Aspek utama yang ada dalam
piagam ini adalah umat Kristen menikmati hak-hak tersebut tanpa syarat. Cukup
bagi perjanjian ini status mereka sebagai orang Kristen. Mereka tidak diminta
untuk mengubah agama mereka,mereka tidak diharuskan membayar, dan mereka tidak
mempunyai kewajiban apa pun. Ini adalah piagam hak tanpa kewajiban. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Dokumen ini memang bukan
piagam modern hak-hak asasi manusia. Tetapi meski ditulis pada tahun 628 M,
dokumen ini jelas-jelas melindungi hak atas properti, kebebasan beragama, kebebasan
untuk bekerja, dan perlindungan terhadap keamanan individu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Saya tahu sebagian pembaca
mungkin berpikir, </span><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-size: 12.0pt;">terus,
kenapa?</span><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Jawabannya sederhana saja:
mereka yang ingin melanggengkan ketidakrukunan antara umat Islam dan Kristen
memfokuskan diri pada masalah-masalah yang bisa memecah belah kedua umat ini
dan menciptakan konflik. Tetapi jika sumber sejarah seperti janji Nabi Muhammad
kepada umat Kristen ini yang dimunculkan, jembatan yang menghubungkan kedua
umat ini bisa terbangun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Perjanjian ini bisa mengilhami
umat Islam untuk menafikan intoleransi dalam masyarakat dan berusaha berbuat
kebaikan kepada umat Kristen yang mungkin saja merasa ketakutan terhadap Islam
atau Muslim. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Ketika saya menengok
sumber-sumber keislaman, saya banyak menemukan contoh-contoh toleransi dan
inklusivitas beragama. Contoh-contoh itu membuat saya ingin menjadi orang yang
lebih baik. Saya yakin kemampuan untuk mencari dan berbuat kebaikan ada dalam
setiap diri manusia. Ketika kita menolak kecenderungan untuk berbuat baik ini,
berarti kita menolak asas kemanusiaan kita sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Di tahun baru ini, saya
berharap kita semua dapat meluangkan waktu untuk mencari sesuatu yang positif,
dan pantas dihargai di dalam nilai, budaya dan sejarah orang lain. </span><span style="font-size: 12pt;">###</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">* Dr. Muqtedar Khan adalah Direktur
Program Studi Islam di University of Delaware dan peneliti di Insitute for
Social Policy and Understanding. Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita
Common Ground seizin Altmuslim.com.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Sumber: Altmuslim.com, 1
Januari 2010. www.altmuslim.com <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt;">Telah memperoleh izin
publikasi.<o:p></o:p></span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-32558379237405828852012-07-21T07:18:00.000-07:002012-07-21T07:18:13.671-07:00HUMOR GURU DAN MURID<br />
<div style="background-color: #0a0a0a; color: #d9d9d9; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: left;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Guru dan Murid</span></b></div>
<div style="background-color: #0a0a0a; color: #d9d9d9; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="entry" style="background-color: #0a0a0a; color: #d9d9d9; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 20px; text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;">Di sebuah sekolah dasar, suatu saat seorang guru bertanya pada salah satu muridnya.<br />Bu Guru : “Udin tolong jawab pertanyaan ibu yaa… Kalo ada 5 ekor burung di jendela, kemudian ditembak satu, berapa yang masih tertinggal?”<br />Udin : “Habis dong Bu, kan lainnya pada terbang”<br />Bu Guru : “Salah, harusnya dijawab masih tinggal 4 ekor, tapi saya senang dengan cara berpikir kamu…..”</span><a href="http://adf.ly/6qEY" style="color: white; outline: none; text-decoration: none;">FIANZONER</a><br /><span style="font-size: x-small;">Di saat yang lain Udin balik bertanya pada Bu Guru.<br />Udin : “Bu Guru tolong jawab pertanyaan saya… Kalo ada tiga orang cewek, masing-masing membawa es krim, cewek pertama makan es krim dengan dikunyah sedikit2, yang kedua dengan menggigit es krim dan contongnya, dan yang ketiga dengan menjilati dan mengulumnya, Manakah diantara ketiga cewek itu yang sudah menikah?”<br />Bu Guru : “Hmmm… pasti yang makannya dengan menjilati dan mengulum es krim yaaaa”<br />Udin : “Salah… harusnya dijawab yang memakai cincin kawin, tapi saya senang melihat cara berpikir Bu Guru…”</span><br /><br /><b><span style="font-size: x-small;">Guru dan Murid</span></b><span style="font-size: x-small;"><b> (2)</b></span><br /><br />Seorang murid sekolah dasar yang mempunyai sifat kritis bertanya kepada gurunya,<br />Murid : “Pak, mengapa lambang negara kita burung garuda?”<br />Guru : “Karena sesuai dengan hari kemerdekaan kita, 17 Agustus 1945, 17 adalah jumlah bulu di sayap, 08 (Agustus) adalah jumlah bulu di ekor, dan 45 adalah jumlah bulu yang berada di leher.”<a href="http://adf.ly/6qEY" style="color: white; outline: none; text-decoration: none;">FIANZONER</a><br />Murid : “Lalu mengapa negara kita merdeka tanggal 17 Agustus bukan tanggal yang lain, tanggal 02 Januari misalnya?”<br />Guru : “Hmmm, kalau kita merdeka tanggal 02 Januari, berarti lambang negara kita bukan lagi burung garuda melainkan capung, dengan dua sayap dan satu ekor.”<br />Murid : “...?”<br /><br /><b><span style="font-size: x-small;">Guru dan Murid (3)</span></b><br /><br />Tole baru masuk SD kelas 1, hari pertama dia sudah protes sama ibu guru.<br />“Bu, saya seharusnya duduk di kelas 3”<br />Bu guru nya heran “Kenapa kamu yakin begitu?”<br />Tole menjawab dengan mantap ”Soalnya saya lebih pintar dari kakak saya yang sekarang kelas 3.”<br />Akhirnya bu guru membawa Tole ke ruang kepala sekolah. Setelah diceritakan oleh bu guru, pak kepala sekolah mencoba menguji Tole dengan berbagai materi pelajaran murid kelas 3 SD.<br />Kepsek: Berapa 16 dikali 26?<br />Tole: 416<br />Kepsek: Perang Diponegoro berlangsung tahun berapa?<br />Tole: 1825-1830<br />Kepsek: Siapa penemu lampu bohlam?<br />Tole: Thomas Alfa Edison<br />Kepsek: Hewan yang memakan daging dan tumbuhan termasuk golongan apa?<br />Tole: omnivora<br />Setelah beberapa pertanyaan, pak Kepsek bilang ke ibu guru “Kelihatannya Tole memang cerdas, saya rasa bisa masuk di kelas 3”<br />Tapi ibu guru masih belum yakin “Coba saya tes lagi pak kepsek” kata bu guru.<br />Ibu guru: Benda apakah yang huruf pertama nya K, huruf terakhirnya L, yang bisa menjadi tegang, bisa lemas?<br />(mendengar pertanyaan bu guru pak Kepsek melongo kaget)<br />Tole: Ketapel.<br />Ibu guru: OK, sekarang apakah yang huruf pertamanya M, huruf terakhir K, di tengah benda itu ada kacangnya?<br />(pak kepsek makin melongo, sambil melap keringat di jidatnya)<br />Tole: Martabak.<a href="http://adf.ly/6qEY" style="color: white; outline: none; text-decoration: none;">FIANZONER</a><br />Ibu guru: OK, berikut. Kegiatan apakah yang biasa dilakukan anak remaja di kamar mandi dengan gerakan yang berulang-ulang, huruf pertama nya M, huruf terakhir I?<br />(pak kepsek makin salah tingkah denger pertanyaan bu guru)<br />Tole: Menggosok Gigi.<br />Ibu guru: Kegiatan apakah yang biasa dilakukan pria dan wanita yang lagi pacaran dimalam hari, huruf pertamanya N, huruf terakhir T?<br />(pak kepsek nyaris pingsan denger pertanyaan terakhir)<br />Tole: Nonton Midnight,<br />Sebelum bu guru melanjutkan pertanyaan, pak kepsek memotong ”Ibu guru, Tole masukin ke kelas 6 aja. Saya aja dari tadi salah terus jawab pertanyaan bu guru.<br /><br /><b><span style="font-size: x-small;">Guru dan Murid (4)</span></b><br /><br />Ada anak baru (AB) dan anak lama (AL) sedang mengobrol saat pelajaran Fisika.<br />AL: “Eh lu anak baru ya?”<br />AB: “Iya..”<a href="http://adf.ly/6qEY" style="color: white; outline: none; text-decoration: none;">FIANZONER</a><br />AL: “Hati-hati lu sama guru Fisika, kalau salah sedikit bisa di gampar”<br />AB: “Ooh… gue udah tahu”<br />AL: “Iya, gurunya udah jelek, gembel gitu mukanya, mana miskin lagi!”<br />AB: “Ooh…gue udah tahu”<br />AL: “Pokoknya ntar kalau pulang kita kerjain yuk! kita siram pake air got, kalau perlu kita gebukin tuh guru jelek! Eh ngomong-ngomong kok lu dari tadi bilang kalo lu udah tau sih?”<br />AB: “Gue anaknya!!”<br /><br /><b><span style="font-size: x-small;">Guru dan Murid (5)</span></b><br /><br />Pada suatu hari ibu guru sedang mengajar murid-muridnya. Tapi, murid-muridnya malah asyik mengobrol dan sibuk sendiri-sendiri. Ibu guru pun marah karena merasa dicuekin.<br />Ibu Guru : "Kalian ini pada ngobrol aja! Apa kalian tidak ada yang mau mendengarkan pelajaran?"<br />Murid-Murid : "Tidak buuuuu..."<br />Ibu guru pun semakin kesal.<br />Ibu Guru : "Dasar kalian bodoh. Kenapa kalian bisa masuk ke sekolah ini?"<br />Murid-murid : "Karena kami ingin pintar, Buuu.."<br />Ibu Guru : "Kalau begitu siapa yang merasa bodoh berdiri, biar nanti ibu ajari!"<br /><br />Murid-murid terdiam karena tidak ada yang merasa bodoh. Tapi tiba-tiba Budi berdiri.<br /><br />Ibu Guru : "Bagus Budi, kamu merasa diri kamu bodoh ya?"<br />Budi : "Tidak, Bu."<br />Ibu Guru : "Lalu, kenapa kamu berdiri?"<br />Budi : "Saya tidak tega saja, Bu.."<br />Ibu Guru : "Tidak tega kenapa?"<br />Budi : "Ngeliat ibu berdiri sendirian.."</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-31074203583924921162012-05-31T18:34:00.001-07:002012-05-31T18:34:16.120-07:00PIDATO SOEKARNO (PANCASILA)Paduka tuan Ketua yang mulia!<br /><br />Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menepati permintaan Paduka tuan Ketua yan mulia. Apakah permintan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepad sdang Dkuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nati akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.<br /><br />Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang Mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan: Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberitahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan “merdeka”.<br /><br />Merdeka buat saya ialah “political independence”, politieke onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?<br /><br />Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan perkataan ini “zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil “Zwaarwichtig” sampai kata orang Jawa “jelimet”. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.<br /><br />Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu.<br /><br />Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya!<br /><br />Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai jelimet! Maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu.<br /><br />Bacalah buku Amstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud! Di situ ternyata bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka.<br /><br />Lihatlah pula jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat Sovyet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet adakah rakyat Sovyet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih daripada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Sovyet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Sovyet itu. Dan kita sekarang di sini mau mendirikan negara Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan!<br /><br />Maaf, PT Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya buku, kalau saya membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimet hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, sampai di lobang kubur! (tepuk tangan riuh)<br /><br />Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun 33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka”. Maka di dalam risalah tahun 33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politike onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah suatu jembatan, satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.<br /><br />Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, in one night only! kata Amstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirkan Saudi Arabia Merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riyad dengan 6 orang! Sesudah “jembatan” itu diletakkan oleh Ibn Saud, maka di seberang jembatan, artinya kemudian daripada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade, yaitu orang Badui, diberi pelajaran bercocok-tanam. Nomade diubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, semuanya di seberang jembatang.<br /><br />Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Sovyet Rusia Merdeka, telah mempunyai Djnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Djeppr? Apa ia telah mempunya radio-station, yan menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Sovyet Rusia Merdeka telah dapat membaca dan menulis?<br /><br />Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Greche, baru mengadakan Djnepprprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan jelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah berlainannya tuan-tuan punya semangat, jikalau tuan-tuan demikian, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda itu semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!!! (Tepuk tangan riuh)….<br /><br />Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, padahl semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka Sekarang, sekarang, sekarang! (Tepuk tangan riuh)….<br /><br />Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia Merdeka, kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar-hati! Saudara-saudara, saya peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political Independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti denga orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo-Butyoo diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, in one night, di dalam satu malam!<br /><br />Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan: Indonesia Merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya Balatentara Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata mangke rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia Mereka? (Seruan audiens: Tidak! Tidak!)<br /><br />Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balantentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka! (Tepuk tangan audiens menggemparkan)<br /><br />Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbeaan antara Sovyet Rusia, Saudi Arabia, Inggris, Amerika dan lain-lain tentang isinya: tetapi ada satu yang sama, yaitu rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Inggris sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negaranya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk Merdeka. (Tepuk tangan riuh)<br /><br />Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gaji f500. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai meja kursi, yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok garpu perak satu set, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin.<br /><br />Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu “meja makan”, lantas satu sitje, lantas satu tempat tidur.<br /><br />Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat tidur: kawin.<br /><br />Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung, electrische kookplaat, tempat tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu mana yang lebih bahagia, Sang Ndoro dengan tempat-tidurnya yang mentul-mentul, atau Sarinem dn Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan satu periuk, saudara-saudara! (tepuk tangan, dan tertawa).<br /><br />Tekad hatinya yang perlu, tekad hatinya Samiun kawin dengan satu tikar dan satu periuk, dan hati Sang Ndoro yang baru berani kawin kalau sudah mempunyai gerozilver satu kaset plus kinderuitzet, buat 3 tahun lamany! (tertawa)<br /><br />Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak? Inilah, saudara-saudara sekalian. Paduka tuan Ketua yang mulia, ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian PT Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekan Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! (tepuk tangan riuh)<br /><br />Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di dalam Sovyet Rusia Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Sovyet Rusia satu persatu.<br /><br />Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: Kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri, banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu, “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka.”<br /><br />Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan “jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.<br /><br />Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internasionaalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internasionaalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahan, kemudian diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: Merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak perduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak perduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, sudahlah ia merdeka.<br /><br />Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka atau tidak? Mau merdeka atau tidak? (Hadirin serempak menjawab: Mauuu!) –IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-80704231600089137542012-03-03T23:49:00.001-08:002012-03-03T23:49:23.502-08:00Man Jadda Wa Jada !<p>Anda pernah mendengar ungkapan Man Jadda Wa<br> <br/> Jada? Namun sudahkah Anda mengaplikasikan<br> <br/> prinsip ini?Banyak sudah tahu namun masih<br> <br/> sedikit yang mengaplikasikannya.<br> <br/> Banyak contoh yang kita temui dalam kehidupan<br> <br/> sehari-hari, banyak orang yang tidak menerapkan<br> <br/> prinsip ini.Mereka cepat menyerah, berhenti<br> <br/> berusaha, dan menyerah pada nasib. Ciri utamanya ialah suka mengatakan “saya tidak<br> <br/> bisa”.<br> <br/> Definisi Man Jadda Wa Jada<br> <br/> OK, bagi yang tahu artinya, man jadda wa jada<br> <br/> berartibarangsiapa bersungguh-sungguh pasti<br> <br/> dapat. Setahu saya, ini bukan hadist, meski<br> <br/> menggunakan bahasa Arab. Mungkin sejenis<br> <br/> pepatah Arab tetapi mengandung makna yang<br> <br/> dalam.<br> <br/> Kata kunci dalam pepatah ini ialah jadda atau<br> <br/> bersungguh-sungguh. Jadi, sejauh mana Anda<br> <br/> sudah mengaplikasikan pepatah ini ialah sejauh<br> <br/> mana Anda bersungguh-sungguh.<br> <br/> Mengukur Man Jadda Wa Jada Pada<br> <br/> Diri Anda<br> <br/> Silahkan Anda periksa pertanyaan berikut dan<br> <br/> jawablah dalam hati Anda. Silahkan Anda ukur<br> <br/> diri Anda tanpa dalih tanpa alasan (jika<br> <br/> bersungguh-sungguh ingin maju).<br> <br/> Sudahkah Anda bersungguh-sungguh melihat<br> <br/> peluang. Coba lihat catatan Anda, sudah<br> <br/> seberapa banyak potensi peluang yang Anda<br> <br/> catat?<br> <br/> Seberapa dalam Anda meneliti sebuah ide<br> <br/> bisnis?<br> <br/> Seberapa banyak ide-ide mengoperasikan bisnis<br> <br/> yang sudah Anda coba?<br> <br/> Seberapa banyak ide-ide pemasaran yang sudah<br> <br/> Anda lakukan?<br> <br/> Sudah berapa kali Anda gagal dan bangkit lagi<br> <br/> mencoba?<br> <br/> Seberapa keras Anda mencari solusi masalah<br> <br/> Anda?<br> <br/> Berapa banyak kontak yang sudah Anda<br> <br/> kumpulkan untuk mendukung bisnis Anda?<br> <br/> dan sebagainya.<br> <br/> Man Jadda Wa Jada Belum Membumi Jika<br> <br/> Masih Berdalih<br> <br/> “Tapi saya…”. Yah… jika Anda masih suka<br> <br/> mengatakan “tapi” sebagai dalih tidak berusaha,<br> <br/> artinya Anda belum bersungguh-sungguh.<br> <br/> Mungkin dalih Anda benar, tetapi tetap saja<br> <br/> Anda tidak meraih apa yang Anda inginkan.<br> <br/> Jika Anda memang bersungguh-sungguh, akan<br> <br/> selalu ada jalan untuk mencapai apa yang Anda<br> <br/> inginkan. Akan selalu ada jalan untuk<br> <br/> menyelesaikan masalah Anda. Potensi pikiran,<br> <br/> hati, dan tubuh Anda sudah cukup untuk<br> <br/> mengatasi masalah Anda. Sebesar apa pun<br> <br/> masalah Anda. Begitu juga potensi Anda cukup<br> <br/> untuk meraih pencapaian tertinggi yang bisa<br> <br/> dicapai manusia. Semua orang memiliki potensi<br> <br/> yang sama, yang berbeda ialah sejauh mana kita<br> <br/> menggunakan potensi tersebut. Sejauh mana kita<br> <br/> membumikanman jadda wa jada dalam hidup<br> <br/> Anda.<br> <br/> Cara Membumikan Man Jadda Wa<br> <br/> Jada<br> <br/> Langkah selanjutnya ialah kita harus<br> <br/> membumikan Man Jadda Wa Jada, bukan hanya<br> <br/> pepatah penghias dinding, tetapi harus menjadi<br> <br/> bagian dari kehidupan kita.<br> <br/> 1. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan<br> <br/> mengalahkan rasa malas yang menghambat Anda<br> <br/> untuk bertindak.<br> <br/> 2. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan<br> <br/> mencari cara mengatasi rintangan dan halangan<br> <br/> yang ada di depan Anda.<br> <br/> 3. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan<br> <br/> berusaha melengkapi apa yang menjadi<br> <br/> kekurangan Anda untuk meraih tujuan besar<br> <br/> Anda.<br> <br/> 4. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda akan<br> <br/> belajar jika Anda belum bisa melakukan sesuatu<br> <br/> yang diperlukan untuk meraihsukses.<br> <br/> 5. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak<br> <br/> akan mudah berhenti, terusberpikir kreatif,<br> <br/> mencoba dan mencoba sampai Anda menemukan<br> <br/> jalan yang tepat.<br> <br/> 6. Jika Anda bersungguh-sungguh, maka Anda tidak<br> <br/> akan kalah dengan alasan, justru akan berusaha<br> <br/> mengatasi alasan tersebut.<br> <br/> Silahkan ukur diri Anda, sejauh mana Anda<br> <br/> membumikan man jadda wa jada dalam<br> <br/> kehidupan Anda.<br> <br/> Cara Meraih Pencapaian Luar Biasa<br> <br/> Pikiran positif sangat penting, sebab semua<br> <br/> berawal dari pikiran Anda. Anda adalah apa yang<br> <br/> Anda pikirkan. Mungkin Anda pernah mendengar<br> <br/> apa yang disebut dengan kejaiban berpikir positif,<br> <br/> yang katanya “jika Anda berpikir bisa, maka Anda<br> <br/> akan bisa”. Tentu saja, sebagai seorang Muslim,<br> <br/> kita menambahkan insya Allah, sebab kita tidak<br> <br/> bisa memastikan secara mutlak. Pencapaian luar<br> <br/> biasa akan Anda capai jika Anda mulai berpikir<br> <br/> positif, mulai yakin Anda bisa.<br> <br/> “Jika Anda berpikir bisa, insya Allah And</p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.4</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-31560195189322228412012-02-15T08:45:00.001-08:002012-02-15T08:45:01.830-08:006 Hal yang Dinilai
Perempuan pada Lelaki Saat
Pertama Bertemu<p>6 Hal yang Dinilai<br> <br/> Perempuan pada Lelaki Saat<br> <br/> Pertama Bertemu<br> <br/> Tak hanya masalah fisik, tetapi<br> <br/> hal-hal yang berada di balik<br> <br/> momen perkenalan pertama<br> <br/> penting bagi penilaian<br> <br/> perempuan.<br> <br/> Impresi pertama ternyata memang<br> <br/> punya efek pada hubungan dua<br> <br/> manusia, terutama antara<br> <br/> perempuan dan lelaki yang sedang<br> <br/> mencari pasangan.<br> <br/> Menurut dr Gordon Patzer,<br> <br/> pengarang Looks: Why They Matter<br> <br/> More Than You Ever Imagined,<br> <br/> kebanyakan perempuan dalam<br> <br/> beberapa menit pertama bertemu<br> <br/> lelaki akan melakukan penilaian.<br> <br/> "Tinggi badan, berat badan, dan<br> <br/> kemenarikan fisik seorang lelaki<br> <br/> punya peran penting dalam<br> <br/> penilaian perempuan untuk<br> <br/> memutuskan ingin melanjutkan<br> <br/> hubungan itu atau tidak," kata<br> <br/> Patzer.<br> <br/> Tidak hanya masalah fisik, hal-hal<br> <br/> lain di dalamnya juga menjadi faktor<br> <br/> penilaian perempuan. Berikut ini<br> <br/> beberapa faktor yang menurut<br> <br/> Patzer dinilai perempuan dalam diri<br> <br/> lelaki yang pertama ia temui:<br> <br/> 1. Ukuran tubuh<br> <br/> Tinggi badan dan berat badan<br> <br/> menempati urutan tertinggi dalam<br> <br/> hal penilaian perempuan pada<br> <br/> lelaki yang pertama ia kenal (yang<br> <br/> berpotensi untuk berlanjut ke<br> <br/> hubungan berikutnya).<br> <br/> "Terlalu besar atau terlalu kecil<br> <br/> sosok seorang lelaki di mata<br> <br/> seorang perempuan bisa langsung<br> <br/> dianggap tidak menarik, bahkan<br> <br/> sebelum melihat hal-hal yang tak<br> <br/> kentara, seperti kepercayaan diri,"<br> <br/> kata Patzer.<br> <br/> Menariknya, tinggi badan dan berat<br> <br/> badan lelaki yang ideal di mata<br> <br/> seorang perempuan benar-benar<br> <br/> tergantung pada tinggi dan berat<br> <br/> badan perempuan tersebut.<br> <br/> 2. Penampilan dan sisi menarik<br> <br/> Tak hanya dari sisi alamiah, tetapi<br> <br/> cara lelaki menjaga penampilan juga<br> <br/> memiliki nilai penting di mata<br> <br/> perempuan. Potongan rambutnya,<br> <br/> pilihan pakaian, cara berdandan,<br> <br/> dan higienitas punya peran dalam<br> <br/> penilaian. Jika lelaki malas menjaga<br> <br/> penampilannya, perempuan pun<br> <br/> malas mencoba berkenalan lebih<br> <br/> lanjut.<br> <br/> 3. Senyum<br> <br/> Setelah menilai sosok tubuh lelaki,<br> <br/> perempuan akan melihat senyum si<br> <br/> lelaki. "Senyuman di menit-menit<br> <br/> pertama perkenalan akan mengirim<br> <br/> sinyal sambutan dan tanda<br> <br/> bersahabat bagi perempuan," kata<br> <br/> Patzer. Nilai tambah lagi bila gigi<br> <br/> lelaki tersebut indah.<br> <br/> 4. Humor<br> <br/> Perempuan suka lelaki yang senang<br> <br/> tertawa, apalagi yang punya<br> <br/> kemampuan bercanda dengan<br> <br/> kualitas bagus. Ini akan menjadi nilai<br> <br/> tambah bagi penilaian perempuan.<br> <br/> 5. Kepercayaan diri<br> <br/> Perempuan menilai tinggi lelaki<br> <br/> yang memiliki kepercayaan diri,<br> <br/> tetapi tidak suka dengan lelaki yang<br> <br/> sombong atau arogan.<br> <br/> Menurut dr Sameer Malhotra,<br> <br/> kepala departemen psikiatri dan<br> <br/> psikoterapi di Fortis Hospital di New<br> <br/> Delhi, India, dalam beberapa menit<br> <br/> pertemuan pertama, perempuan<br> <br/> tak hanya akan menilai kepercayaan<br> <br/> lelaki, perempuan juga akan<br> <br/> mencoba menerjemahkan getaran<br> <br/> yang diberikan lelaki dan menilai<br> <br/> pemikirannya.<br> <br/> "Perempuan akan menilai seberapa<br> <br/> jernih pemikiran dan pola pikir<br> <br/> lelaki, apakah ia melihat sesuatu<br> <br/> dengan sudut pandang positif atau<br> <br/> tidak," kata Patzer.<br> <br/> 6. Perbincangan<br> <br/> "Semakin lama seorang perempuan<br> <br/> mengenal sosok seorang lelaki yang<br> <br/> dekat dengannya, makin menarik<br> <br/> sisi fisik lelaki tersebut," kata Patzer.<br> <br/> Jadi, kemampuan seorang lelaki<br> <br/> untuk membuat seorang<br> <br/> perempuan terus berbicara<br> <br/> dengannya punya nilai terpenting<br> <br/> untuk menarik perhatian. Tentu<br> <br/> percakapan yang setara dan timbal<br> <br/> balik, bukan yang satu arah. Semua<br> <br/> manusia tentu ingin didengar dan<br> <br/> mendengar.</p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.4</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-29702788356737238522011-12-20T08:07:00.001-08:002011-12-20T08:07:05.970-08:00MUNDUR BUKAN KEBELAKANG,TAPI MAJU KEDEPAN<p>Hanya untuk ketenangan saja saya mundur. Kerja dan hidup untuk mencari ketenangan dan pengabdian, sudah..! Itu saja! </p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.1</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-45492724132980104142011-12-03T02:25:00.001-08:002011-12-03T02:25:08.719-08:00MENGAPA TAK MAU KOMPROMI?<p><a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi.</a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. </a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT!</a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan.</a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit.</a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya.</a><br> <br/> <a href="Akhirnya saya memahami mengapa seseorang atau organisasi tidak mau melakukan negosiasi atau kompromi. Alasan pertama, karena merasa dirinya yang paling benar. Ini adalah alasan klise tapi nyata. Merasa paling benar namun menutup mata atas kemungkinan pihak lain juga bisa benar, akan menutup kemungkinan melakukan kompromi. Karena bila melakukan kompromi maka seolah dia berkomplot dengan kesesatan. Kebenaran mutlak yang seharusnya milik Tuhan telah dipersonalisasikan pada dirinya sehingga yang berbeda dengan dirinya...SESAT! Buta hati dan buta mata untuk mau lapang dada terhadap kompromi untuk solusi disebabkan karena kebodohan dan keangkuhan. Alasan kedua, bila seseorang menyembunyikan kesalahannya. Alasan ini akan menjawab kebingungan kita bila kita melihat ada sesuatu permasalahan yang sederhana dan bisa dikompromikan,namun dalam kenyataannya seolah menjadi masalah yang sulit dan rumit. Kesalahan yang terlanjur dibuat bisa menjadi hantu yang mengganggu sebuah kompromi karena secara instingtif sebagian besar orang tidak mau terlihat dan terbongkar kesalahannya. Hal ini kemudian akan diikuti oleh sejuta alasan pembenaran dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dengan tujuan untuk menutupi kesalahannya. Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.">Nah..dua hal tersebut senantiasa ada dalam proses dinamika sebuah organisasi. Jadi selami latar belakang dari pihak-pihak yang akan melakukan kompromi sehingga kita tidak akan membuang waktu percuma.</a></p> <br/> <div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.1</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-56371727427563933732011-11-28T20:44:00.000-08:002011-11-28T20:44:09.242-08:00TRITANGTU<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Istilah Tri Tangtu ini membawa kita kepada pertanyaan ;<br />
1. Kenapa Tri atau tiga ?<br />
2. Apa yang disebut atau yang dimaksud dengan Tangtu ?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Namun sebelum menjawab 2 pertanyaan diatas, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu mengenai apa yang disebut BUDAYA, oleh karena Tri Tangtu ini sangat erat melekat dengan Budaya Sunda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kita ketahui , bahwa banyak sekali cerita dan pengertian mengenai apa yang disebut budaya, namun tidak ada salahnya kalau saya mencoba menambahkan satu lagi kriteria budaya ini, mudah-mudahan bisa diterima oleh semua.<br />
Menurut saya pengertian Budaya ini harus ditarik secara makro dan jangan dipersempit,agar dapat mewadahi segala aspek dan dimensi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Apabila kita berandai-andai tatkala seorang individu mempertanyakan tentang eksistensinya sendiri dalam pertanyaan ; Siapa aku ?, darimana aku ?, dan hendak kemana aku ?, ini merupakan pencarian jati diri.<br />
Proses pencarian jati diri sangat dipengaruhi oleh alam dan lingkungan hidupnya, sehingga dari apa yang dilihat dan dirasakannya akan sampai pada kesimpulan bahwa semua ini ada yang menciptakannya yaitu TUHAN. Apa dan Siapa Tuhan ini, itulah Konsep Ketuhanannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dari konsep ketuhanan ini akan melahirkan pengertian-pengertian filosofis dan agama,saya tidak tahu mana yang lebih dulu antara falsafah atau agama. Namun dari falsafah dan agama akan melahirkan disiplin-disiplin atau sistem-sistem, sistem akan melahirkan berbagai subsistem dan seluruh aspek, mulai dari pencarian jati diri sampai sub sistem , inilah yang disebut Budaya atau adab yang dalam perjalanannya menghasilkan peradaban.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam kaitan 2 pertanyaan mengenai Tri Tangtu diatas ,kita ambil sebagai contoh Konsep Budaya diatas pada budaya Sunda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>Budaya Sunda tentulah sangat erat kaitannya dengan alam dan lingkungan hidupnya.</b><br />
Dalam pencarian jati diri seorang manusia Sunda yang hidup dalam alam yang Kaya ,Subur Makmur,Gemah Ripah Loh Jinawi, dimana Cai Cur-cor ,Pasir jeung Lebak hejo ngemploh, dimana beratus gunung tinggi yang menyediakan Ribuan macam Tumbuh-tumbuhan dan Ribuan macam Satwa, memberikan Kemudahan dan Kenikmatan hidup bagi manusia Sunda, maka kenikmatan dan kemudahan ini akan dipandang sebagai Anugrah dari sesuatu yang menghendaki dan menciptakannya oleh penuh rasa Kasih dan Suci dan alam yang sempurna ini tentulah diciptakan oleh sesuatu yang sempurna dan maha.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Maka kesimpulan sang pencipta inilah yang disebut Tuhan atau Gusti, Gusti Anu Maha Asih,Anu Maha Suci,Anu Maha Agung dan Asih-lah yang menjadi energi utama dari kehendak Tuhan itu.<br />
Dalam proses penciptaan yang penuh asih ini Tuhan lebih dulu menciptakan jagat atau alam. Yang disebut alam ini adalah terdiri dari 5 unsur yakni Udara atau angkasa,Bumi,Air,Tumbuhan dan Satwa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Didalam rasa rumasa dan tumarimanya akan anugrah nikmat hidup ini,sadar bahwa segala sesuatu bukanlah miliknya, sekalipun dirinya sendiri adalah milik Tuhan, semua adalah titipan Tuhan dan semua akan terpulang kepada-Nya, kepada kehendak-Nya dan semua akan kembali kepada-Nya, ini yang disebut dengan Wiwitan, yaitu konsep kembali ke asal.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kesadaran diatas menumbuhkan pengertian bahwa manusia wajib menjaga semua milik dan titipan Tuhan ini , dengan kata lain manusia wajib mengasuh, baik dirinya sendiri,sesamanya maupun lingkungan hidupnya.<br />
Singkatnya pengertian-pengertian diatas menjadi..<br />
- Gusti Anu Asih<br />
- Alam anu Ngasah<br />
- Manusa anu Ngasuh,ngasuh Kujur ,Batur jeung Lembur.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Asih-Asah-Asuh ini kita kenal sebagai dasar dari kehendak Tuhan atau hukum alam adalah hukum Tuhan,inti dari hukum alam adalah hukum pasti atau Tangtu.<br />
Pasti atau Tangtu ini terkandung didalam proses wiwitan dan didalam hukum sebab akibat yang dalam istilah Sunda disebut hukum Pepelakan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Didalam pantun-pantun dan mantra-mantra Sunda kerap kita dengar ada tiga unsur di alam kahiyangan atau alam gaib yaitu Wenang,Kala,Wening.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Wenang: sesuatu yang hanya dimiliki Tuhan atau otoritas Tuhan ,sehingga semesta ini disebut alam pawenangan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kala : adalah proses dalam penciptaan yang berisi kehendak atau program dari sang pencipta, perjalanan proses ini perlu waktu atau saat, oleh karena itu kala sering disebut waktu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wening : adalah segala sesuatu yang diciptakan dan ia adalah yang menerima dan diam dalam arti Tauhid atau Tahu kepada kehendak pencipta.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tiga unsur tadi dimanifestasikan menjadi Tuhan ,Alam ,dan Manusia yang merupakan 3 unsur utama semesta. Mungkin dari pengertian-pengertian diatas yang menjadi lahirnya ungkapan Tri Tangtu.<br />
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tri Tangtu merupakan dasar dari akar falsafah Sunda, oleh karena ternyata Tri Tangtu ini merefleksi dan direpresentasikan pada segala sistem dan sub sistem didalam Budaya Sunda seperti pada sistem Negara, sistem Sosial, sistem Hukum,sistem Seni dan lain sebagainya tidak terlepas dari prinsip Tri Tangtu ini, dan ini merupakan tugas kita semua untuk meneliti dan mengungkap keberadaan Hukum Tiga ini sebagai dasar dari Budaya Sunda.<br />
Kita ambil contoh bahwa 3 unsur tadi yaitu Wenang Kala Wening beremanasi sehingga di simbolkan sebagai 3 warna cahaya yaitu Putih,Kuning,dan Merah, Tiga warna ini kita dapati pada Tumpeng, putih didalamnya yaitu telur atau ikan teri putih, kuning pada nasi atau badannya, serta merah yaitu pada cabai merah sebagai puncak manik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tri Tangtu juga di simbolkan didalam bentuk yaitu Segitiga. Segitiga adalah dasar dari segala bentuk. Bentuk segitiga ini kita dapati pada atap rumah tradisi Sunda serta ornamen puncaknya yang disebut Cagak Gunting yang merupakan 2 segitiga yaitu segitiga tak berbatas dan segitiga berbatas sebagai simbol alam gaib dan alam nyata tempat kita hidup. Rumah itu sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu Tatapakan dan kolong, bagian tengah serta atap. Disamping itu kita kenal ada Tri Tangtu yang lain yaitu Tri Tangtu Salira , tiga titik pusat dari tiga bagian tubuh yaitu Dada,Perut dan Kepala disebut titik-titik DA,SA,RA.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">DA : titik pusat bagian dada yaitu pada jantung yang merupakan representasi dari unsur Tuhan ,Ini dijelaskan karena jantung adalah pusat hidup atau pusat tempat masuknya energi yang menghidupkan yang berasal dari Tuhan yang disebut Daha. Wilayah dada ini adalah wilayah Asih dan wilayah Ketuhanan.<br />
SA : titik pusat bagian perut yaitu pada pusar atau udel, sebagai titik pusat proses perwujudan ; bahwa kita diwujudkan didalam perut ibu melalui tali ari-ari yang menyambungkan Bali dan pusar kita. Wilayah Perut ini merupakan representasi dari unsur Alam yang mengasah atau membentuk wujud diri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">RA : titik pusat Otak, titik RA adalah suatu kelenjar yang merupakan pusat syaraf dan pusat otak yang merupakan pula pusat pengendali Badan dan Kehidupan. Wilayah RA ini mewakili unsur Manusia karena kepala inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lain ,dengan kata lain kepala adalah wilayah kemanusiaan atau wilayah Asuh.<br />
Titik RA ini dilambangkan sebagai matahari ( atau Dewa Matahari ), Manik Maya atau Rajawali atau Singha atau titik Jenar ( Merah ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Titik RA yang merupakan pusat segala syaraf yang terdapat pada sum-sum tulang belakang yang berjumlah 25 ruas ditambah 7 ruas tulang leher dilambangkan sebagai Naga ( naga kuning atau emas ) atau Ular berkepala 7 (didalam cerita Hindu) , jadi Naga-Ra adalah badan kita sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">25+7+1 (RA)= 33. Mungkin inilah yang disebut Nu satelu puluh telu oleh orang Kanekes (Baduy), dan menurut cerita ,tinggi tiang utama istana Pajajaran adalah 33 depa. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hitungan 33 juga dipakai sebagai patokan pada Tarawangsa, yaitu dari gong ke gong adalah 33 ketukan .<br />
RA sebagai pusat pengendali kehidupan dimana wujud kehidupan ini merupakan Tri Tangtu yaitu Tri Karma yang terdiri dari Bayu,Sabda, Hedap atau Pikir,Ucap dan Lampah ( perbuatan ). Tiga unsur tadi mempunyai Energi dan tiap manusia mempunyai Frekwensinya masing-masing. Akumulasi dari 3 energi ini disebut RAHA (Roh).<br />
Tri Karma atau Pikir ,Ucap,Lampah ini juga ditentukan oleh Galuh,Galeuh dan Galih atau menurut istilah sekarang Naluri,Nurani dan Nalar ( SQ,EQ dan IQ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">TRI TANGTU DI BUMI</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Didalam kata pengantar terjemahan naskah amanat Galunggung menyatakan bahwa amanat Galunggung Kropak 632 menjelaskan tentang kedudukan Tri Tangtu Di Bumi yaitu, Rama-Resi-Ratu. Ketiga-tiganya mempunyai tugas yang berbeda ,akan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan ,tidak ada diantara mereka yang berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya. Tugasnya setara dan sama-sama mulia, ketiga pemimpin tersebut harus bersama-sama menegakan kebajikan dan kemuliaan melalui ucap dan perbuatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dunia kemakmuran tanggung jawab sang Rama,Dunia kesejahteraan hidup tanggung jawab sang Resi, Dunia pemerintahan tanggung jawab sang Prabu/Ratu. Jagat Palangka di sang Prabu, jagat Daranan di sang Rama, jagat Kreta di sang Resi.<br />
Rama : Representasi dari unsur Tuhan yang dimanifestasikan dalam tugas Rama yaitu bidang Spritual, dimana seorang rama ini adalah manusia yang sudah meninggalkan kepentingan yang bersifat duniawi dan lahiriah, sehingga bisa menjaga rasa asih yang tinggi dan bijaksana.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Resi : Representasi dari unsur alam yang merupakan penyedia bagi kepentinagn kehidupan , maka para Resi merupakan ahli-ahli atau guru-guru didalam bidang-bidang diantaranya pendidikan,militer,pertanian,seni,perdagangan,dan lain sebagainya. Misinya adalah Asah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ratu : Representasi unsur manusia yang bertugas untuk mengasuh seluruh kegiatan dan kekayaan negara. Karena misinya adalah Asuh, maka didalam tatanan Sunda para pemimpin ini disebut Pamong atau Pangereh dan bukan Pemerintah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bila kita bandingkan dengan keadaan kenyataan masyarakat Sunda masa kini, maka dengan sangat sedih kita harus mengakui bahwa tatanan Tritangtu Di Bumi pada masa dekat Sunda kini telah punah, kecuali pada masyarakat-masyarakat adat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hal ini disebabkan karena Tatar Sunda yang sangat strategis ,baik secara Geografi maupun secara Geopolitik telah menjadi arena masuknya segala pengaruh asing yang secara penuh diadopsi oleh masyarakat Sunda Modern, oleh karena itu otomatis dan perlahan namun pasti Budaya Sunda tersingkir dan terbunuh dari masyarakatnya sendiri dan tidakmungkin lagi menerapkan tataran asli Sunda pada situasi yang demikian.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Sukleuk Leuweung Suklek Lampih Jauh Ka Sintung Kalapa, Lieuk deungeun Lieuk Lain Jauh Indung Ka Bapa.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Itulah silokanya manusia Sunda sekarang yang jauh dari asalnya,satu sama lain bagaikan orang asing yang berjalan tanpa tujuan dan tanpa akhir.<br />
Apabila kita lihat kekacauan negara kita saat ini yang disebabkan oleh kekacauan politik berdampak kepada ekonomi dan sosial serta aspek-aspek lainnnya, mungkin patut kita pertanyakan apakah kita tidak salah memilih ? ,kita memakai konsep-konsep yang berasal dari Budaya Asing, yang mungkin tidak cocok dengan masyarakat kita sendiri. Bila jawabannya YA, maka mereaktualisasi Tritangtu Di Bumi ini merupakan konsep alternatif bagi tatanan masa depan Indonesia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kita tidak usah takut untuk kembali kepada konsep-konsep leluhur kita , karena Menurut prinsip Wiwitan yang berarti siklus, maka sesuatu yang berada dibelakang kita suatu saat akan berada didepan kita.<br />
Leluhur telah berpesan ; </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><i>TEUDEUN DI HANDEULEUM SIEUM, TUNDA DI HANJUANG SIANG, TUNDA ALAEUN SAMPEUREUN JAGA.</i><br />
Kita ambil contoh bahwa nabi Muhammad SAW mereformasi masyarakat Arab yang Jahiliyah dengan kembali pada ajaran leluhurnya yaitu Ibrahim A.S. sehingga menghasilkan masyarakat yang sejahtera yaitu masyarakat madani.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
<b> PIWEJANG KARUHUN SUNDA (SANGHIYANG SIKSA KANDANG KARESIAN)</b><br />
Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian berjumlah 30 lembar, ditulis pada tahun 1440 Saka (1518 M). Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode Kropak 630 (Mansukrip Sunda B) Sebagian isi dari naskah dapat diuraikan sebagai berikut :<br />
<b> 1. Dasakerta</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kesejahteraan hidup dapat dicapai bila kita mampu memelihara 10 bagian tubuh yaitu :<br />
1.Telinga<br />
2.Mata<br />
3.Kulit<br />
4.Lidah<br />
5.]Hidung<br />
6.Mulut<br />
7.Tangan<br />
8.Kaki<br />
9.Tumbung (Dubur)<br />
10.Alat kelamin (Purusa)<br />
Jika 10 bagian tubuh tersebut tidak dijaga dapat mendatangkan musibah (dora bancana) tetapi bila digunakan dengan benar dapat membawa kesejahteraan (dasa kereta). Dahulu para paraji (dukun bayi) selalu membisikan wejangan pada telinga kiri bayi sesudah dimandikan “Ulah sadengena mun lain dengekeunana” (janganlah mendengar apa apa yang tidak pantas di dengar)<br />
<b> 2. Dasa Prebakti</b><br />
Ajaran ini menuntut ketataan seseorang pada orang lain karena kedudukannya, seperti : anak taat pada orangtua, istri taat pada suami, murid taat pada guru. Ini dimaksudkan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berjalan dengan baik dan lancar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>3. Pancaaksara Guruning Janma</b><br />
Dalam Siksakandang dituturkan : “Pancaaksara ma byakta nu katongton kawreton, kacakeuh ku indriya” (Pancaaksara adalah kenyataan yang terlihat dan teralami, serta tertangkap oleh indera). Artinya : “Pengalaman harus dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia” dimana melalui pengalaman itu akan diperoleh hakikat dari diri manusia dan lingkungannya</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>4. Darma Mitutur</b><br />
Wejangan ini berkaitan dengan keharusan untuk seorang untuk belajar dari pengalaman dan dalam menuntut ilmu seseorang harus memiliki penyikapan untuk tidak memandang waktu, guru dan yang harus digurui dan harus bersikap teliti dan selektif. Darma Pitutur tersebut diuraikan melalui suatu siloka sunda kuno sebagai berikut:<br />
-Tadaga kang carita hangsa (Ingin tahu tentang telaga, tanyalah angsa<br />
-Gajendra carita banen (Ingin tahu tentang hutan, tanyalah gajah)<br />
-Matsyanem carita sagarem (Ingin tahu tentang laut, tanyalah ikan)<br />
-Puspanen carita bangbarem (Ingin tahu tentang bunga, tanyalah kumbang)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>5. Ngawakan Tapa di Nagara</b><br />
Setiap orang harus memiliki kemampuan dan keahlian, mulai dari seorang penggembala hingga pembesar kerajaan. Pada Naskah ini, disebutkan : “Sing sawatek guna, aya na satya diguna kahuluan; eta kehna turutaneun, kena eta ngawakan tapa di nagara” (Segala keahlian yang dengan setia dilakukan untuk negara, harus ditiru, karena itu berartu melakukan tapa di negara)<br />
Contoh dari pekerjaan dan keahlian yang bermanfaat bagi negara antara lain adalah mentri, bayangkhara, pengalasan, pelukis, pandai emas, pandai besi, penyadap, prajurit, pemanah, pemungut pajak, penangkap ikan, penyelam dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>6. Tritangtu Di Nu Reya</b><br />
Merupakan tiga sendi kemenangan dalam masyarakat yang meliputi sikap “teguh, pageuh, tuhu” dalam kebenaran, Sikap ini mutlak dilakukan demi tercapainya kesejahteraan hidup. Bila setiap orang jujur dan benar dalam menjalankan tugasnya maka sejahtera di utara-selatan-barat-timur dan dimanapun yang ada dibawah langit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>7. Hidup yang pantas dan bersahaja</b><br />
Setiap orang dianjurkan untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu : “ Pakeun nu tiwas kala manghurip, emat-imeut rajeun leukeun, peda predana” (agar tidak sengsara selama hidup, haruslah hemat dan rajin, cukup pakaian)<br />
Sikap hidup yang bersahaja dan tidak berlebihan ini diuraikan :<br />
“Jaga rang hees tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tampa ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteu” (Hendaknya kita tidur sekadar penghilang kantuk, minum tuak sekadar penghilang haus, makan sekadar penghilang lapar, jangan berlebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa apa).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>8. Jangan gila pujian</b><br />
Dinyatakan, “lamun aya nu muji urang, suita<br />
, maka geuning urang guminta pulangkeun ka nu muji, pakeun urang nu kapentingan ku pamuji sakalih. Lamun urang daek dipuji na kadyanggantang galah dawa minambungan tuna”<br />
(Jika ada orang yang memuji kita, lalu sadarlah, kembalikan kepada pemuji, janganlah sekali kali mengharapkan pujian orang lain. Bila kita senang dipuji, sama halnya dengan galah panjang diberi sambungan sampai tidak dapat digunakan karna terlalu panjang).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">9. Panca Parisuda </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Panca Parisuda memiliki arti Lima Obat Penawar. Ini kaitannya dengan sikap menerima kritik “Lamun aya nu meda urang, aku sapameda sakalih” (Bila ada yang mengkritik kita, terimalah kritik orang lain itu).<br />
Anggaplah ibarat kita sedang dekil menemukan air untuk mandi, ibarat sedang lapar ada yang memberi nasi, ibarat sedang dahaga ada yang memberikan minuman.<br />
Dengan sikap tersebut dikatakannya ,“Kadyangga ning galah cedek tunugalan teka” (Sama halnya dengan sodok dipapas menjadi runcing). Dengan kritik, akal budi kita akan makin kukuh dan tajam.<br />
<b> 10. Hidup yang penuh berkah</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pelengkap hidup agar selamat dalam kehidupan dan mendapat berkah dalam hidup harus :<br />
1.Cermat<br />
2.Teliti<br />
3.Rajin<br />
4.Tekun<br />
5.Cukup Sandang<br />
6.Bersemangat<br />
7.Berpribadi pahlawan<br />
8.Bijaksana<br />
9.Berani Berkorban<br />
10.Dermawan<br />
11.Gesit<br />
12.Cekatan<br />
11. Parigeuing dan Dasa pasanta<br />
Dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat tradisional ada 3 posisi yang menjadi tonggak kehidupan, yaitu Rama (Pendiri kampung dan Pemimpin masyarakat) Resi (Ulama atau Pendeta) Prabu (Raja yang memiliki kekuasaan) Dalam naskah, dianjuran agar orang berusaha memiliki wibawa seorang prabu, ucapan seorang rama dan tekad seorang resi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-55181999329292422672011-03-20T22:01:00.000-07:002011-03-20T22:01:33.348-07:00Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span><iframe align="right" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=huaw-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B003CIOQ3Y&fc1=F70230&IS2=1&lt1=_top&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=E2F706&bg1=E2F706&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe>Nuklir, sebuah kata yang menyirat kengerian dan kedahsyatan. Mungkin ini gara-gara peristiwa penghancuran dua kota Jepang, Nagasaki dan Hiroshima, yang mengakhiri perang dunia II. Kedua kota tersebut hancur oleh dua buah bom nuklir yang bernama “Little Boy”, aplikasi mutakhir fisika subatomik oleh para fisikawan di Amerika Serikat. Saking traumanya kita dengan kata “nuklir”, aplikasi mutakhir fisika subatomik lainnya yang bernama <i>Nuclear Magnetic Resonance</i> (NMR) diubah menjadi <i>Magnetic Resonance Imaging</i> (MRI).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Tidak hanya persoalan teknologi penghancur, nuklir juga telah membawa kenangan buruk bagi warga Eropa semenjak tragedi meledaknya pembangkit listrik di Chernobil (Ukraina) bertenaga nuklir pada 26 April 1986. Tujuh tahun sebelumnya, tepatnya pada 28 Maret 1979, pembangkit listrik tenaga nuklir di Three Mile Island (Pensylvania, Amerika Serikat) telah meledak dan memberikan kenangan buruk bagi warga Amerika Serikat khususnya dan dunia umumnya. Yang membuat ngeri bukan pada kehancuran akibat ledakan, tetapi apa yang terjadi setelah ledakan: makhluk hidup mengalami mutasi. Ada bayi yang bermata satu, berkaki tiga, berjari tidak normal, dan semua yang aneh-aneh lainnya. Wilayah tempat terjadi kecelakaan harus disterilkan (tidak boleh dimasukki) untuk waktu beratus-ratus tahun lamanya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Kenapa sebegitunya? Inilah yang dalam fisika disebut peristiwa “peluruhan” (<i>decay</i>). Ada sejumlah zat di alam ini yang tidak stabil, disebut zat radioaktif, dan untuk mencapai kestabilan dia berubah bentuk dengan cara memancarkan sejumlah massanya ke lingkungan (peristiwa ini disebut meluruh). Zat yang dipancarkan dikategorikan dalam tiga jenis sinar: sinar <i>alpha</i>, sinar <i>beta</i>, dan sinar <i>gamma</i>. Ketiga sinar ini dapat berinteraksi dengan materi lain dan dalam dosis tertentu dapat mengionkan materi lain tersebut. Misalnya selembar kertas yang awalnya tidak bermuatan dapat menjadi bermuatan setelah dikenai sinar radioaktif pada dosis tertentu. Hasil interaksi akan menjadi lebih mengerikan ketika sinar radioaktif ini berinteraksi dengan materi hidup seperti jaringan kulit dan DNA tubuh kita.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Kalau sebegitu mengerikannya, kenapa orang masih getol ingin memanfaatkan nuklir seperti dalam bidang medis dan pembangkit listrik? Jawabanya sederhana: karena tokoh-tokoh di dunia subatomik (seperti inti atom) mengandung energi yang dahsyat yang dibutuhkan manusiauntuk aktivitas sehari-harinya. Pertanyaannya: <i>how to get the energy safely and efficiently</i>?</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><b><span>Nuklir untuk pembangkit listrik</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/df/Susquehanna_steam_electric_station.jpg"><span style="color: blue; text-decoration: none;"><span></span></span></a><span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Susquehanna, Pensylvania, Amerika Serikat</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), misalnya, mengupayakan untuk mengambil energi yang dilepas ketika sebuah inti atom pecah menjadi inti atom yang lebih kecil (disebut reaksi fisi). Tempat terjadinya reaksi ini di dalam PLTN disebut reaktor. Reaksi tersebut harus dapat dikontrol oleh operator (manusia), jika tidak maka terjadi reaksi berantai yang tak-terkendali dan dapat berakibat fatal (seperti meledak).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Inti atom yang dipecah berasal dari atom yang tidak stabil (radioaktif) seperti Uranium-235 (U-235). U-235 adalah isotop Uranium yang sangat sensitif terhadap reaksi berantai. Dalam teknik nuklir, partikel yang mampu memberikan reaksi berantai ini disebut <i>fissile</i>. Angka 235 adalah nomor massa atom yang menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam intinya. Proton dan neutron adalah partikel penyusun inti atom, disebut nukelon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: blue; text-decoration: none;"><span><br />
</span></span><span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><b><span>Reaksi berantai dari U-235.</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Untuk menghasilkan reaksi berantai, inti atom U-235 ditembak oleh sebuah neutron yang bergerak lambat (disebut “<i>slow neutron</i>” atau juga “<i>thermal neutron</i>“). Kecepatan gerak neutron sesungguhnya dapat diatur, tapi telah dihitung sedemikian rupa sehingga reaksi berantai dari gerakan neutron yang lambat lebih mudah dikontrol. Ketika slow neutron mengenai targetnya, yaitu inti atom U-235, inti atom pecah menjadi dua buah inti atom yang lain dan sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti atom-inti atom U-235 lainnya dan begitu seterusnya. Inilah yang disebut “reaksi berantai” (<i>chain reaction</i>).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Saya ulangi lagi, reaksi berantai harus dapat dikendalikan oleh operator, dan oleh karena itulah kecepatan neutron pertama yang ditembakkan harus rendah supaya reaksi berantai yang dihasilkan dapat dikendalikan. Dalam bom nuklir, jutru dibutuhkan reaksi berantai yang tak-terkontrol sehingga energi yang dihasilkan sangat besar.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Mari kita sedikit berhitung. Energi kinetik slow neutron yang biasa ditembakkan adalah sekitar 7,5 MeV — MeV adalah Mega electronVolt, sebuah satuan energi dengan 1 eV = 1,6 x 10<sup>19</sup> joule, sangat kecil! Energi hasil reaksi fisi adalah 8,4 MeV. Perbedaan 0,9 MeV per nukleon berasal dari energi yang dilepas oleh reaksi fisi. Energi ini berasal dari energi ikat antarnukleon di dalam inti. Dengan demikian, total energi yang dilepas setiap reaksi fisi U-235 adalah jumlah nukleon dikali energi per nukleon, yaitu 235 x 0.9 MeV atau sekitar 200 MeV per satu inti atom.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Kecil? Ya, angka yang kecil. Tapi jangan lupa, perhitungan di atas adalah untuk satu inti atom U-235, yang mana massa satu inti atom U-235 sekitar (pembulatan) 3,9 x 10<sup>-22</sup> gram. Artinya, 1 gr U-235 mengandung sekitar 1/3,9×10<sup>-22</sup> =<br />
2,8 x 10<sup>21</sup> buah inti atom U-235. Jika semua bereaksi dalam reaktor, maka dihasilkan energi sejumlah 200 x 2,8 x 10<sup>21</sup> MeV = 5,6 x 10<sup>23</sup> MeV — atau sekitar 8,9 Megajoule. Energi sebanyak ini dapat dihasilkan oleh pembakaran batu bara sebanyak 2650 <span class="msoDel"><del>ton</del></span> kg batu bara!!! (Jangan lupa, selain energi batu bara juga menghasilkan polusi.)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><b><span>Prinsip dasar kerja PLTN</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Nah, berikut ini hal yang menarik: bagaimana mengubah energi sebanyak itu menjadi listrik dalam sebuah PLTN? Jawabannya cukup mencengangkan, atau mungkin mengecewakan bagi sebagian kita: energi sejumlah itu dipakai untuk mendidihkan segentong air sehingga menjadi uap. Uap itu kemudian dialirkan lewat pipa-pipa yang kemudian dapat menggerakkan turbin-turbin. Di belakang turbin ada generator yang bekerja seperti sebuah dinamo raksasa yang bertugas mengubah energi gerak mekanik menjadi energi listrik. (Berbeda dengan motor yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak mekanik, atau enjin yang mengubah energi hasil pembakaran menjadi energi gerak mekanik). Proses awal yang “<i>very high technology</i>” ternyata diakhiri oleh “<i>very old-style conventional technology</i>“, hehehe.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Secara sederhana, skematik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Reaksi fisi berantai terjadi di reaktor (C), dengan bahan bakar U-235 dalam bentuk batangan (kira-kira sepanjang 2,5 cm). Batangan U-235 dikontrol oleh batang pengontrol (B). Operator menaikturunkan batang pengontrol ini untuk mengontrol kecepatan reaksi berantai. Batang turun berarti semakin cepat reaksi terjadi, begitu juga sebaliknya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi dibawa dalam bentuk panas oleh fluida khusus ke tabung air (D). Panas ini mendidihkan air yang uapnya dibawa oleh pipa untuk menggerakkan turbin (H). Di belakang turbin ada generator (G) yang mengubah energi gerak mekanik menjadi listrik.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara air (J) disalurkan lewat pipa (I). Air yang telah dingin dipompa ke (D). Begitu seterusnya.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Mekanisme turbin dan generator yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik adalah pembahasan tersendiri.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Jadi sesungguhnya cuma ada tiga jenis pembangkit listrik: bertenaga air (turbin digerakkan oleh air), bertenaga uap (digerakkan oleh uap air), dan bertenaga angin (turbin digerakkan oleh air). Permasalahannya adalah: dari mana mendapatkan air, uap, dan angin tersebut.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><b><span>PLTN di mata dunia</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Kemudian, kenapa PLTN tetap menjadi idola? Pertimbangan utama adalah efisiensinya yang sangat tinggi. Satu gram U-235 setara dengan 2650 batu bara! Edan. Efisiensi selalu terkait dengan biaya produksi yang ujung-ujungnya pasti bicara soal keuntungan. Semakin efisiensi sebuah proses, semakin banyak keuntungan (baik finansial maupun teknologi) yang didapat. Selanjutnya adalah hukum ekonomi yang berbicara.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Alasan kedua adalah ramah lingkungan. Batu bara, minyak bumi, dan gas alam dapat berberan sebagai bahan bakar untuk mendidihkan air, tapi mereka semua penghasil polusi udara. Nuklir tidak memberikan polusi udara, kecuali limbah radioaktif yang dapat dikelola dengan teknik tersendiri. (Limbah radioaktif menjadi topik khusus untuk diperdebatkan.)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><span style="font-size: small;"><span>Alasan ketiga adalah keamanan. Lho, kok? Teknologi PLTN jauh lebih canggih daripada pembangkit listrik lainnya. Prinsip dalam teknik adalah: semakin canggih, semakin aman. Jadi, seharusnya PLTN jauh lebih aman daripada yang lain. Kecelakaan Chernobyl dan Three Miles Island murni kesalahan operator, bukan kegagalan reaktor.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span>dikutip dari : http://diary.febdian.net/2009/06/19/pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/</span><span></span></span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-23359921777623770002010-11-30T18:04:00.000-08:002010-11-30T18:04:47.352-08:00Candi penanda kejayaan Hindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpIPdawqMNGGgap2dowkMgH3T5CnttHnioYxOgJ_p2BD6wQTc-EwQEay1nHX3MvBOIAngDATMFOinnTF973HUIhjDtswtUoHK5xIkWpl0OFqpZUSCwomXsAnEdBvNOSyFClso2knYZzg44/s1600/inspirationsid-89065490-1290411340.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="118" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpIPdawqMNGGgap2dowkMgH3T5CnttHnioYxOgJ_p2BD6wQTc-EwQEay1nHX3MvBOIAngDATMFOinnTF973HUIhjDtswtUoHK5xIkWpl0OFqpZUSCwomXsAnEdBvNOSyFClso2knYZzg44/s200/inspirationsid-89065490-1290411340.jpg" width="200" /></a></div><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Oleh Amril Taufik Gobel <br />
<br />
Bila Anda ke Yogyakarta, sempatkanlah mengunjungi salah satu situs warisan dunia UNESCO dan candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, Prambanan. Candi Prambanan adalah bangunan yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada bagian tengah area candi ini dibangun taman. <br />
<br />
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi. Oleh banyak kalangan Candi Prambanan kerap disebut sebagai Candi Loro Jonggrang. </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Kemudian pada 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa waktu kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. <br />
<br />
Pada 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. <br />
<br />
Pada 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada 1930. Pada 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga 1993. <br />
<br />
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. <br />
<br />
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi. <br />
<br />
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, Anda akan menemui empat ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara tiga ruangan lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas. <br />
<br />
Di candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, Anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga candi Brahma yang terletak di sebelah selatan candi Siwa, Anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma. <br />
<br />
Candi pendamping yang cukup memikat adalah candi Garuda yang terletak di dekat candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. </span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa)</span><br />
<br />
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya. <br />
<br />
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Prambanan, khususnya candi Brahma. Hingga saat ini perbaikan masih terus dilakukan dan beberapa di antaranya sudah rampung. <br />
<br />
Untuk mencapai Prambanan, cukup mudah, dengan berbagai macam pilihan penerbangan Anda bisa sampai ke Yogyakarta dan dari pusat kota gudeg tersebut, Anda bisa menyewa mobil atau taksi menuju ke candi Prambanan dengan waktu tempuh sekitar setengah jam.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">(gambar </span><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Photo credits - Rini PWE/Tempo)</span></i></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sumber : okezone.com </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-68240760552220493902010-11-21T20:41:00.000-08:002010-11-21T20:41:03.540-08:00Inilah 10 Kejanggalan Kasus Gayus<div id="isiartikel"><div class="isi_berita pt_5"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigO5aR9Q5pjVgjBfgMTg4hSBT-5Q4fbwQAVQQ2ISTtVsC_c-ZM6SRHxKPoE_vDiog7kwM8S1e7J5LBVcmheB7uM34MZ5T16iOkY46orzacWEGEms9XPu_ggS52yXMDsTTTHca61LfzzWzI/s1600/Gayus.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="123" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigO5aR9Q5pjVgjBfgMTg4hSBT-5Q4fbwQAVQQ2ISTtVsC_c-ZM6SRHxKPoE_vDiog7kwM8S1e7J5LBVcmheB7uM34MZ5T16iOkY46orzacWEGEms9XPu_ggS52yXMDsTTTHca61LfzzWzI/s200/Gayus.jpg" width="200" /></a><strong>JAKARTA, TRIBUN </strong>- Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat setidaknya ada 10 fakta kejanggalan yang terjadi dalam pengungkapan skandal mafia pajak dengan tersangka pegawai pajak Gayus HP Tambunan. Kejanggalan ini baik dari segi kasus hingga para penegak hukum.<br />
Peneliti hukum ICW Donald Faris, Minggu (21/11/2010), di kantor ICW, Jakarta, mengungkapkan 10 kejanggalan tersebut. Inilah kejanggalan dan analisa versi ICW. <br />
<br />
<b>Pertama, </b>Gayus dijerat pada kasus PT SAT dengan kerugian negara Rp 570.952.000, dan bukan pada kasus utamanya, yaitu kepemilikan rekening Rp 28 miliar, sesuai dengan yang didakwakan pada Dakwaan Perkara Pidana Nomor 1195/Pid/B/2010/PN.JKT.Sel.<br />
"Pemilihan kasus PT SAT diduga merupakan skenario kepolisian dan kejaksaan untuk menghindar dari simpul besar kasus mafia pajak yang diduga menjerat para petinggi di kedua institusi tersebut. Kasus PT SAT sendiri amat jauh keterkaitannya dengan asal muasal kasus ini mencuat, yaitu kepemilikan rekening Rp 28 miliar milik Gayus," kata Donald.<br />
Dikatakan Donald, pernyataan ini sulit dibantah karena secara faktual beberapa petinggi kepolisian, seperti Edmon Ilyas, Pambudi Pamungkas, Eko Budi Sampurno, Raja Erizman, dan Kabareskrim dan Wakabareskrim, hingga kini tidak tersentuh sama sekali. Padahal, dalam kesaksiannya, Gayus pernah menyatakan pernah mengeluarkan uang sebesar 500.000 dollar AS untuk perwira tinggi kepolisian melalui Haposan. Tujuannya, agar blokir rekening uangnya dibuka.<br />
<b>Kedua, </b>Polisi menyita <em>save deposit</em> milik Gayus Tambunan sebesar Rp 75 miliar. Namun, perkembangannya tidak jelas hingga saat ini. "Hingga saat ini, keberlanjutan pemeriksaan atas rekening lain milik Gayus dengan nominal mencapai Rp 75 miliar menjadi tidak jelas. Polisi terkesan amat tertutup atas rekening yang secara nominal jauh lebih besar," kata Donald.<br />
<b>Ketiga, </b>kepolisian masih belum memproses secara hukum tiga perusahaan yang diduga menyuap Gayus, seperti KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Padahal, Gayus telah mengakui telah menerima uang 3.000.000 dollar AS dari perusahaan tersebut.<br />
"Kepolisian seolah tutup kuping dari kesaksian Gayus di persidangan terkait kepemilikan rekening Rp 28 miliar yang berasal dari KPC, Arutmin, dan Bumi Resource. Hingga saat ini kepolisian belum memproses ketiga perusahaan tersebut. Padahal, Gayus sudah menyatakan bahwa dia pernah membuat Surat Pemberitahuan Pajak Pembetulan tahun pajak 2005-2006 untuk KPC dan Arutmin. Alasan kepolisian belum memproses kasus ini adalah belum cukup alat bukti. Alasan ini dinilai ICW mengada-ada. Kesaksian Gayus di persidangan dinilai sudah cukup menjadi sebuah alat bukti yang sah di mata hukum," kata Donald.<br />
<b>Keempat</b>, Kompol Arafat dan AKP Sri Sumartini sudah divonis bersalah. Namun, petinggi kepolisian yang pernah disebut-sebut keterlibatannya oleh Gayus belum diproses sama sekali. "Pihak kepolisian melokalisir kasus ini hanya sampai perwira menengah. Baik Kompol Arafat maupun AKP Sumartini seolah dijadikan tumbal dalam kasus tersebut. Padahal, mereka hanyalah pemain kecil dan tidak berkedudukan sebagai pemegang keputusan. Polri terkesan melindungi keterlibatan para perwira tinggi," kata Donald.<br />
<b>Kelima, </b>Kepolisian menetapkan Gayus, Humala Napitupulu, dan Maruli Pandapotan Manulung sebagai tersangka kasus pajak PT SAT. Namun, penyidik tak menjerat atasan mereka yang sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. "Hal ini merupakan bagian dari konspirasi tebang pilih penegak hukum kepada pelaku kecil dan tidak memiliki posisi daya tawar yang kuat. Selain ketiga tersangka tersebut, berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pajak No: KEP-036/PJ.01/UP.53/2007, paling tidak ada dua nama yang seharusnya juga bertanggung jawab, yaitu Kepala Subdirektorat Pengurangan dan Keberatan Johny Marihot Tobing dan Direktur Keberatan dan Banding Bambang Heru Ismiarso," kata Donald.<br />
<b>Keenam,</b> pada 10 Juni 2010 Mabes Polri menetapkan Jaksa Cirus Sinaga dan Poltak Manulang sebagai tersangka kasus suap dalam kasus penggelapan pajak yang dilakukan Gayus. Namun, tiba-tiba, status Cirus berubah menjadi saksi. "Perubahan status ini dicurigai sebagai bentuk kompromi penegak hukum untuk menjerat pihak-pihak yang sebenarnya diduga terlibat. Hal ini amat mungkin terjadi karena dimensi kasus Gayus yang amat luas hingga pada petinggi kepolisian," kata Donald.<br />
<b>Ketujuh, </b>Kejagung melaporkan Cirus ke kepolisian terkait bocornya rencana penuntutan. Namun, hal ini bukan karena kasus dugaan suap Rp 5 miliar dan penghilangan pasal korupsi serta pencucian uang dalam dakwaan pada kasus sebelumnya. "Di satu sisi, langkah Kejagung ini menimbulkan pertanyaan, kenapa yang dilaporkan adalah kasus bocornya rentut, bukan kasus penghilangan pasal korupsi dan pencucian uang. Langkah ini diduga sebagai siasat untuk melokalisir permasalahan dan mengorbankan Cirus seorang diri," kata Donald.<br />
<b>Kedelapan, </b>Dirjen Pajak enggan memeriksa ulang pajak perusahaan yang diduga pernah menyuap Gatys karena menunggu <em>novum</em> baru. Padahal, menurut Donald, pernyataan Gayus perihal uang sebesar 3.000.000 dollar AS diperolehnya dari KPC, Arutmin, dan Bumi Resource, bisa dijadikan sebuah alat bukti karena disampaikan dalam persidangan.<br />
<b>Kesembilan</b>, Gayus keluar dari Mako Brimob ke Bali dengan menggunakan identitas palsu. Menurut Donald, hal ini menunjukkan dua kejanggalan. Pertama, kepolisian tidak serius mengungkap kasus Gayus hingga tuntas sampai ke dalang sesungguhnya. Kepolisian juga belum tuntas untuk mencari persembunyian harta Gayus sehingga konsekuensinya dia begitu mudah bisa menyogok aparat penegak hukum. Kedua, Gayus memiliki posisi daya tawar yang kuat kepada pihak-pihak yang pernah menerima suap selama dia menjadi pegawai pajak.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigO5aR9Q5pjVgjBfgMTg4hSBT-5Q4fbwQAVQQ2ISTtVsC_c-ZM6SRHxKPoE_vDiog7kwM8S1e7J5LBVcmheB7uM34MZ5T16iOkY46orzacWEGEms9XPu_ggS52yXMDsTTTHca61LfzzWzI/s1600/Gayus.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><b>Kesepuluh, </b>Polri menolak kasus Gayus diambil alih KPK. Padahal, kepolisian terlihat tak serius menanggani kasus tersebut. Penolakan ini telah terjadi sejak Maret 2010. Saat itu, Kadiv Humas Polri Brigjen Edward Aritonang mengatakan, Polri masih sanggup menangani kasus tersebut. "Nyatanya, Gayus malah berpelesir ke Bali," katanya.<a href="http://tribunjabar.co.id/read/artikel/34936/inilah-10-kejanggalan-kasus-gayus"><b>(kompas.com)</b></a><br />
</div></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-83786193255060606572010-11-18T17:27:00.000-08:002010-11-18T17:29:49.995-08:00TERNYATA POLIANDRI LEBIH MENGUNTUNGKAN<div style="color: black;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwQoumBNOvFYWBZsaxi4Py0H2In8iFRFpdHg4T4hf04jiG4TwcjnM2FkS6Y9IHm79wv9UaPpcsfhqq-hyyijdOFXkfq_IFlGomMxenLnlCSS3tH5mCmegIRbilkrAf6CkCAdqyZiBTRIf8/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwQoumBNOvFYWBZsaxi4Py0H2In8iFRFpdHg4T4hf04jiG4TwcjnM2FkS6Y9IHm79wv9UaPpcsfhqq-hyyijdOFXkfq_IFlGomMxenLnlCSS3tH5mCmegIRbilkrAf6CkCAdqyZiBTRIf8/s200/images.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12pt;">Sebenarnya saya termasuk orang yg ga suka n’ ga pernah tertarik sama ide ataupun alasan untuk ber-poligai maupun poliandri. <br />
Tapi kemarin saya sempet membaca artikel dari forum lain keluaran taon 2006, dan terus terang isi artikel itu membuat saya ngakak. <br />
Hehehe kemudian saya terpikir buat membadi info perbandingan ini kepada anggota viva yg laen.<br />
Apalagi untuk orang-orang yang tetap mempertahankan ide poligami (tapi menolak poliandri ) , bagaimana pendapat anda setelah membaca artikel ini: <br />
<br />
<b>Poliandri…</b></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12pt;"><b> </b><br />
Karena yang diperlukan oleh seorang anak bukanlah siapakah lelaki yang menyumbangkan seciprat sperma untuk membuat dirinya, tapi siapakah yang berperan sebagai sosok seorang ayah sesungguhnya dalam pertumbuhannya. </span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Justru dengan sistem 4 ayah 1 ibu, anak-anak diuntungkan karena lebih banyak yang melindungi mereka jika ada apa-apa.<br />
Bahkan mungkin ada baiknya jika ke-empat ayah tersebut mengatur shift kerja mereka sehingga setidaknya ada 1 ayah yang selalu berjaga di rumah setiap saat.<br />
Menjaga keluarga dari marabahaya, misal: kalau ada perampok yang masuk rumah, setidaknya ada 4orang lelaki dewasa yang akan melindungi ibu dan anak-anaknya. <br />
<br />
<b> Selain itu, 4 ayah berarti adanya 4 tulang punggung keluarga.</b><br />
EMPAT, lho teman-teman! !<br />
E-M-P-A-T!!<br />
Bukan 1 atau 2 atau 3, tapi EMPAT sumber pemasukan keluarga!!<br />
Jadi secara keseluruhan, kesejahteraan keluarga menjadi lebih baik. <br />
<br />
<b> Biaya perawatan anakpun lebih terjamin.</b><br />
Jika yang 1 terkena PHK, masih ada 3 lainnya yang bekerja. <br />
Tentunya yang terkena PHK itu juga akan merasa gengsi dan malu terhadap 3 suami lainnya, sehingga ia akan berusaha mendapatkan kerja secepatnya. <br />
<br />
<b> Poliandri juga baik untuk mengurangi jumlah penduduk. </b><br />
Sebab, walaupun ada 4 pejantan yang siap membuahi tapi <br />
pabrik anaknya cuma 1!!<br />
Jadinya ya dalam jangka panjang akan mengurangi jumlah penduduk dan anak-anak <br />
Yang dibuat pun diharapkan lebih "berkualitas" .<br />
Ya itulah, karena biaya perawatan anak datang dari 4 sumber pemasukan.<br />
Intinya: turunkan kuantitas, naikkan kualitas!! <br />
<br />
<b>Perbandingannya dengan poligami…</b><br />
Bisa mengakibatkan persaingan di antara para istri dan anak-anaknya, sedangkan poliandri mungkin bisa memberikan efek perdamaian.<br />
Sebab pada saat seorang anak tidak jelas siapa ayahnya (pokoknya di antara 4 itu! eh, diluar 4 itu juga bisa ding), maka para ayah akan tetap memberikan perhatian kepada si anak. <br />
Masing-masing ayah akan menganggap anak tersebut adalah anaknya (kalau di poligamikan, bisa ada resiko setiap anak membangga-banggakan ibunya saja dan menjelekkan ibu dari anak yang lain) <img alt="http://forum.vivanews.com/images/smilies/68.gif" height="18" src="file:///C:/Users/Compaq/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="22" /><br />
<br />
<b> Para ayah tersebut punya teman untuk ngobrol malam-malam, teman untuk main catur, main panco (kalau mau bisa dibuat turnamen kecil-kecilan) ataupun main kartu (pas 4 orang! cocok buat maen capsa, maen mahjong juga bisa) <img alt="http://forum.vivanews.com/images/smilies/biggrin.gif" height="16" src="file:///C:/Users/Compaq/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="16" /></b><br />
Nonton bola di rumah pun menjadi lebih semarak! <iframe align="right" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=huaw-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B0042XA37Q&fc1=F70230&IS2=1&lt1=_top&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=E2F706&bg1=E2F706&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe><br />
<br />
Dengan sistem 4 suami pula para pria bisa belajar menekan rasa egoisnya dengan saling berbagi, bertoleransi dan bersabar. Ingat, Tuhan suka orang sabar... (maap Tuhan, nama Anda terpaksa" saya bawa- bawa) <br />
<br />
<b> Rewelnya istri pun menjadi lebih berkurang.</b><br />
Bayangkan jika seorang suami punya 4 istri…<br />
Maka dalam 24 jam, akan ada 4 orang istri yang berpotensi untuk mengomel dan mengeluh di kuping suami <br />
Tapi jika 4 suami 1 istri, maka rata-rata kemungkinan masing-masing suami di-rese-in istri adalah maksimal 6 jam sehari. (dengan asumsi ngawur bahwa sang istri mengomel selama 24 jam non-stop) <br />
<br />
<b> Sudah menjadi pengetahuan umum pula jika umur harapan hidup pria lebih pendek.</b><br />
Jadi, setidaknya jika seorang suami mati, sang istri tidak akan langsung<br />
menjadi janda, masih ada 3 orang suami yang menemani. <br />
Sementara jika sang istri yang mati, maka para suami bisa memilih untuk segera kawin lagi atau menjomblo. <br />
Point bebek di sini: kalau seorang wanita menjadi janda, maka ia lebih sulit untuk mencari suami daripada seorang duda mencari istri. <br />
<br />
<b> Sekarang mari kita tinjau dari sudut seksualitas. </b><br />
Sudah menjadi keluhan umum di rubrik konsultasi kalau banyak wanita gagal mencapai orgasme karena suami cepat selesai atau tidur begitu saja setelah mencapai puncak. Padahal pada umumnya, wanita itu lebih lambat panas daripada pria. <br />
<br />
Nah... dengan adanya 4 suami, maka suami-suami tersebut bisa ber- estafet ria. Jika istri lambat panas dan blum panas-panas juga, maka jangan kuatir, masih ada rekan anda yang akan meneruskan perjuangan membawa istri menuju ke puncak kenikmatan (menuju puncak, gemilang cahaya, mengukir cinta, SEJUTA RASA.., hueeeeee jadi malu neh nulisnya apendapat ini hehehehe...!! ). <br />
<br />
Poliandri secara sekilas juga sesuai dengan kodrat seks manusia.<br />
Laki-laki pada umumnya hanya dapat orgasme 1 kali lalu keabisan tenaga, sementara wanita bisa orgasme berkali-kali, bahkan organ seksualnyapun tidak usah membutuhkan persiapan terlalu banyak seperti halnya laki-laki (hehehe kan harus nungguin Joy-sticknya berdiri dulu.. malu lagi deeeeh! hehehe ).<br />
<br />
Jika wanita berhalangan pun (entah apapun alasannya...), laki-laki bisa dengan mudah swalayan karena organ seksnya terbuka dan menggantung di luar tubuh (ga kaya perempuan yang organnya lebih tersembunyi, jadi lebih ribet kalau mau swalayan) <br />
Akhir kata, saya menyimpulkan (setelah saya baca artikel ini lho) bahwa poliandri "lebih baik" daripada poligami... <br />
Hehehe kira-kira banyak yg pro atau kontra sama pendapat saya ini ya???</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12pt;">Sumber :</span><br />
<span style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://vivanews.com/">Vivanews.com</a></span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-10324290922032923002010-11-17T19:57:00.000-08:002010-11-17T19:57:59.620-08:00Bung Karno dan Islam<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bung Karno lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga yang tak membaca Qur’an sebagai bagian kehidupan sehari-hari. Ayahnya seorang priyayi Jawa, pengikut theosofi, ibunya seorang perempuan Hindu Bali. <b>[1]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Seperti dikatakannya di tahun 1962, di hadapan Muktamar ke-32 Muhammadiyah di Jakarta: </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ibu adalah meskipun beragama Islam asal daripada agama lain, orang Bali. Bapak, meskipun beragama Islam, beliau adalah beragama, jikalau boleh dinamakan agama, theosofi. Jadi kedua kedua orangtua saya ini yang saya cintai dengan segenap jiwa saya, sebenarnya tidak dapat memberikan pengajaran kepada saya tentang agama Islam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Apa yang diajarkan orangtuanya? Ada sebuah detail dalam <i>Sukarno, an Autobiography as told to Cindy Adams</i>, yang sekilas menunjukkan dasar etis yang diajarkan sang ayah, seorang guru, kepadanya. <b>[2]</b> Pada suatu hari si kecil Karno memanjat pohon jambu di pekarangan rumah. Tak sengaja ia membuat sarang burung di dahan itu jatuh. Ayahnya memarahinya: anak itu harus menghargai hidup makhluk apapun. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Father was livid. “I taught you to love animals”, he thundered. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">I shook with fright. “Yes, Father, you did.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“You will please be as good as to explain the meaning of the phrase: ‘Tat Twam Asi, Tat Twam Asi.’”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">It means ‘He is I and I am he, you are I and I am you’”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“And were you not taught this has a special significance?”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Yes, Father. It means God is in all of us,” I said obediently. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tidak kita ketahui, tahukah si ayah bahwa ucapan itu, “Tat Twam Asi”, berasal dari Upanishad Chandogya. Sebagai seorang yang mempraktekkan ajaran theosofi, Raden Sukemi Sosrodiharjo tentu tak asing akan kitab-kitab suci Hindu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada masa itu, pengaruh theosofi cukup berarti di Jawa. Perhimpunan Theosofi, yang didirikan di New York di tahun 1875 oleh Helena Blavatsky, Henry Steel Olcott dan William Quan Judge, kemudian berpusat di Madras, India, dan kepemimpinannya diteruskan oleh Annie Besant. Perhimpunan ini mengajarkan semangat pluralis: ingin membentuk satu inti “persaudaraan universal” yang tak memandang ras, keyakinan dan gender. Telaah perbandingan agama digalakkan, juga mengenai daya dalam diri manusia yang selama ini, oleh ilmu modern, tak dapat dijelaskan. <b>[3]</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di Indonesia, di bawah kolonialisme yang dibangun atas pembedaan etnis, latarbelakang sosial dan asal-usul (sebuah rezim yang oleh Ann Laurie Stoller disebut “taxonomic state”) <b>[4]</b>, tampaknya theosofi menemukan tempat di mana banyak orang membutuhkannya. Waktu itu di Batavia, ada Taman Blavatsky, di Bandung Taman Olcott dan di Semarang Lapangan Annie Besant. Banyak kalangan priyayi seperti Raden Soekemi Sosrodihardjo yang jadi anggota Perhimpunan. Di antara anggota Volksraad, parlemen bikinan Hindia Belanda waktu itu, tercatat lima orang orang Theosofi, terutama warga yang berdarah Belanda. Di kalangan intelektuil, Moh. Yamin, Sanoesi Pane dan Dr. Amir termasuk pengikut Theosofi yang aktif. <b>[5]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam sajak-sajak Sanusi Pane, kita temukan kekaguman yang jelas kepada warisan India (Hindu dan Budha) dalam khasanah kebudayaan Indonesia; Sanusi sendiri pernah melawat ke India di tahun 1929-30.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada sesekali Bung Karno memakai acuan ajaran dari India dalam tulisannya, misalnya ketika ia menyebut “Bhagavad Ghita” dan “Cri Krishna” dalam memberi penghormatan kepada Tjipto Mangunkusumo ketika dibuang. <b>[6]</b> Tapi pandangan theosofi tak nampak jejaknya dalam pemikiran Bung Karno, setidaknya dalam pemikiran politiknya. Mungkin karena di Hindia Belanda, Perhimpunan Theosofi yang ingin meniadakan diskriminasi itu pada akhirnya menolak untuk mengambil posisi radikal. <b>[7]</b> Bahkan seorang pemimpinnya, D. Van Hinloopen Labberton, pada tanggal 6 September 1913 menulis dalam Theosofisch Maandblad voor Nederlandsch-Indië sepucuk surat terbuka yang mengritik Tjipto Mangunkoesoemo dan Soewardi Soerjoningrat ketika kedua orang itu, bersama pendiri Indische Partij yang satunya, Douwes Dekker, dibuang oleh pemerintah kolonial. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kedua orang itu pemberani, kata Hinloopen Labberton, tapi tak paham benar apa arti “kemerdekaan”. Kemerdekaan baginya harus tetap ada ikatan, dan “untuk negeri ini, hanya otoritas Pemerintah yang punya hak mengayunkan godam hukuman.” Dan dengan huruf kapital ia menegaskan: “JAWA DAN NEDERLAND HARUS SATU”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan pandangan politik seperti itu, para pendukung Theosofi – yang oleh kaum kiri pernah diejek dengan kata “tai sapi” <b>[8]</b> — tak mungkin menarik hati seorang anak muda yang sejak remaja terpikat pemikiran Karl Marx. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">II</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada umur 15, Sukarno meninggalkan Blitar dan bersekolah di sekolah menengah HBS di Surabaya. Di situlah gurunya, C. Hartogh, seorang sosial-demokrat, menjelaskan kepadanya teori-teori Marxisme, dan ia terpesona. Tapi tak hanya itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kita tahu ia indekos di rumah Oemar Said Tjokroaminoto, tokoh besar pergerakan nasional yang kemudian jadi mertuanya itu. Pada masa itu, Tjokroaminoto sudah tiga tahun lamanya memimpin Sarekat Islam (SI). Organisasi ini berubah dari sebuah organisasi dengan tujuan terbatas – perbaikan kaum pedagang yang beragama Islam – menjadi sebuah organisasi yang kian lama kian bersifat politik dan akhirnya menjadi partai, yang jadi tempat bertemu bermacam ragam orang. <b>[9]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam Sarekat Islam terdapat misalnya Semaoen, yang setahun setelah jadi anggota SI, juga jadi anggota Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), organisasi sosial demokrat Hindia Belanda yang jadi cikal bakal Partai Komunis. Semaoen, seperti halnya Alimin, adalah orang-orang kiri yang lebih tua dan sering Bung Karno temui. Alimin, kata Bung Karno, “adalah orang yang mengajarinya Marxisme”. <b>[10]</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dari yang dikenang kembali oleh Bung Karno dari masa hidupnya bersama Tjokroaminoto dan keluarganya, saya tak mendapatkan kesan di sana ia telah mendalami ajaran Islam. Tjokroaminoto sendiri, keturunan priyayi dari Madiun dan lulusan OSVIA (sekolah untuk para calon pamong praja) ini tampaknya tak bertolak dari pendalaman ilmu agama. Sebagaimana ketika ia dilahirkan, SI, dalam hal ini Tjokroamnioto, lebih “menggunakan simbol Islam, sebagai gerakan kebangsaan”, dan baru kemudian timbul gagasan pada Tjokro untuk mempelajari Islam lebih lanjut. <b>[11]</b> Selain kursus tentang teori politik dan sosiologi, di dalam SI diadakan juga kursus tentang agama, misalnya oleh K.H. Ahmad Dahlan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi yang diteruskan Bung Karno dari Tjokro (di samping kemampuan berpidato) adalah sikap eklektiknya. Bagi Tjokroaminto, persatuan antara kalangan yang berbeda adalah jalan dan sekaligus tujuan. Dalam Kongres Ketiga SI di Bandung di tahun 1916, Tjokroaminoto menegaskan: “Kita bermaksud bahwa SI menuju arah persatuan yang utuh dari semua golongan bangsa Indonesia yang harus dibawa setinggi-tingginya ke tingkat natie.” <b>[12]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan sikap seperti itu, seperti disebut di atas, Tjokro bersedia menerima unsur-unsur komunis dalam partainya. Bahkan baginya, Marx dan Engels tak membawa paham yang tercela. Ia sendiri memberikan kursus tentang sosialisme, dan seperti dikenang oleh Hamka, Tjokro “tidak mencela Marx dan Engels, bahkan berterima kasih kepada keduanya”. Teori Historis Materialisme, kata Tjokro menurut Hamka, “telah menambah jelasnya bagaimana kesatuan sosialisme yang dibawa Nabi Muhammad.” <b>[13]</b> Di tahun 1924, Tjokroaminoto menerbitkan bukunya, <i>Islam dan Sosialisme</i>. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dua tahun setelah Islam dan Sosialisme terbit, Bung Karno menulis risalahnya yang terkenal, “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” – yang kelak jadi dasar gagasan NASAKOM yang dipegangnya sampai ia wafat. Motif eklektikisme yang sama seperti Tjokro kelihatan di sini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada yang menganggap bahwa dorongan dalam diri Bung Karno untuk persatuan seperti yang tampak dalam risalah itu bermula dari “sinkretisme Jawa tradisional” yang ada dalam dirinya, seperti dikatakan Bernard Dahm dalam <i>Sukarno and struggle for Indonesian Independence</i>. <b>[14]</b> Kesimpulan “orientalistis” seperti ini tak melihat sejarah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam masyarakat kolonial, ketidak-puasan meliputi hampir semua lapisan sosial. Kelompok dengan aliran yang berbeda-beda, atau bertentangan, mengacu ke sesuatu yang secara universal dirasakan tak adil. Masing-masing kelompok dengan demikian tak membentuk perbedaan yang murni. Identitas masing-masing (komunis, Islam, Jawa, nasionalis, Sumatra) tak ditentukan oleh adanya sifat-sifat dasar dalam diri masing-masing, dan tak didukung dan dikukuhkan oleh perbenturan kepentingan sosial-ekonomi yang bertahan. Perpaduan pelbagai aliran pikiran yang dikemukakan Bung Karno terjadi karena masih cairnya hubungan antara “isme-isme” itu dengan kondisi sosial para penganutnya – hingga misalnya tokoh seperti Haji Misbach menjadi seorang Marxis-Leninis yang aktif. Antikolonialisme atau cita-cita kemerdekaan mengatasi semua aliran, dan masing-masing aliran, dalam satu untaian <i>chain of equivalence</i> (dalam pengertian Laclau), mencoba merebut dukungan seluas-luasnya bagi dirinya; sebab itu, mereka membuka diri ke pihak yang berbeda-beda. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Itulah yang agaknya tercermin dalam eklektisisme Bung Karno.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dahm tak melihat hal itu. Kesimpulannya bahwa Sukarno “manusia Jawa” bertolak dari salah paham: seakan-akan pengertian “Jawa” dapat meniadakan perbedaan antara seorang yang dibesarkan di Jawa Timur dengan pendidikan Belanda (dan terlibat dalam pergerakan nasionalis) dan seorang Mangkunegara IV dari sebuah kraton di Surakarta. Bung Karno memang menyukai wayang kulit, dan tak jarang menggunakan ekspresi dari ungkapan Dalang (“cakrawati”, “rawe-rawe rantas, malang-malang putung”). Tapi ia menampik kontinuitas tradisi, bahkan dengan yang sering disebut “Jawa”. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam teks bertuliskan tangan dalam <i>Di Bawah Bendera Revolusi</i>, ia menganjurkan orang semasanya untuk meninggalkan apa yang disebutnya “oude-cultuur-maniak” yang “pikiran dan angan-angannya hanya merindui candi-candi, negarakertagama, empu Tantular dan Panuluh, dan lain-lain barang kuno”. Zaman dulu zaman indah, kata Bung Karno, “tetapi ia sudah mati!” <b>[15]</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan kata lain, Bung Karno memang bukan pemikir Islam dalam arti seperti Moh. Natsir, bukan pula pemikir “Jawa”, melainkan lebih dari semuanya, ia seorang penerus semangat modernitas – yang dalam hal ini dibentuk oleh Marxisme. “Saya adalah murid dari Historische School van Marx,” kata Bung Karno dalam wawancara dengan koresponden “Antara” yang kemudian dimuat dalam Pandji Islam di tahun 1939.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wawancara itu dilakukan setelah diberitakan, Bung Karno meninggalkan sebuah rapat umum Muhammadiyah sebagai protes. Dalam rapat umum ini ada tabir yang memisahkan pengunjung perempuan dari lelaki. Bagi Bung Karno, “tabir adalah simbol dari perbudakan perempuan”. Tetapi ia melihat penggunaan tabir itu secara “historisch” – dan di situlah Bung Karno menunjukkan pandangan dasarnya tentang Islam. Ia, sebagaimana galibnya seorang Marxis, memandang tafsir agama sebagai sesuatu yang <i>contingent</i> terhadap sejarah sosial di mana tafsir itu dikemukakan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pertautan tafsir dengan sejarah itu berarti juga pertautan tafsir dengan perubahan. Sebab dalam sejarah, seperti kata Bung Karno, ada “garis dinamis” yang makin lama makin meningkat ke arah terang. <b>[16]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sejarah bergerak. Zaman bergerak. Tak pernah akan berhenti. <b>[17]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">III</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pandangan tentang sejarah itu mencerminkan hasrat yang dominan di antara inteligensia Indonesia di tahun 1930-an. Di dalam pemikiran mereka berkait tiga hal: (1) antikolonial, (2), keyakinan akan modernitas, (3) dinamis atau optimistis. Marxisme sangat cocok untuk memenuhi hasrat itu, seperti tercermin dalam pemikiran Tan Malaka, Bung Karno, Sjahrir, bahkan dalam derajat tertentu, Hatta. Tapi Marxisme bukan satu-satunya. Ada pemikiran S. Takdir Alisjahbana, misalnya, yang dengan jelas bisa diikuti dalam polemik di majalah Poedjangga Baroe yang kemudian dikenal sebagai “Polemik Kebudayaan.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kalangan inteligensia Islam mau tak mau harus merespons apa yang agaknya bisa disebut sebagai “imperatif modernitas” itu. Dengan cara mereka sendiri, mereka melakukannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tjokroaminoto dan H. Agus Salim sudah tentu merupakan pelopornya, terutama melalui SI. Kemudian lahir Muhammadiyah di tahun 1912, di Yogya, dipimpin K.H. Ahmad Dahlan. Seperti umum diketahui, organisasi ini membawa pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di Mesir dan menyebut diri sebagai “gerakan tadjid” yang hendak menghalau “takhayul, bid’ah dan khurafat”. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tak hanya Muhammadiyah. Dalam pelbagai variasinya, munculnya pelbagai organisasi Islam langsung atau tak langsung bersentuhan dengan “zaman bergerak” itu. Di tahun 1913 lahir Al-Irsyad, kemudian di tahun 1923 di Bandung Pesatuan Islam (Persis) didirikan oleh H. Zamzam, dengan tokoh yang lebih terkenal, A. Hassan, dengan siapa Bung Karno berkorespondensi selama ia dibuang di Ende, Flores. Muncul juga Ahmadiyah, sejak 1925, yang buku-bukunya dikagumi Bung Karno. Di tahun 1926, Nahdhatul Ulama didirikan K.H. Hasjim Asj’ari. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan keyakinan yang besar akan modernitas, tak mengherankan bila Bung Karno lebih merasa dekat dengan gerakan reformis Islam di masa itu. Mula-mula dengan SI, tapi kemudian dengan Muhammadiyah. Ia mengenal K.H. Ahmad Dahlan sejak umur 15 tahun, ketika pendiri Muhammadiyah itu berceremah di kalangan SI. ”Sejak umur 15 tahun, saat saya berdiam di rumah Tjokroaminoto,” cerita Bung Karno, “saya telah terpukau dengan K.H. Ahmad Dahlan…. Saya sudah menjadi anggota resmi Muhammadiyah dalam tahun 1938”. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bahkan dalam uraiannya di depan Muktamar Muhammadiyah di tahun 1962, ia berdoa, agar bisa “dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan”-nya. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan hasrat ke modernitas pula Bung Karno menghargai gerakan Ahmadiyah. Bung Karno, yang selama ia dibuang di Ende pernah didesas-desuskan mendirikan cabang Ahmadiyah, membantah. “Saya tidak percaya bahwa Mirza Gulam Ahmad seorang nabi”, tulisnya dalam sepucuk surat di tahun 1936, “dan belum percaya pula bahwa ia seorang mujaddid”. Tapi ia menyatakan mendapatkan “banyak faedah” dari buku-buku yang dikeluarkan Ahmadiyah, misalnya <i>Mohammad the Prophet</i> karya Mohammad Ali dan <i>Het Evangelie van den daad</i> karya Chawadja Kamaloedin. Majalah Ahmadiyah, Islamic Review, kata Bung Karno, “banyak memuat artikel yang bagus.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">…mengenai Ahmadiyah, walaupun beberapa fatsal di dalam mereka punya visi saya yolak dengan yakin, toch pada umumnya ada mereka punya ‘features’ yang saya setujui: mereka punya rationalisme, mereka punya kelebaran penglihatan (broadmindedness), mereka punya modernisme, mereka punya hati-hati kepada hadits, mereka punya striven Qur’an sahaja dulu, mereka punya systematise, aannemelijk, making van den Islam. <b>[18]</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada waktu itu Bung Karno tentu sadar akan sikap negatif kalangan Islam, terutama Muhammadiyah, terhadap Ahmadiyah, yang terungkap sejak tahun 1929. Tapi ia tak menutup pintu bagi ide-ide yang ia anggap baik dari kalangan ini – “baik” dalam perspektif seorang penganjur modernitas. “Ahmadiyah adalah salah satu faktor penting di dalam pembaharuan pengertian Islam di India”, kata Bung Karno dalam tulisannya, “Me-‘Muda’-kan Pengertian Islam”. <b>[19]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam hal ini Bung Karno tidak sendirian. Seperti dia, sebelumnya, Tjokroaminoto, juga mendapatkan Qur’an dari terjemahan dan tafsir oleh seorang ulama Ahmadiyah, Muhammad ‘Ali, <i>The Holy Qur’an</i>. Organisasi pemuda Islam yang berpengaruh, Jong Islamiten Bond, yang didirikan oleh para pemuda terpelajar di tahun 1924, juga pernah mengundang seorang mubaligh Ahmadiyah Lahore, Wali Ahmad Baig, sebagai salah seorang pengajar di organisasi itu – sebagaimana halnya tokoh Islam “reformis” lain, misalnya A. Fachruddin dari Muhammadiyah. <b>[20]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Meskipun demikian, ada hal yang tak akan mendekatkan Bung Karno ke kalangan Ahmadiyah: selain kultus mereka terhadap Mirza Gulam Ahmad, adalah apa yang dikatakan Bung Karno sebagai “kecintaan” para pelopor Ahmadiyah “kepada imperialisme Inggris”. Sebab semangat antikolonial, bertaut dengan keyakinan akan modernitas dan pandangan sejarah yang Marxistis – itulah yang mewarnai cara Bung Karno memandang Islam. <b>[21]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">IV</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Apakah “Islam” bagi Bung Karno? Jawab yang mendekati tepat agaknya: pada awalnya, Islam adalah sebuah enersi politik pembebasan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di tahun 1917, ketika Bung Karno berusia 16, Sarekat Islam yang dipimpin Tjokroamnioto berkembang jadi sebuah partai dengan anggota mencapai 800.000 dan tersebar lebih dari 80 cabang – dan dengan sikap yang lebih keras terhadap pemerintahan kolonial ketimbang ketika didirikan. Memang kemudian terjadi perpecahan dalam organisasi yang telah berkembang jadi partai politik itu, namun sisa-sisa pertautan pendapat tentang kolonialisme masih tampak jelas di antara faksi-faksi yang memisahkan diri. Tak mengherankan bila Bung Karno, meskipun melihat perpecahan itu sebagai hal yang menyedihkan, tetap memandang “Islam” lebih sebagai satu elemen dalam perjuangan antikolonial. Tapi tidak sebagai sumber gagasan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketika ia berbicara tentang “Islamisme” dalam risalahnya “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”, yang diuraikannya terutama bukan pandangan yang ditakik dari Qur’an dan Hadith. Ia lebih banyak menunjukkan semangat dan pemikiran Jamaluddin al-Afghani, yang, menurut dia, “pertama-tama membangunkan rasa-perlawanan di hati sanubari rakyat-rakyat Muslim terhadap bahaya imperialisme Barat”. <b>[22]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yang menarik, karena agak kontradiktif, Bung Karno melihat dalam pandangan Jamaluddin al-Afghani — yang ia gambarkan sebagai “harimau Pan-Islamisme yang gagah berani” — bersumber “benih nasionalisme”. Al-Afghani, kata Bung Karno, “di mana-mana telah mengkhotbahkan nasionalisme dan patriotisme”. <b>[23]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di sini tampak bahwa Bung Karno tak hendak menunjukkan adanya ketegangan antara “Pan-Islamisme” sebagai cita-cita yang menafikan pentingnya nation-state dengan “nasionalisme”. Dalam hal ini ia punya pandangan yang sama dengan Tan Malaka, yang empat tahun sebelumnya, dalam Kongres ke-IV Komunisme Internasional (Komintern) di Kremlin, mengemukakan hal ini. Bagi Tan Malaka, “Pan-Islamisme” bukan lagi sebagaimana makna asalnya. Kata itu menandai “perjuangan pembebasan nasional” dan sekaligus solidaritas rakyat yang terjajah imperialii mana-mana. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tak kurang penting, dalam pandangan Al-Afghani Bung Karno menemukan anjuran modernisasi yang berani. Pendekar Pan-Islamisme itu, kata Bung Karno, menanamkan keyakinan bahwa untuk melawan imperialisme Barat, “kaum Islam ‘harus mengambil tekniknya kemajuan Barat, dan mempelajari rahasia-rahasianya kekuasaan Barat’.” <b>[24]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan demikian Islam, sebagai energi pembebasan, harus menengok ke Barat. Jika dilihat bahwa dalam percakapan ide-ide di Indonesia, setiap kata “Barat” ditanggapi dengan waspada (juga kemudian oleh Bung Karno sendiri, terutama di masa “Demokrasi Terpimpin”, 1959-1966), anjuran demikian cukup kontroversial. Tapi dalam sebuah artikel panjang untuk Pandji Islam di tahun 1940, Bung Karno memajang kutipan dari kata-kata Zia Keuk Alp, seorang penulis Turki (1976-1924): “Kita datang dari Timur. Kita berjalan menuju ke Barat.” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam tulisan itu, sebuah pembelaan yang berapi-api terhadap Revolusi Kemal di Turki yang memisahkan agama dari Negara, tampaknya Bung Karno secara implisit memujikan “Barat” sebagai daya dinamis yang merupakan antitesis dari kemandegan yang merundung dunia Islam, sebagaimana tampak di Turki di bawah Sultan-Sultan Usmani terakhir. Dengan kata lain, “Barat” itu adalah sebuah peradaban yang rasional, ke mana bangsa Indonesia mesti datang, bukan “Barat” sebagai kekuatan yang kapitalistis dan imperialistis yang harus ditentang. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di sini Bung Karno, meskipun kadang-kadang menunjukkan pandangan yang paralel dengan anjuran “kembali ke Qur’an dan Hadith”, dan dengan kedekatan hati kepada Muhammadiyah, lebih menekankan perlunya “rasionalisme” ketimbang “pemurnian”. Uraiannya tentang gerakan Wahabi di Arab Saudi — diwarnai dengan gaya bahasa yang memikat – mengandung pujian dan sekaligus kritik, tetapi dengan sikap sebagai seorang pengamat sejarah yang berjarak. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jasa Wahabisme yang terbesar, menurut Bung Karno, adalah “kemurnian”-nya, “keaslian”-nya. Artinya Wahabisme menggerakkan umat untuk “kembali ke asal, kembali kepada Allah dan Nabi, kembali kepada Islam sebagai di zamannya Muhammad!” </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kembali kepada kemurnian, tatkala Islam belum dihinggapi kekotorannya seribu-satu takhayul dan seribu-satu bid’ah. Lemparkanlah jauh-jauh takhayul dan bid’ah itu, nyahkanlah segala barang sesuatu yang membawa kepada kemusyrikan! Murni dan asli sebagai hawa padang-pasir, begitulah Islam musti menjadi. Dan bukan murni dan asli sahaja! </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Udara padang-pasir juga angker, juga kering, juga tak kenal ampun, juga membakar, juga tak kenal puisi. Tidakkah Wahabisme begitu juga. Ia pun angker, tak mau mengetahui kompromi dan rekonsiliasi. Ia pun tak kenal ampun – leher manusia ia tebang kalau leher itu memikul kepala yang otaknya penuh dengan fikiran bid’ah dan kemusyrikan dan kemaksiatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Allah berdiam di dalam pedang…”, begitulah Ibnu Saud berkata…</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Allah di dalam pedang! Keangkeran dan kekerasan bukit-bukit-batu padang-pasirlah yang terbayang-bayang, kalau orang mendengar perkataan Wahabisme. Padang-pasir yang juga kering…tak kenal tiupannya hawa-hawa-sejuk yang datang dari lapisan-lapisan udara negeri lain: tiap-tiap kemodernan, Wahabi curigai, tiap-tiap ajakan zaman kepada kemajuan ia terima dengan keangkuhan… <b>[25]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada akhirnya, Ibnu Saud sendiri yang harus berhadapan dengan ulama-ulamanya. Tiang antene dan lampu listrik dilarang masuk ke Mekkah dan Madinah, karena hal-hal itu tak ada di zaman Nabi. Tapi zaman terus mendesakkan perubahan. Akhirnya benda-benda modern itu dihalalkan juga. “Wahabisme tahun 1940 bukanlah lagi Wahabisme tahun 1920”, tulis Bung Karno. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dari uraian Bung Karno itu kita menemukan pandangannya: meskipun pemurnian bermula sebagai sebuah kekuatan progresif – menghalau takhayul dan bid’ah – pada perkembangannya kemudian jadi sebuah kekuatan konservatif, bahkan reaksioner. Kembali kepada “Allah dan Nabi” dapat juga berarti mengingkari “garis dinamis” sejarah. Walhasil, pemurnian bukan sebuah pilihan untuk membebaskan umat Islam dari keadaan “sebagai badan yang pingsan, mati tidak mati, hidup tidak hidup”. <b>[26]</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">V</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebab itu pilihan yang dianjurkan Bung Karno adalah “rasionalisme”. “Rasionalisme”, tulis Bung Karno, “kini diminta kembali lagi duduk di atas singgasana Islam”. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kata “kembali lagi” di dalam kalimat itu tidak mengacu ke Qur’an dan Hadith, melainkan ke sebuah zaman ketika “pahlawan-pahlawan akal” hidup bebas. Itulah “zamannya kaum mu’tazillah”, zaman al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Baja, Ibnu Tufail, Ibnu Rushd atau zaman kekhalifatan di Baghdad abad ke-9 sampai dengan di Spanyol abad ke-12. Bung Karno tentunya tahu, di masa itulah orang-orang Islam membuka diri kepada filsafat Yunani, matematika Hindi, dan sumber-sumber keilmuan lain – dan pada gilirannya melahirkan filsafat, teori aljabar, logaritma, ilmu-ilmu kimia dan kedokteran, ilmu bumi dan tentu saja astronomi, yang kemudian dipungut dan berkembang di Eropa. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi, kata Bung Karno, arus pasang pemikiran dan keilmuan itu habis. Dari bacaan yang didapat Bung Karno, penyebabnya adalah menguatnya “haluan sifatiyah” yang dipelopori Abu’l Hasan al-Ash’ari. Sejak berkembangnya Ash’arisme, dan itu berarti di abad ke-9, “akal menjadi terkutuklah di ingatan umat”. Paham inilah “pokok-pangkalnya taqlidisme di dalam Islam” dan “kependetaan” di dalam Islam. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sejak itu, “Islam bukan lagi satu agama yang boleh difikirkan secara merdeka, tetapi menjadi monopolinya kaum faqih dan tarikat”. <b>[27]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kita dapat mempersoalkan konklusi Bung Karno di sini: ia tak menyertainya dengan penjelasan bagaimana sebuah “haluan” pemikiran dapat demikian berkuasa, hingga “akal, fikiran, rede, reason, dienyahkan”. Bung Karno – seorang Marxis yang menafsirkan sejarah — seharusnya tak percaya bahwa Ash’arisme dengan begitu saja telah menghentikan “rasionalisme” berkembang di dunia Islam, hingga akal “hampir seribu tahun dikungkung.” Seorang Marxis tak seharusnya percaya, satu paham, satu “haluan”, dapat menciptakan sebuah kondisi yang bertahan lama. Apalagi dalam catatan sejarah, keadaan “terkungkung” itu tak benar berlangsung “hampir seribu tahun”, dan juga tak pernah secara mutlak. Dunia Islam terus melanjutkan vitalitasnya di abad ke-12 di Spanyol, di abad ke-15 Turki Usmani meluaskan kekuasannya ke Balkan dan merebut Konstantinopel. Bahkan mengepung Wina untuk kedua kalinya di abad ke-17. Di India, raja-raja Moghul menghasilkan sastra, teater dan arsitektur yang dikagumi sampai sekarang, misalnya Tadj Mahal. Di Iran, filosof Mulla Sadra membangun Mazhab Ishfahan. Baru setelah Negara-negara Eropa menguasai samudra – termasuk menemukan Amerika — dan perdagangan antar benua mereka kuasai, bagian dunia di luar mereka, tak hanya Dunia Islam, mundur dan terpuruk. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi agaknya kita harus memaklumi satu hal yang pokok: tulisan-tulisan Bung Karno tentang Islam lebih merupakan suara advokasi seorang jurubicara modernisasi ketimbang hasil sebuah telaah. Bung Karno sepenuhnya terkait dengan sebuah agenda: menumbangkan kolonialisme bersama kaum Muslimin. Tapi untuk itu kaum ini harus merupakan energi yang sesuai dengan tantangan zaman. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">VI</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Islam is progress. Islam itu kemajuan”, tulis Bung Karno dalam salah satu “Surat-Surat Islam dari Endeh”, korespondensinya dengan T.A. Hasan, tokoh “Persatuan Islam” di Bandung. <b>[28]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan itu, kita tahu, Bung Karno lebih berbicara preskriptif, berbicara tentang Islam-yang-seharusnya. Pada saat yang sama, dengan semangat yang bergelora, ia cenderung untuk mengemukakan bahwa “Islam-yang-seharusnya” itu adalah hakikat Islam itu sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam rumusannya tentang hakikat Islam itu Bung Karno dengan demikian menyisihkan apa yang berulang kali disebutnya sendiri tentang keadaan Islam selama berabad-abad, Islam yang hanya “abu”, berupa “Islam-mulut dan Islam-ibadat”, <b>[29]</b> yang tak hidup tak juga mati, Islam yang dirundung takhayul dan “taqlidisme”, <b>[30]</b> dihambat “hadramautisme yang jumud-maha-jumud.” <b>[31]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ia tak melihat Islam-sebagaimana-adanya-sekarang itu sebagai “Islam”. Bung Karno dengan segenap daya verbalnya meyakinkan adanya “Roh Islam yang sejati”, atau “api Islam”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tampaklah di sini ia, seorang Marxis, mengabaikan historisitas dari “Roh” dan “api” itu: Bung Karno tak pernah menjelaskan dari mana kedua hal itu terjadi, dan tidakkah keduanya hanya tafsir tentang “esensi” Islam – sebuah tafsir yang tergantung pada suatu masa, suatu tempat. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mungkin karena Bung Karno sendiri tak pernah jelas, apa sebenarnya yang dimaksudkannya dengan “Roh” dan “api” Islam itu. Sering yang mengemuka ketika ia menyebut “Roh” itu adalah semacam tenaga yang dimatikan dari diri manusia oleh hukum yang sudah usang; dalam hal umat Islam, oleh fiqh: </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Ya, kalau dipikirkan dalam-dalam, maka kitab fiqh itulah yang seakan-akan ikut menjadi algojo ‘Roh’ dan “Semangat’ Islam. ..dunia Islam sekarang ini setengah mati, tiada Roh, tiada nyawa, tiada Api, karena umat Islam sama sekali tenggelam di dalam ‘kitab fiqh’ itu, tidak terbang seperti burung garuda di atas udara-udaranya Agama yang Hidup.” <b>[32]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi apa gerangan tenaga pembebasan itu? Tak jarang ada kesan, “Roh” atau “api” itu identik, atau terpaut dengan, “rasio”, atau “rasionalisme”. Agar tak “mendurhakai Zaman”, kata Bung Karno, “marilah kita mengangkat Rasionalisme itu menjadi kita punya bintang-petunjuk dalam mengartikan Islam”. <b>[33]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tiap-tiap kalimat di dalam Qur’an, tiap-tiap ucapan di dalam Hadith… haruslah kita interpretasikan (di dalam) cahayanya ruh Islam sejati ini. <b>[34]</b></span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Namun juga berkali-kali gambarannya tentang “Roh”, “api”, atau “cahayanya ruh Islam yang sejati” itu lebih mirip sebuah elan kreatif yang merdeka á la Bergson, atau dorongan hidup untuk memperbaharui atau “me-muda-kan” diri. Bung Karno sering mengutip kata-kata Herclaitus, <i>panta rei</i> – semua mengalir terus menerus, arus tak pernah mengulang dirinya dua kali di titik yang sama. Dari kutipan seperti ini kita akan menduga, bahwa bagi Bung Karno, dengan elan kreatif itu, Islam menjadi sama dengan kemajuan, Islam is progress. Dan “Progress berarti pembikinan baru, creation baru – bukan mengurangi barang yang dulu, bukan mengcopy barang lama.” <b>[35]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi daya kreatif yang menghasilkan “pembikinan baru” itu bukanlah lahir dari subyektifitas manusia. Manusia hanya terbawa oleh apa yang disebutnya sebagai, dalam bahasa Inggris, “dynamical laws of progress”. <b>[36]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bung Karno, sebagaimana umumnya para penganjur modernisasi awal abad ke-20, berada dalam semangat yang datang dari tiga “ledakan” pemikiran Eropa abad ke-19: visi Hegel tentang progresi dari roh (Geist), desain besar Marx tentang progresi material, dan teori Darwin tentang progresi yang tersirat dalam evolusi biologis — terutama dua yang disebut pertama. Maka sebenarnya ada inkonsistensi yang patut ditelaah ketika Bung Karno jadi penganjur “rasionalisme”. Tampaknya ia melihat “rasio” atau “rasionalisme” sama dengan elan kreatif: dengan itulah manusia, dalam sejarah, melepaskan hidup dari kemandegan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi rasionalisme sebenarnya tak ada hubungannya dengan ide tentang progresi, perubahan, dan elan kreatif. Rasionalisme bertolak dari tesis bahwa akal, bukan pengalaman, yang jadi penentu kebenaran. Pengetahuan yang bisa dipercaya sebagai benar adalah pengetahuan a priori, bukan yang empiris. Jika kita ikuti argumen Bung Karno tentang kemajuan, sejarah dan perlunya perubahan tafsir bahkan hukum, tampak bahwa ia sebenarnya lebih cenderung menyambut pandangan yang mengintegrasikan empirisme dengan rasionalisme – dengan kata lain: pragmatisme. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi dunia pemikiran Indonesia di tahun-tahun sebelum Perang Dunia ke-II, yang hampir sepenuhnya menggemakan pemikiran Eropa, tak melihat bahwa ketiga “ledakan” yang saya sebut di atas pada gilirannya bertaut dengan Pragmatisme. Tapi pada dasarnya, itulah yang mendasari pikiran BungKarno. Bagi Pragmatisme, progresi, yang juga perubahan, menyebabkan informasi lama tentang hal ihwal berbenturan dengan informasi baru. Pengetahuan, teori dan hukum pada akhirnya tak bisa dianggap sebagai sesuatu yang stabil. Kebenaran tak statis, dan tak bisa mutlak, dan tak bisa tunggal: satu hal yang dianggap benar memerlukan kerja terus menerus untuk bisa dibuat benar. Sebuah ide, sebab itu, merupakan “satu rencana kerja”, <i>a plan of action</i>. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dengan pandangan atau sikap pragmatis itulah Bung Karno memujikan apa yang dianggapnya elastisitas hukum Islam, seraya mengutip Ameer Ali dalam <i>The Spirit of Islam</i>. Hukum yang ia gambarkan “seperti karet” ini membuat Islam “bisa cocok dengan semua kemajuan”, katanya. Argumen Bung Karno di bawah ini sepenuhnya artikulasi pragmatisme <i>par excellence</i>: </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Islam tidak akan dapat hidup hampir seribu empat ratus tahun, kalau hukum-hukumnya tidak ‘seperti karet’. Islam tidak akan bisa meninggalkan suasananya abad pertama, tatkala manusia tak kenal lain kendaraan melainkan onta dan kuda, tak kenal lain senjata melainkan pedang dan panah, tak kenal lain alam melainkan alamnya padang-pasir, — kalau hukum-hukumnya tidak seperti ‘karet’. Zaman beredar, kebutuhan manusia berobah, — panta rei! – maka pengertian manusia tentang hukum-hukum itu adalah berobah pula. <b>[37]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sudah tentu, apa yang dikemukakan Bung Karno itu – apalagi dengan menggambarkan hukum Islam “seperti karet” — tak membuat tenteram penjaga ortodoksi. Bung Karno menyadari itu: “Bahwa orang akan menjadi ‘onar’ karena tulisan-tulisan saya”, tulisnya dalam Pandji Islam di tahun 1940, “akan ‘membuat dendeng’ kepada saya karena tidak setuju…sudah saya ketahui lebih dahulu”. Ia bersyukur ia punya “canang” yang menunjukkan “kebekuan” para ulama, bahkan “kejahatan” agama tanpa akal dan “kepincangan” agama yang semata-mata fiqih. Ia senang bahwa “canang”-nya “sudah menggoyangkan banyak sekali” jiwa-jiwa yang berpikir di Indonesia waktu itu. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di antara jiwa yang berpikir yang tergugah, dan bereaksi, adalah Mohammad Natsir, pemikir Islam yang pernah dipuji Bung Karno dalam “Surat-Surat Islam dari Endeh”. Dalam sebuah artikel yang berjudul “Sikap Islam terhadap Kemerdekaan Berpikir” yang juga dimuat dalam Pandji Islam, menunjukkan bagaimana seorang Islam reformis menjawab “canang” Bung Karno.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Natsir tak menyangkal manfaat berpikir bebas dari tradisi. Iman bisa diperkukuh dengan berpikir merdeka. Tapi, sementara akal merdeka membuka jendela agar udara segar masuk, ada bahaya bila udara itu jadi topan yang megacau dan menggoyahkan tiang-tiang agama. “Akal-merdeka-zonder-disiplin menjadikan khaos yang centang-perenang”, tulis Natsir. Kemerdekaan yang tanpa otoritas (gezag) adalah anarki. <b>[38]</b> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Meskipun dikemukakan oleh seorang pemikir yang sering dikategorikan sebagai “modernis” (bahkan “liberal”, menurut buku Charles Kurzman, Liberal Islam), <b>[39]</b> argumen Natsir adalah argumen klasik pandangan yang konservatif: harus ada “otoritas”, posisi yang punya wibawa (gezag), karena kemerdekaan bisa mengundang kekacauan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tak dijelaskan, bagaimana “otoritas” itu lahir atau terbentuk di dalam sejarah: siapa atau apa saja yang membentuknya; tidakkah dengan demikian “otoritas” itu dipengaruhi ruang dan waktu, dengan segala percaturan kekuasaan dalam politik dan wacana. Dan lebih jauh lagi, tidakkah “otoritas” itu akan mengambil alih tanggungjawab orang perorang yang menafsir dan menjalankan pertintah agama? Tidakkah di sini akan terjadi apa yang dikrtitik oleh Bung Karno sebagai “ke-pendeta-an” dalam Islam?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Saya tak menemukan jawaban Bung Karno terhadap Natsir. Tapi ada satu hal yang mungkin tak akan dapat dijawabnya: kritik Natsir kepada “rasionalisme”. Menurut Natsir, orang yang percaya ia dapat memecahkan misteri dengan akalnya sebenarnya tidak lagi menggunakan akal merdekanya. Ia sudah terikat dengan “taqlidisme modern” yang bernama “rasionalisme”.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam hal itu Natsir benar: “rasionalisme” tak dengan sendirinya membebaskan dan akal pada akhirnya terbatas untuk bisa memecahkan misteri. Tapi kesalahan Natsir adalah kesalahan Bung Karno juga: yang jadi dasar kritik terhadap Islam yang kehilangan “api”-nya bukanlah rasionalisme, melainkan pragmatisme.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pragmatisme Bung Karno tentu saja tak menafikan iman – sebagaimana halnya William James, dalam <i>Varieties of Religious Experience</i> tak menganggap agama sebagai kesalahan. Pragmatisme itu menilai agama bukan benar atau tidak (dalam pengertian kebenaran sebagai kesesuaian yang penuh antara yang saya yakini dengan yang ada di luar saya, adequatio rei et intellectus) melainkan menilai agama dari manfaatnya bagi manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Itulah sebenarnya dasar pandangan Bung Karno tentang Islam. Baginya, Islam akan terus ada bukan karena ia ditakdirkan abadi, dengan ajaran yang kekal, melainkan karena ia terus menerus bisa menjadi berharga. Dalam masa perjuangan antikolonialisme, harga itu terletak dalam perannya untuk menggerakkan manusia, terutama orang banyak, untuk menumbangkan apa yang tak adil. Dalam abad modern, harga itu terletak dalam kemampuannya jadi bagian zaman yang bergerak. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Salihara, 3 September 2010.</span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sumber : <a href="http://caping.wordpress.com/">caping.wordpress.com</a> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Catatan Kaki</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Ibid., hal. 21.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. <i>Sukarno, An Autobiography as told to Cindy Adams</i>, (selanjutnya: Autobiography), New York: The Bobbs Merryl Company Inc. 1965), hal. 23.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Lihat website The Theosophical Society International Headquarters, Adyar: http://www.ts- adyar.or/</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Ann Laura Stoler, Carnal, <i>Knowledge and Imperial Power: Race and the Intimate Colonial Rule</i>, (University of California Press, Berkely Los Angeles, London: 2002), hal. 207.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Bahan terbaik tentang theosofi di Indonesia saya dapatkan dalam website “Biar Sejarah Bicara”, http://serbasejarah.wordpress.com/2010/07/29 politik-kebijaksanaan-dewata. Juga dari http://www.stelling.nl/simpos/poldieng.htm, “The Politics of Divine Wisdom” (Theosophy in Asia: summary (selanjutnya: Wisdom].</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6. <i>Di Bawah Bendera Revolusi</i> (selanjutnya disebut “DBR”), hal. 42.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">7. Lih. <i>Wisdom</i>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">8. <i>Ibid</i>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">9. H. Agus Salim, dalam mengenang Tjokroaminoto, mengatakan, pada mulanya pergerakan Sarekat Islam “tidak membeda-bedakan antara rakhyat yang beragama Islam dengan yang beragama lain-lain…[ini] tidak bersifat atau bersemangat pergerakan agama, melainkan semata-mata bersifat atau bersemangat kerakyatan…kaum kromo, yang dibedakan daripada kaum pertuanan (bangsa Eropa) dan kaum ningrat (bangsa priyayi) yang menjadi tulang punggung kekuasaan penjajahan”. Dikutip M. Dawam Rahardjo, <i>Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa</i>, [selanjutnya: Dawam] Penerbit Mizan (Jakarta: 1993), hal. 238-39. Buku ini sebuah khasanah yang berharga untuk mengetahui sejarah pergerakan Islam di awal abad ke-20.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">10. <i>Autobiography</i>, hal. 40.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">11. Dawam Rahardjo, hal. 218.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">12. <i>Ibid</i>., hal. 235.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">13. <i>Ibid</i>., hal. 244.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">14. Dahm, Bernhard, <i>Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan</i>, (selanjutnya: Dahm) LP3ES, (Jakarta: 1987), hal. viii, juga 237.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">15. <i>DBR</i>, hal. 621-22.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">16. <i>Ibid</i>. 618.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">17. <i>Ibid</i>. hal. 476: “Saya percaya, saya yakin, bahwa perikemanusiaan akan selalu maju, selalu naik, selalu bertambah sedar. Bahwa perikemanusiaan itu satu-satu kali jatuh, atau beberapa kali jatuh, itu tidaklah saya anggap sebagai berhentinya sejarah.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">18. <i>Ibid</i>., 345, 346.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">19. <i>Ibid</i>., hal. 389</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">20. Dardiri Husni, <i>Jong Islamiten Bond: a study of a Muslim youth movement in Indonesia during the Dutch Colonial era 1924 – 1942</i>, a thesis submitted to the Faculty of Graduate Studies and Research, Institute of Islamic Studies, McGill University, Montreal, Canada, 1998, p. 54 (cacatan kaki).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">21. Dalam kesempatan ini saya akan membatasi diri pada pandangan Bung Karno sebelum kemerdekaan – persisnya ketika ia, sebagai seorang inteligensia yang bebas, dan aktivis politik, bergulat dan harus merespons masalah-masalah pemikiran mengenai masa depan Indonesia. Pandangan ini akan terus membayang dalam pidato-pidatonya tentang Islam setelah kemerdekaan. Lihat Bung <i>Karno, Islam, Pancasila</i>, NKRI, (editor: Iman Toto K. Rahardjo dan Suko Sudarso), Jakarta: Komunitas Nasionalis Religius, 2006.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">22. <i>DBR</i>., hal.10.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">23. <i>Ibid</i>., hal. 10-11</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">24. <i>Ibid</i>., hal. 8.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">25. <i>Ibid</i>., hal. 390.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">26. <i>Ibid</i>., hal. 396.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">27. <i>Ibid</i>., hal. 385.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">28. <i>Ibid</i>., hal. 340.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">29. <i>Ibid</i>., hal. 340.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">30. <i>Ibid</i>., hal. 337.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">31. <i>Ibid</i>., hal. 341.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">32. <i>Ibid</i>., hal. 348.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">33. <i>Ibid</i>., hal. 398-399</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">34. <i>Ibid</i>., 400.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">35. <i>Ibid</i>., 340.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">36. <i>Ibid</i>., 341. Dahm, yang mengangap filsafat Bung Karno tentang kemajuan “merupakan suatu percampuran yang aneh anara dinamika sosial dan konformitas kepada hukum-hukum sejarah” luput untuk tak melihat bahwa ke-“aneh”-an itu bermula dalam Hegel. Dahm, hal. 225.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">37. <i>DBR</i>, hal. 375. Dahm menunjukkan bahwa ada yang tak tepat dalam kutipan Bung Karno atas teks The Spirit of Islam. Ameer Ali tak menyebut elastisitas hukum Islam pada umumnya; ia hanya bicara soal poligami dalam Islam. Lih. Dahm, hal. 232-33. Catatan kaki.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">38. Dikutip dalam <i>Dahm</i>, hal. 235-36.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">39. Charles Kurzman (ed.) <i>Liberal Islam: a source book</i>, (New York, N.Y.: Oxford University Press, 1998), hal. 59-66.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-78627629617609945882010-11-17T19:31:00.000-08:002010-11-17T19:31:44.068-08:00Tentang Atheisme dan Tuhan yang Tak Harus Ada<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_1bBAfSjMTA1tWH0yXTl5lIu62h3lA_Nza9uizcglKajo7BceyguG7bTY0dxOFZL-72fu7uFuXf91219nBoaFLuZYVzWREq-xdzP9uwPjqXzIyDFFzU6LNZv2qz_W-7RbgmPVB_j-tJzr/s1600/Atheism.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_1bBAfSjMTA1tWH0yXTl5lIu62h3lA_Nza9uizcglKajo7BceyguG7bTY0dxOFZL-72fu7uFuXf91219nBoaFLuZYVzWREq-xdzP9uwPjqXzIyDFFzU6LNZv2qz_W-7RbgmPVB_j-tJzr/s200/Atheism.png" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><i>Hidup dengan janji berarti hidup dalam iman, tapi bukan iman pada Tuhan yang telah selesai diketahui. Ini iman dalam kekurangan dan kedaifan—ikhtiar yang tak henti-hentinya, sabar dan tawakal, karena Tuhan adalah Tuhan yang akan datang, Tuhan dalam ketidakhadiran. Dari sini kita tahu para atheis salah sangka: mereka menuntut Tuhan sebagai sosok yang hadir dan ditopang kepastian. Sebenarnya mereka juga terkena waham, tertipu berhala</i>.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><i>Al-Ghazali dalam al-Maqsad al-Asnâ</i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">ATHEISME dimulai dengan kesulitan bahasa. Dan, jika kita membaca buku Christopher Hitchens, God is Not Great, kita akan tahu: ada juga salah sangka.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Atheisme tak datang dari kecerdasan semata-mata, tapi juga dari kaki yang gemetar dan tubuh yang terdesak. Kegamangan kepada agama yang sedang tampak kini mengingatkan suasana sehabis perang agama di Eropa di beberapa dasawarsa abad ke- 16. Agama nyaris identik dengan kekerasan, kesewenang- wenangan, dan penyempitan pikiran. Dari sinilah lahir semangat Pencerahan: terbit karya Montaigne dan Descartes, buah skeptisisme yang radikal. Doktrin agama diletakkan di satu jarak.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Kini berkibarnya “revivalisme”, terkadang dalam bentuk “fundamentalisme”, dan tentu saja bercabulnya kekerasan menyebabkan reaksi yang mirip: buku Hitchens terbit di dekat The End of Faith oleh Sam Harris (tahun 2004). Juga The God Delusion karya Richard Dawkins, seorang pakar biologi. Satu kutipan oleh Dawkins: “Bila seseorang menderita waham, gejala itu akan disebut gila. Bila banyak orang menderita waham, gejala itu akan disebut agama.”</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Namun, agaknya bukan karena waham bila dalam masa tiga dasawarsa terakhir ada “gerak” lain yang cukup berarti: mendekatnya filsafat ke iman. Dalam gerak “pascamodern” ke arah Tuhan ini diangkat kembali pendekatan fenomenologis Heidegger yang mendeskripsikan “berpikir meditatif”, atau lebih khusus lagi, “berpikir puitis”, yang lain dari cara berpikir yang melahirkan metafisika dan ilmu-ilmu.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Bersama itu, ada kritik Heidegger terhadap “tuhan menurut filsafat”, atau tuhan dalam metafisika—yang baginya harus ditinggalkan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Dengan meninggalkannya, kata Heidegger, manusia justru akan lebih dekat ke “Tuhan yang ilahi” (göttlichen Gott).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Mungkin dengan itu kita bisa memahami Derrida: ia menyebut diri atheis, tapi juga mengatakan “tetapnya Tuhan dalam hidup saya” yang “diseru dengan nama-nama lain”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Jelas gerak “menengok kembali agama” itu bukan gerak kembali kepada asas theisme yang lama. Dalam Philosophy and the Turn to Religion, Hent de Vries mengikhtisarkan kecenderungan itu dalam sepatah kata Perancis yang mengandung dua makna: kata á Dieu, ’ke Tuhan’, atau adieu, ’selamat tinggal’, “satu gerakan ke arah Tuhan, ke arah kata atau nama Tuhan”, yang juga merupakan ucapan “selamat tinggal yang dramatis kepada tafsir yang kanonik dan dogmatik… atas pengertian ’Tuhan’ yang itu juga”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Syahadat Nurcholish Madjid</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Tampak, tak hanya ada satu makna dalam nama “Tuhan”. Bahkan, sejak berkembang pendekatan pascastrukturalis terhadap bahasa, kita kian sadar betapa tak stabilnya makna kata.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Kata Tuhan hanyalah “penanda” (signans) yang maknanya baru kita “dapat” tapi dalam arti sesuatu yang berbeda dari, misalnya, “makhluk”. Beda ini akan terjadi terus-menerus. Sebab itu, pemaknaan “Tuhan” tak kunjung berhenti.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Penanda itu tak pernah menemukan signatum atau apa yang ditandainya. Signatum (”petanda”?) itu baru akan muncul nanti, nanti, dan nanti sebab kata Tuhan akan selamanya berkecimpung dalam hubungan dengan penanda-penanda lain.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Maka, tiap kali “Tuhan” kita sebut, sebenarnya kita tak menyebut-Nya. Saya ingat satu kalimat dari sebuah sutra: “Buddha bukanlah Buddha dan sebab itu ia Buddha”. Bagi saya, ini berarti ketika kita sadar bahwa “Buddha” atau “Tuhan” yang kita acu dalam kata itu sebenarnya tak terwakili oleh kata itu, kita pun akan sadar pula tentang Sang “Buddha” dan Sang “Tuhan” yang tak terwakili oleh kata itu.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Agaknya itulah maksud Nurcholish Madjid ketika menerjemahkan kalimat syahadat Islam dengan semangat taukhid yang mendasar: “Aku bersaksi tiada tuhan selain Tuhan sendiri”. Dengan kata lain, nama “Allah” hanyalah signans, dan tak bisa dicampuradukkan dengan signatum yang tak terjangkau. Jika dicampuradukkan, seperti yang sering terjadi, “Allah” seakan-akan sebutan satu tuhan di antara tuhan-tuhan lain—satu pengertian yang bertentangan dengan monotheisme sendiri.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Di abad ke-13, di Jerman, Meister Eckhart, seorang pengkhotbah Ordo Dominikan, berdoa dengan menyebut Gottes (tuhan) dan Gottheit (Maha Tuhan). Yang pertama kurang-lebih sama dengan “pengertian” tentang Tuhan, sebuah konsep. Yang kedua: Ia yang tak terjangkau oleh konsep. Maka, Eckhart berbisik, “aku berdoa… agar dijauhkan aku dari tuhan”. Di tahun 1329 Paus Yohannes XXII menuduhnya “sesat”. Ia diadili dan ditemukan mati sebelum vonis dijatuhkan.<iframe align="right" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=huaw-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=0307590615&fc1=F70230&IS2=1&lt1=_top&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=E2F706&bg1=E2F706&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Masalah bahasa itulah yang membuat akidah dan teologi jadi problematis. Teologi selamanya terbatas—bahkan mencong. Jean-Luc Marion mengatakan teologi membuat penulisnya “munafik”. Sang penulis berlagak bicara tentang hal-hal yang suci, tetapi ia niscaya tak suci. Sang penulis bicara mau tak mau melampaui sarana dan kemampuannya. Maka, kata Marion, “kita harus mendapatkan pemaafan untuk tiap risalah dalam teologi”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">“Satu”, Zizek, dan ontologi Badiou</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Theisme cenderung tak mengacuhkan itu. Theisme umumnya berangkat dari asumsi bahwa dalam bahasa ada makna yang menetap karena sang signatum hadir dan terjangkau—asumsi “metafisika kehadiran”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Ini tampak ketika kita mengatakan “Tuhan yang Maha Esa”. Bukan saja di sana ada anggapan bahwa makna “Tuhan” sudah pasti. Juga kata esa menunjuk ke sesuatu yang dapat dihitung. Jika “tuhan” dapat dihitung, Ia praktis setaraf dengan benda. Ketika kita mengatakan “Tuhan itu Satu”, kita sebenarnya telah menyekutukan-Nya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Justru di situlah atheisme bermula. Slavoj Zizek mencoba membahas ini dengan menggunakan tesis ontologis Alain Badiou. Dalam tulisannya yang menawarkan sebuah “teologi materialis” dalam jurnal Angelaki edisi April 2007, Zizek mengatakan, “Satu” adalah pengertian yang muncul belakangan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Zizek mengacu ke Badiou: “banyak” (yang juga berarti “berbagai-bagai”) atau multiplisitas adalah kategori ontologis yang terdasar. Multiplisitas ini bukan berasal dari “Satu” dan tak dapat diringkas jadi “Satu”. Lawan multiplisitas ini bukan “Satu”, tapi “Nol”—atau kehampaan ontologis. “Satu” muncul hanya pada tingkat “mewakili” —hanya sebuah representasi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Monotheisme tak melihat status dan peran “Satu” itu. Tak urung, monotheisme yang menghadirkan Tuhan sebagai “Satu” memungkinkan orang mempertentangkan “Satu” dengan “Nol”. Maka, orang mudah untuk menghapus “Satu” dan memperoleh “Nol”. Lahirlah seorang atheis. Tepat kata Zizek ketika ia menyimpulkan, “atheisme dapat bisa terpikirkan hanya dalam monotheisme”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Namun, memang tak mudah bagi kita yang dibesarkan dalam tradisi Ibrahimi untuk menerima “teologi materialis” Zizek. Umumnya tak mudah bagi para pemeluk Islam, Kristen, dan Yahudi menerima argumen ontologis Badiou yang menganggap “Satu” hanya sebuah representasi meskipun dengan demikian mereka telah memperlakukan Tuhan sama dan sebangun dengan representan-Nya—satu hal yang sebenarnya bertentangan dengan dasar taukhid Surah al-Ikhlas dalam Al Quran, yang menegaskan “tak suatu apa pun yang menyamai-Nya”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Kaum monotheis memang berada dalam posisi yang kontradiktif. Apalagi, bagi mereka, Tuhan yang Satu itu juga Tuhan yang personal.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Syahdan, Emmanuel Levinas mengkritik keras Heidegger. Kita tahu, acap kali Heidegger berbicara dengan khidmat tentang Sein (Ada). Sein (Ada) adalah yang menyebabkan hal-hal-yang-ada muncul ber-ada. Bagi Levinas, dengan gambaran itu Sein (Ada) seakan-akan mendahului dan di atas segala hal yang ada (existents). Artinya, dalam ontologi Heidegger, Ada menguasai semuanya. Bagaikan “dominasi imperialis”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Tampaknya Levinas menganggap Heidegger—pemikir Jerman yang pernah jadi pendukung Nazi itu—berbicara tentang Ada sebagai semacam tuhan yang impersonal. Juga ketika Heidegger menyebut Yang Suci (das Heilige).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Menurut Levinas, ini menunjukkan kecenderungan “paganisme”. Tanpa mendasarkan Ada dan Yang Suci dalam hubungan interpersonal, Heidegger telah mendekatkan diri bukan ke “bentuk agama yang lebih tinggi, melainkan ke bentuk yang selamanya primitif”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Levinas—yang filsafatnya diwarnai iman Yahudi—tampaknya hanya memahami agama dengan paradigma monotheisme Ibrahimi. Tentu saja itu tak memadai. Bukan saja Levinas salah memahami pengertian Ada dalam pemikiran Heidegger. Ia juga tak konsisten dengan filsafatnya sendiri, yang menerima Yang Lain sebagaimana Yang Lain, tanpa memasukkannya ke dalam kategori yang siap.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Padahal, dengan memakai iman Ibrahimi sebagai model, Levinas meletakkan keyakinan lain—Buddhisme dan Taoisme misalnya—dalam kotak. Apabila baginya agama lain itu “primitif”, itu karena tak sesuai dengan standar Kristen dan Yahudi. Ia menyimpulkan: di ujung “agama primitif” ini tak ada yang “menyiapkan munculnya sesosok tuhan”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Levinas tak melihat, justru dengan tak adanya “sesosok tuhan” dalam “agama primitif”, atheisme jadi tak relevan. Dengan kata lain, persoalannya terletak pada theisme sendiri. Saya teringat Paul Tillich.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Teolog Kristen itu menganggap theisme mereduksi hubungan manusia dan Tuhannya ke tingkat hubungan antara dua person, yang satu bersifat “ilahi”. Dari reduksi inilah lahir atheisme sebagai antitesis. Maka, ikhtiar Tillich ialah menggapai “Tuhan-di-atas-Tuhan-dalam- theisme”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Tuhan “Tak Harus Ada”</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Kini suara Tillich (meninggal di tahun 1965) sudah jarang didengar. Setidaknya bagi saya. Tapi, niatnya menggapai “Tuhan-di-atas-Tuhan-dalam-theisme” dan ucapannya bahwa Tuhan “tidak eksist”—sebab Ia melampaui “esensi serta eksistensi”—saya temukan reinkarnasinya dalam pemikiran Marion.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Marion, seperti Heidegger, menafikan tuhan kaum atheis yang sejak Thomas Aquinas (dan secara tak langsung juga sejak Ibnu Rushd, dengan dalil al-inaya dan dalil al-ikhtira’-nya) dibenarkan “ada”-nya dengan argumen metafisika. Baginya, Tuhan yang dianggap sebagai causa sui, sebab yang tak bersebab, adalah Tuhan yang direduksi jadi berhala: Ia hanya jadi titik terakhir penalaran tentang “ada”. Ia hanya pemberi alasan (dan jaminan) bagi adanya hal ihwal, jadi ultima ratio untuk melengkapi argumen. Tapi, di situlah metafisika tak memadai.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Sebab Tuhan bukanlah hasil keinginan dan konklusi diskursus kita. Tuhan benar-benar tak harus ada (n’a justement pas á être). Ia mengatasi Ada, tak termasuk Ada. Ia mampu tanpa Ada. Bagi Marion, Tuhanlah yang datang dengan kemerdekaannya ke kita karena Kasih-Nya yang berlimpah, sebagai karunia dalam wahyu.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Di momen yang dikaruniakan itu kita bersua dengan manifestasi les phénomènes saturés, ’fenomena yang dilimpah-turahi’. Di hadapan fenomena dalam surplus yang melebihi intensiku itu, aku mustahil menangkap dan memahami obyek—kalaupun itu masih bisa disebut “obyek”. Bahkan, aku dibentuk olehnya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">“Fenomena yang dilimpah-turahi” itu juga kita alami dalam pengalaman estetik ketika melihat lukisan Matisse, misalnya: sebuah pengalaman yang tak dapat diringkas jadi konsep. Apalagi pengalaman dengan yang ilahi, dalam wahyu: hanya dengan aikon kita bisa menjangkau-Nya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Aikon, kata Marion, berbeda dengan berhala. Berhala adalah pantulan pandangan kita sendiri, terbentuk oleh arahan intensi kita. Sebaliknya pada aikon: intensi kita tak berdaya. Yang kasatmata dilimpah-turahi oleh yang tak-kasatmata, dan aikon mengarahkan pandanganku ke sesuatu di atas sana, yang lebih tinggi dari aikon itu sendiri. “Aikon” yang paling dahsyat adalah Kristus. Marion mengutip Paulus: Kristuslah “aikon dari Tuhan yang tak terlihat”.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Di sini Marion bisa sangat memesona, tetapi ia tak bebas dari kritik. Dengan memakai wahyu sebagai paradigma “fenomena yang dilimpah-turahi”, Marion—seperti Levinas—berbicara tentang “agama” dengan kacamata Ibrahimi. Bagaimana ia akan menerima Buddhisme, yang tak tergetar oleh wahyu dari “atas”, melainkan pencerahan dari dalam?</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Bagi Marion, berhala terjadi hanya ketika konsep mereduksikan Tuhan sebagai “kehadiran”. Tapi, mungkinkah teologi yang ditawarkannya sepenuhnya bebas dari tendensi pemberhalaan?</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Dengan pandangan khas Katolik, ia bicara tentang aikon. Tapi, bisa saja aikon itu—juga Tuhan—di-atas-Ada yang diperkenalkannya kepada kita, sebagaimana Gottheid yang hendak digayuh Eckhart—merosot jadi berhala, selama nama itu, kata itu, dibebani residu sejarah theisme yang, jika dipandang dari perspektif Buddhisme Zen, tetap berangkat dari Tuhan yang personal, bukan dari getar Ketiadaan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Di sinilah kita butuh Derrida. Marion mengira “Tuhan-Tanpa-Ada” yang diimbaunya bisa bebas dari sejarah dan bahasa, tapi dengan Derrida kita akan ingat: kita selamanya hidup dengan bahasa yang kita warisi, dari tafsir ke tafsir. “Tuhan” tak punya makna yang hadir.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Maka Yudaisme, misalnya, cenderung tak menyebut Nama-Nya; dalam nama itu Tuhan selalu luput. “Dieu déja se contredit“, kata Derrida: belum-belum Tuhan sudah mengontradiksi diri sendiri.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Maka, lebih baik kita hidup dengan keterbatasan karena bahasa. Dengan kata lain, hidup dengan janji: kelak ada Makna Terang yang akan datang—betapapun mustahil. Hidup dengan janji berarti hidup dalam iman, tapi bukan iman kepada Tuhan yang telah selesai diketahui. Ini iman dalam kekurangan dan kedaifan—ikhtiar yang tak henti-hentinya, sabar dan tawakal, karena Tuhan adalah Tuhan yang akan datang, Tuhan dalam ketidakhadiran.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Dari sini kita tahu para atheis salah sangka: mereka menuntut Tuhan sebagai sosok yang hadir dan ditopang kepastian. Sebenarnya mereka juga terkena waham, tertipu berhala.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">Jakarta, 27 September 2007</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">sumber: <a href="http://goenawanmohamad.com/">Gunawan Muhamad</a> </div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-77001706892675984822010-11-15T17:44:00.000-08:002010-11-15T17:44:23.468-08:008 Etos Penggerak Gairah Kerja<div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj27Z-41dvjwYbkzvWV3yEOl_o1WYjqNzWdDPU0aEYcprTp_Ta4lferzOv9tsPY-He7TJKarhpfU49Aj5ltAq3uKQDY92uHgYdwfSpNxcXAk9IMS5wfBMC9I8dHz9eG5zVfTYGNf5ShTlf/s1600/etos.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj27Z-41dvjwYbkzvWV3yEOl_o1WYjqNzWdDPU0aEYcprTp_Ta4lferzOv9tsPY-He7TJKarhpfU49Aj5ltAq3uKQDY92uHgYdwfSpNxcXAk9IMS5wfBMC9I8dHz9eG5zVfTYGNf5ShTlf/s200/etos.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: small;">Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">tidak bisa mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh “5-ng”: ngeluh, ngedumel,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ngegosip, ngomel, dan ngeyel.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Punya masalah dengan semangat kerja? Jangan gundah gulana, Anda tidak sendirian. Banyak</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">orang lain yang punya problem serupa. Namun, bukan tidak ada solusinya!</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hampir semua orang pernah mengalami gairah kerjanya melorot. “Itu lumrah,” kata Jansen</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sinamo, ahli pengembangan sumber daya manusia dari Institut Darma Mahardika, Jakarta.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Meski lumrah, “impotensi” kerja harus diobati.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Cara terbaik untuk mengatasinya, menurut Jansen, dengan langsung membenahi pangkal</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">masalahnya, yaitu motivasi kerja. Itulah akar yang membentuk etos kerja. Secara sistematis,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jansen memetakan motivasi kerja dalam konsep yang ia sebut sebagai “Delapan Etos Kerja</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Profesional”. Sejak 1999, ia aktif mengkampanyekan gagasan itu lewat berbagai pelatihan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">yang ia lakukan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos pertama: kerja adalah rahmat.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">adalah rahmat dari ALLAH. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sungguh kelewatan jika kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos kedua: kerja adalah amanah.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota DPR, semua adalah</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">amanah. Pramuniaga mendapatkan amanah dari pemilik toko. Pegawai negeri menerima</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">amanah dari negara. Anggota DPR menerima amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Etos ketiga: kerja adalah panggilan.</b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj27Z-41dvjwYbkzvWV3yEOl_o1WYjqNzWdDPU0aEYcprTp_Ta4lferzOv9tsPY-He7TJKarhpfU49Aj5ltAq3uKQDY92uHgYdwfSpNxcXAk9IMS5wfBMC9I8dHz9eG5zVfTYGNf5ShTlf/s1600/etos.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><iframe align="right" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=huaw-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=0307590615&fc1=F70230&IS2=1&lt1=_top&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=E2F706&bg1=E2F706&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah darma. Seperti darma Yudistira</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">untuk membela kaum Pandawa. Seorang perawat memanggul darma untuk membantu orang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu kepada para muridnya. Seorang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">masyarakat. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kita kurang baik mutunya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos keempat: kerja adalah aktualisasi.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun pekerjaan kita, eutah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekenjaan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan psikososial manusia. Dengan bekerja,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">misalnya, seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa koleganya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Perkenalkan, nama saya Miftah, dari Bank Kemilau.” Keren ‘kan?</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos kelima: kerja itu ibadah.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Tak peduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang halal merupakan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">demi mencari uang atau jabatan semata. Jansen mengutip sebuah kisah zaman Yunani kuno</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">seperti ini:</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seorang pemahat tiang menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengukir sebuah puncak</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">tiang yang tinggi. Saking tingginya, ukiran itu tak dapat dilihat langsung oleh orang yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">berdiri di samping tiang. Orang-orang pun bertanya, buat apa bersusah payah membuat</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ukiran indah di tempat yang tak terlihat? Ia menjawab, “Manusia memang tak bisa</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menikmatmnya. Tapi ALLAH bisa melihatnya.” Motivasi kerjanya telah berubah menjadi</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">motivasi transendental.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos keenam: kerja adalah seni.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun pekerjaan kita, bahkan seorang peneliti pun, semua adalah seni. Kesadaran ini akan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">pekerjaannya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Antusiasmelah yang membuat saya mampu bekerja berbulan-bulan di laboratorium yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">sepi,” katanya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jadi, sekali lagi, semua kerja adalah seni. Bahkan ilmuwan seserius Einstein pun menyebut</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">rumus-rumus fisika yang njelimet itu dengan kata sifat beautiful.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum. Semua</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><b><span style="font-size: small;">Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.</span></b></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup seorang lelaki tua sebatang kara karena</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi kebanyakan orang, kehidupan seperti yang ia alami</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mungkin hanya berarti menunggu kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Cavennen, sebuah daerah yang sepi. Sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">lalu menanamnya di sepanjang lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">memujinya. Ketika meninggal dalam usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">luar biasa, hutan sepanjang 11 km! Sungai-sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menjadi subur. Semua itu dinikmati oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di Indonesia semangat kerja serupa bisa kita jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Juga pada diri</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">almarhum Munir, aktivis Kontras yang giat membela kepentingan orang-orang yang teraniaya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,”</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kata Jansen. Dalam bukunya Ethos21, ia menyebut dengan istilah rahmatan lii alamin (rahmat</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">bagi sesama).</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pilih cinta atau kecewa</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Menurut Jansen, kedelapan etos kerja yang ia gagas itu bersumber pada kecerdasan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">emosional spiritual. Ia menjamin, semua konsep etos itu bisa diterapkan di semua pekerjaan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Asalkan pekerjaan yang halal,” katanya. “Umumnya, orang bekerja itu ‘kan hanya untuk</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">nyari gaji. Padahal pekerjaan itu punya banyak sisi,” katanya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kerja bukan hanya untuk mencari makan, tetapi juga mencari makna. Rata-rata kita</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menghabiskan waktu 30 - 40 tahun untuk bekerja. Setelah itu pensiun, lalu manula, dan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">pulang ke haribaan ALLAH. “Manusia itu makhluk pencari makna. Kita harus berpikir, untuk</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">apa menghabiskan waktu 40 tahun bekerja. Itu ‘kan waktu yang sangat lama,” tambahnya.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ada dua aturan sederhana supaya kita bisa antusias pada pekerjaan. Pertama, mencari</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat. Dengan begitu, bekerja akan terasa sebagai</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kegiatan yang menyenangkan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jika aturan pertama tidak bisa kita dapatkan, gunakan aturan kedua: kita harus belajar</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mencintai pekerjaan. Kadang kita belum bisa mencintai pekerjaan karena belum</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mendalaminya dengan benar. “Kita harus belajar mencintai yang kita punyai dengan segala</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kekurangannya,” kata sarjana Fisika ITB yang lebih suka dengan dunia pelatihan sumber daya</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">manusia ini.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">tidak bisa mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh “5-ng”: ngeluh, ngedumel,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ngegosip, ngomel, dan ngeyel. Jansen mengutip filsuf Jerman, Johann Wolfgang von Goethe,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“It’s not doing the thing we like, but liking the thing we have to do that makes life happy.”</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">“Dalam hidup, kadang kita memang harus melakukan banyak hal yang tidak kita sukai. Tapi</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kita tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin kita mau enaknya saja. Kalau suka makan ikan,</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kita harus mau ketemu duri,” ujar pria yang kerap disebut sebagai Guru Etos ini.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam dunia kerja, duri bisa tampil dalam berbagai macam bentuk. Gaji yang kecil, teman</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kerja yang tidak menyenangkan, atasan yang kurang empatik, dan masih banyak lagi.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Namun, justru dari sini kita akan ditempa untuk menjadi lebih berdaya tahan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bukan gila kerja</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam urusan etos kerja, bangsa Indonesia sejak dulu dikenal memiliki etos kerja yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kurang baik.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di jaman kolonial, orang-orang Belanda sampai menyebut kita dengan sebutan yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mengejek, in lander pemalas. Ini berbeda dengan, misalnya, etos Samurai yang dimiliki</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">bangsa Jepang. Mereka terkenal sebagai bangsa pekerja keras dan ulet.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Namun, Jansen menegaskan, pekerja keras sama sekali berbeda dengan workaholic. Pekerja</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">keras bisa membatasi diri, dan tahu kapan saatnya menyediakan waktu untuk urusan di luar</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kerja. Sementara seorang workaholic tidak. Dalam pandangan Jansen, kondisi kerja yang</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menyenangkan adalah kerja bareng semua pihak. Bukan hanya bawahan, tapi juga atasan.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sering seorang atasan mengharapkan bawahannya bekerja keras, sementara ia sendiri secara</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">tidak sengaja melakukan sesuatu yang melunturkan semangat kerja bawahan. Jansen</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">memberi contoh, atasan yang mengritik melulu jika bawahan berbuat keliru, tapi tak pernah</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">memujinya jika ia menunjukkan prestasi.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Secara manusiawi hal itu akan menyebabkan bawahan kehilangan semangat bekerja. Buat</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">apa bekerja keras, toh hasil kerjanya tak akan dihargai. Ingat, pada dasarnya manusia</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menyukai reward.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Konosuke Matsushita, pendiri perusahaan Matsushita Electric Industrial (MET) punya teladan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">yang bagus. Pada zaman resesi dunia tahun 1929-an, pertumbuhan ekonomi Jepang anjiok</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">tajam. Banyak perusahaan mem-PHK karyawan. MEI pun terpaksa memangkas produksi</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">hingga separuhnya. Namun, Matsushita menjamin tak ada satu karyawan pun yang bakal</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">terkena PHK.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebagai gantinya, ia mengajak semua karyawan bekerja keras. Karyawan-karyawan bagian</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">produksi dilatih untuk menjual. Hasilnya benar-benar ruarrr biasa. Mereka bisa berubah</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menjadi tenaga marketing andal, yang membuat Matsushita menjadi salah satu perusahaan</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">terkuat di Jepang.</span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-81976233722044366372010-11-15T17:15:00.000-08:002010-11-15T17:15:15.068-08:00Konsep Ketuhanan Pada Agama Zoroaster<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDVLXNDyHsu4zkYcyeAGUzOraEnHHPl5nQhM2gQQBdQWdqXDXgzEwB-9RDpvHcEJGNTH8QwHHhSHStLem9JBhqSBd-rJtL5rUZVB2lTYVAtC-HLSkypPhPxDzMMPafTq24muYPOK7dJoN/s1600/Zoroaster.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDVLXNDyHsu4zkYcyeAGUzOraEnHHPl5nQhM2gQQBdQWdqXDXgzEwB-9RDpvHcEJGNTH8QwHHhSHStLem9JBhqSBd-rJtL5rUZVB2lTYVAtC-HLSkypPhPxDzMMPafTq24muYPOK7dJoN/s200/Zoroaster.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: small;"></span><span style="font-size: small;">Zoroasterisme adalah suatu agama yang tergabung dalam kelompok agama non-Semitik, Arya, dan non-Vedic, berbeda dengan agama Hindu. Ia merupakan agama yang dibawa oleh seorang nabi. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Nama lain dari agama Zoroaster ini adalah Parisisme. Agama ini didirikan oleh nabi Zoroaster. Agama Zoroaster merupakan agama kuno di Persia yang telah berusia 2500 tahun dan kitab-kitab suci mereka adalah kitab Dasatir dan kitab Awesta. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kitab Dasatir terbagi ke dalam ‘Khurdadasatir’ atau ‘Kalan Dasatir’. Sedangkan kitab Awesta bisa terbagi lagi ke dalam ‘Kurdha Awesta’ atau ‘Kalan Awesta’, atau ‘The Maha Awesta’ atau ‘Zendth Awesta’. <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDVLXNDyHsu4zkYcyeAGUzOraEnHHPl5nQhM2gQQBdQWdqXDXgzEwB-9RDpvHcEJGNTH8QwHHhSHStLem9JBhqSBd-rJtL5rUZVB2lTYVAtC-HLSkypPhPxDzMMPafTq24muYPOK7dJoN/s1600/Zoroaster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br />
</a></div><iframe align="right" frameborder="0" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://rcm.amazon.com/e/cm?t=huaw-20&o=1&p=8&l=bpl&asins=B002Y27P3M&fc1=F70230&IS2=1&lt1=_top&m=amazon&lc1=0000FF&bc1=E2F706&bg1=E2F706&f=ifr" style="height: 245px; padding-right: 10px; padding-top: 5px; width: 131px;"></iframe></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Para penganut Zoroaster atau kaum Parsis menyebut Tuhannya dengan sebutan ‘Ahora Mazda’. Kata ‘Ahora’ berarti Tuhan, dan kata ‘Mazda’ berarti bijaksana. Jadi ‘Ahora Mazda’ berarti Tuhan Yang Maha Bijaksana. Dia mempunya beberapa nama, dan nama-nama-Nya yang disebutkan di dalam kitab Dasatir. Misalnya, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, Dia yang tidak mempunyai anak, Dia yang tidak memiliki asal dan tidak memiliki akhir, Dia tidak mempunyai bapak, ibu, istri dan anak. Dia tidak mempunyai rupa (gambaran), Dia berada diluar jangkauan pikir manusia, Tidak ada yang setara dengan-Nya, Tidak satupun orang yang bisa menyaksikan-Nya. Dia berada di luar jangkauan manusia. Dia lebih dekat daripada diri Anda sendiri. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ada juga nama-nama lain yang diperuntukkan bagi Tuhan yang Maha Kuasa, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Awesta yakni kitab suci yang lain dari agama Parsis ini. Disebutkan di dalam kitab Awestha, dalam kitab Kathas dan dalam kitab Yasna bahwa Dia adalah Sang Pencipta. Di dalam kitab Yasna, pasal 31 ayat 7 dan 11 dan juga disebutkan di ayat-ayat yang lain dalam kitab Yasna, pasal 44 ayat 7, pasal 50 ayat 11, pasal 51 ayat 7. Di banyak posisi ayat tersebut, Tuhan itu disebut dengan ‘Sang Pencipta’. Ia juga disebut ‘Yang Maha Perkasa’, ‘Yang Maha Besar’. Dalam kitab Yasna pasal 45 ayat 11, dan pada pasal 45 ayat 6, ia disebut sebagai ‘Yang Maha Pemurah’. Dalam kitab Yasna, pasal 33, ayat 11, dan kitab Yasna pasal 48 ayat 3, Dia disebut dengan nama ‘Yang Maha Pengasih’. Tidak kurang dari tujuh kali disebut hanya di dalam kitab Yasna, Tuhan disebut dengan nama/gelar ‘Yang Maha Pengasih’ yakni di dalam kitab Yasna pasal 43, ayat 4,5,7,8,11,13, dan 15. Beberapa kali dalam ayat-ayat yang lainpun demikian, Dia disebut dengan gelar ‘Yang Maha Pengasih’ yakni dalam kitab Yasna pasal 44 ayat 2, pasal 45 ayat 5, pasal 46 ayat 9, dan pasal 48 ayat 3.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jadi, bila Anda perhatikan ayat-ayat kitab suci agama Parsis maka Anda akan memahami konsep yang benar mengenai Tuhan Yang Maha Esa di dalam agama Parsisme/Zoroasterisme.</span></div>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-11902216758559561402010-11-08T20:48:00.000-08:002010-11-08T20:48:52.789-08:00Misteri Segitiga BermudaIni merupakan satu misteri besar dalam sejarah. Sebuah wilayah di kawasan Samudera Atlantik yang menelan banyak korban. Dilaporkan ratusan kapal laut dan pesawat udara hilang di areal ini, lenyap sama sekali tanpa bekas. Zona maut yang dikenal sebagai Segitiga Bermuda (Bermuda Triangle)!<br />
Zona itu membentuk segitiga imajiner seluas 4 juta km persegi. Segitiga itu akan terbentuk di peta seandainya sebuah garis ditarik dari Kepulauan Bermuda (teritorial Inggris) sebagai titik di wilayah utara; menuju ke Puerto Rico (AS) sebagai titik di selatan; kemudian diteruskan ke Miami (Negara Bagian Florida, AS) sebagai titik di barat; dan garis terakhir ditarik dari Miami menuju Kepulauan Bahama.<br />
Kisah tentang keanehan di kawasan Samudera Atlantik itu tidak diketahui pasti sejak kapan persisnya, namun berbagai cerita yang berkembang merujuk sejak masa pelayaran pertama melintasi daerah barat daya Kepulauan Bermuda.<br />
Bahkan Christopher Columbus pernah mencatat misteri yang terjadi di sini dalam pelayaran penjelajahan samuderanya. Tahun 1942, saat Colombus bergerak menuju Amerika, ia melintasi Samudera Atlantik yang termasuk kawasan Segitiga Bermuda. Ia mencatat tentang laut yang tampak aneh walau cuaca tampak baik. Kompas kapal-nya tiba-tiba mengalami kekacauan, berputar tak tentu arah. Colombus mencatat, pada suatu malam kru kapalnya melihat pijar bola-bola api di angkasa yang menghujam laut. Namun seluruh pelayaran Colombus terbilang aman.<br />
Menurut catatan lain, sebuah kapal Atlanta berbendera Inggris (1880) dilaporkan lenyap dikawasan Segitiga Bermuda.<br />
Seluruh penumpang berjumlah ratusan pelaut dan perwira AL Inggris lenyap tak berbekas. Lalu Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles lenyap ketika berlayar dalam konvoi. Iring-iringan kapal lain hanya melihatnya cahaya kapal itu terakhir kali sebelum hilang tanpa bekas. Insiden lain kapal tanker Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama pada Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan SOS ketika berlayar melintasi wilayah Segitiga Bermuda menuju utara arah South Carolina.<br />
Masih banyak lagi kapal-kapal laut yang dilaporkan hilang di wilayah yang juga dijuluki Segitiga Setan (Devil’s Triangle) itu. Tak kurang dari ratusan kapal lenyap tanpa bekas sama sekali. Dan bukan hanya kapal-kapal laut, pesawat terbang juga tak luput dari naas.<br />
Sebut saja yang terbesar adalah hilangnya satu skuadron pesawat latih AL AS, Flight 19 pada 5 Desember 1945. Lima pesawat pembom Grumman TMB-3 Avenger itu lenyap beserta 14 pilot dan kru-nya. Satu insiden dalam dunia penerbangan yang paling menghebohkan. Bahkan satu pesawat amfibi PBM Mariner yang mengemban misi penyelamatan kelima pesawat itu mengalami nasib serupa, hilang di Segitiga Bermuda sekitar beserta 13 kru dan tim SAR.<br />
Semua kapal laut atau pesawat udara yang dilaporkan hilang di Segitiga Bermuda, memang tidak pernah ditemukan bangkainya bahkan seluruh korban manusianya juga hilang tanpa bekas. Inilah yang membuat banyak ahli pusing dan berspekulasi mengenai sebab musabab peristiwa seperti itu bisa terjadi.<br />
Beberapa Teori Penjelasan<br />
Sampai tahun 1999 saja, tercatat masih ada kapal modern berukuran besar yang hilang tanpa jejak di Segitiga Bermuda. Banyak teori yang kemudian dihubung-hubungkan dengan peristiwa yang terjadi di Segitiga Bermuda. Kenyataannya, misteri di Segitiga Bermuda belum jua terkuak hingga kini.<br />
Dari sekian banyak teori, ada yang menyebutkan teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, teori anomali magnetik-gravitasi. Di samping itu masih ada teori tentang fenomena gempa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Dan ada juga yang menghubungkannya dengan UFO dan menghilangnya Benua Atlantis.<br />
Dari sekian banyak konsep dan teori yang berupaya menjelaskan fenomena alam itu, justru Lawrence David Kusche memberikan penjelasan kontroversial. Dalam bukunya The Bermuda Triangle Mystery Solve (1975), Kusche mematahkan semua anggapan dan teori spekulasi yang diajukan terhadap Segitiga Bermuda. Ia lebih menganggap peristiwa yang terjadi di kawasan itu terlalu dibesar-besarkan.<br />
Beberapa kesimpulan Kusche: kapal-kapal dan pesawat terbang yang dilaporkan hilang di daerah tersebut tidak begitu besar secara signifikan bila dibandingkan dengan yang terjadi di belahan samudera lainnya. Ia menyatakan, dalam daerah yang sering mengalami badai tropis, jumlah yang hilang itu sebagian besarnya tidaklah begitu menyolok ataupun bersifat misterius.<br />
Kusche beranggapan, angka-angka yang menunjukkan jumlah korban itu sendiri cenderung membesar-besarkan hasil riset. Misalnya, sebuah kapal boat dinyatakan hilang, namun akhirnya dia kembali dan tidak dilaporkan. Ia juga “menyindir” para penulis yang terlalu membesar-besarkan perihal misteri di Segitiga Bermuda walau datanya kurang atau karena salah tafsir demi kepentingan sensasi.<br />
Apapun ceritanya, setidaknya Segitiga Bermuda tetap menyimpan misteri. Banyak ahli masih mengkaji fenomena alam ini. Masih diperlukan penjelasan ilmiah yang bisa menjawab semua pertanyaan besar itu tanpa keraguan. (berbagai sumber)<br />
<b>Lenyapnya Flight 19!</b><br />
Satu kisah yang mengubah mitos Segitiga Bermuda adalah misteri hilangnya Flight 19. Skuadron 5 pesawat pembom AL AS itu hilang tanpa jejak di kawasan Segitiga Bermuda saat melakukan latihan rutin. Bahkan satu pesawat amfibi tim penyelamat pertama yang mencoba mencarinya juga dilaporkan hilang beserta seluruh kru dan tim SAR.<br />
Hari itu 5 Desember 1945. Di Naval Air Station Fort Lauderdale (pangkalan udara AL AS), Florida, lima pesawat pembom TBM Avenger dipersenjatai dan bahan bakar diisi penuh untuk penerbangan lima jam. Kru darat melaporkan kelima pesawat pembom itu laik terbang dan kondisi mesinnya prima. Kelimanya dipersiapkan untuk latihan terbang tempur rutin.<br />
Pukul 14.10, kelima pesawat itu dengan kode penerbangan Flight 19 lepas landas dari pangkalan dengan pilot pelatih Letnan Charles Taylor yang juga menjadi komandan penerbangan. Taylor dikenal sebagai pilot tempur yang cakap dan berpengalaman pada perang Pasifik melawan Jepang di masa Perang Dunia II. Ia akan melatih 14 pilot, navigator dan juru tembak pesawat melakukan manuver tempur dan pemboman di sekitar Samudera Atlantik.<br />
Misi latihan ini melewati rute penerbangan ke timur sejauh 56 mil menuju Beting Hens and Chickens, di selatan Grand Bahama untuk melakukan latihan pemboman rendah sebelum manuver ke 67 mil ke timur, 73 mil ke utara dan lantas 120 mil kembali ke pangkalan di Lauderdale.<br />
Hari itu cukup cerah. Bagian pertama misi berlangsung lancar sampai sesi pengeboman di Beting Hens and Chickens sekitar pukul 14.30. Pada pukul 14.40 seluruh formasi pesawat bergabung kembali dan mengarah ke timur menuju Great Stirrup Cay yang terletak 67 mil mengarah ke timur dan 113 mil ke timur Florida.<br />
<b>Awal Tragedi</b><br />
Sekitar pukul 15.10 mereka menuju ke arah baratdaya. Dari sini komunikasi sesama pesawat latih terdengar membingungkan. Kru darat yang memantau latihan menafsir bahwa telah terjadi sesuatu di atas sana, namun ia belum mendapat konfirmasi dari komandan latih yakni Lt Taylor.<br />
Pukul 15.45, Letnan Robert Cox, instruktur penerbangan senior yang sering terbang mengitari Fort Lauderdale dan bergabung dengan skuadron latih, memantau Flight 19. Ia mendengarkan prosesi latihan melalui radio komunikasi yang mulai kacau.<br />
Pukul 16.00, Letnan Taylor mengontak Letnan Cox bahwa kedua kompas miliknya rusak dan ia kehilangan arah penerbangan. Lewat radio ia memberitahu bahwa pesawatnya berusaha untuk kembali ke Fort Lauderdale dan kemungkinan sedang melintas di Florida Keys. Namun, ia tak bisa memastikan arah penerbangan untuk kembali ke pangkalan.<br />
“Saya berada di ketinggian 2.300 kaki. Jangan datang kemari.” Letnan Taylor merasa yakin bahwa dia sudah berada di kawasan Florida Keys yang mengarah menuju utara ke Teluk Meksiko.<br />
Dipantau ketat melalui radio, setelah terbang ke utara selama sejam, Taylor kembali ke arah timur yang diyakininya akan membawa seluruh skuadron kembali ke arah Florida menuju pangkalan. Waktu berlalu dan senja mulai menyarungi angkasa, namun kelima pesawat belum juga mendarat di pangkalan.<br />
Saat malam menjelang, pada pukul 18.04 transmisi radio terakhir terdengar dari Flight 19 yang mengindikasikan mereka berada di utara Bahama dan jauh di timur Florida. Letnan Taylor menyatakan bahwa bahan bakar pesawat pembom yang mereka terbangkan semakin menipis.<br />
Pada 18.20, Taylor berinisiatif untuk meneruskan perjalanan ke arah timur. Ia memberi perintah darurat kepada seluruh pilot untuk merapatkan formasi agar bisa saling memantau. Lalu terdengar transimisi terakhir yang terpotong-potong: “Kita akan mendarat begitu melihat daratan… jika bahan bakar tinggal 10 galon, maka kita melakukan pendaratan di laut…”. Pada masa genting ini komunikasi radio dengan Flight 19 mengalami gangguan. Suaranya tak jelas kabur dan akhirnya menghilang. Suara terakhir yang terpantau adalah: “We are entering white water…, nothing seems right. We don’t know where we are, the water is green, no white….”<br />
<b>Misi Pencarian</b><br />
Sampai pukul 19.00 ternyata tidak ada kabar lagi dari Flight 19. Kru darat di Fort Lauderdale kemudian meminta bantuan seluruh penerbangan AL AS untuk melakukan pencarian. Panggilan darurat itu dijawab dengan mempersiapkan sebuah pesawat amfibi Martin PBM Mariner dengan tim SAR laut militer. Semua kru dan tim berjumlah 13 orang.<br />
Pukul 19.47, pesawat itu mengudara dan menjalankan misi pencarian. Namun naas, 23 menit setelah mengudara transmisi radio dari pesawat pencari ke darat tiba-tiba terputus. Dan tidak ada kabar mengenai pesawat tersebut. Belakangan ada laporan dari dua tanker yang berlayar di sekitar perairan tersebut bahwa mereka melihat bola api menghujam ke laut. Namun setelah mendekat ke arah jatuhnya bola api, mereka hanya menemukan sejumput genangan minyak tanpa ada bekas lain.<br />
Pencarian berskala besar pun dilakukan yang berlangsung hingga 10 Desember 1945. Dilakukan penyisiran di seluruh kawasan yang mungkin bisa dilalui Flight 19, namun hasilnya tetap nihil.<br />
Misi pencarian ini adalah yang terbesar dalam sejarah yang melibatkan ratusan kapal laut dan pesawat udara. Namun, kelima pesawat dalam Flight 19 tidak ditemukan jejaknya sama sekali begitu juga pesawat penyelamat PBM Mariner. Belakangan disimpulkan, pesawat penyelamat yang hilang itu diduga meledak karena kebocoran bahan bakar. Tetapi lima pesawat lain sama sekali tidak diketahui bagaimana persisnya mereka bisa menghilang.<br />
Berbagai penjelasan dibuat untuk mengungkap misteri ini, namun hasilnya tetap saja tidak memberikan solusi pasti. Inilah bencana terbesar dalam sejarah penerbangan yang menambah seram misteri Segitiga Bermuda.<br />
<i> </i><br />
<i>(Berbagai Sumber)</i><br />
<i>Global | Berbagaisumber</i>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-85337766068066822442010-11-04T22:54:00.000-07:002010-11-05T00:30:26.501-07:00Memandang Fenomena Mistis Merapi dari Perspektif Agama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoEJSzbIlEjYK_jmtkRD35uhuTEJlJffwuoXnl42kA_iDSy_2V8WAqAYJEKEL8e7uynlx7W0fjPxdPisE1bXzUCk1C0jB-Wg9z2p-VziyjKdn0EmAjSRDnbWlN-UCrDw2lVt0ao5Hhyk8f/s1600/petruk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoEJSzbIlEjYK_jmtkRD35uhuTEJlJffwuoXnl42kA_iDSy_2V8WAqAYJEKEL8e7uynlx7W0fjPxdPisE1bXzUCk1C0jB-Wg9z2p-VziyjKdn0EmAjSRDnbWlN-UCrDw2lVt0ao5Hhyk8f/s200/petruk.jpg" width="200" /></a></div><i>Jumat, 05/11/2010 09:57 WIB</i><br />
<a href="http://nasional.inilah.com/read/detail/941532/jangan-mudah-percaya-awan-berbentuk-mbah-petruk/">(Awan Berbentuk Sosok Mbah Petruk)</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Jakarta - Tatkala Sang Prabu Brawijaya terakhir di hadapan Sunan Kalijaga menyatakan diri memeluk agama Islam penasehat spiritual Sang Prabu marah tak terkendali. Dia bersumpah serapah akan kembali ke habitatnya (menjadi danyang) dan akan membuat gangguan di Tanah Jawa dengan berbagai bentuk bencana alam, musibah, dan wabah penyakit sehingga hidup menjadi sengsara dan menderita. <br />
<br />
<i>"Sebagai pertanda kebenaran kata-kata hamba ini dapat Paduka saksikan ketika Gunung Merapi meletus", </i>begitulah katanya. <br />
<br />
Kejadian di atas tertuang dalam buku Ramalan Jayabaya karya Sang Pujangga Ronggowarsito. Buku tersebut juga meramalkan 500 tahun ke depan (sejak 1470 M) akan ada kejadian malapetaka yang akan menimpa: <br />
<br />
Banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang olah pati geni marga wedi kapiyak wadine, sapa sira sing sayekti = Banjir bandang terjadi dimana-mana, gunung meletus tanpa dapat diprediksi karenanya tiadanya isyarat yang mendahuluinya; perasaan benci berlebihan terhadap mereka yang bersikap arif maupun para cerdik-cendekiawan karena pada umumnya orang takut terbongkar rahasia pribadinya. <br />
<br />
<b>Akeh laknat, akeh pengkhianat, anak mangsa bapak, sedulur mengsah sedherek, guru padha satru, buruh dadi mungsuh, kana kene padha ngumbar angkara murka</b> = <i>Banyak laknat, banyak pengkhianat, yang muda melawan yang tua, saudara memusuhi saudaranya, guru saling berseteru, buruh jadi musuh, di mana-mana banyak yang melampiaskan kemarahan. </i><br />
<br />
<b>Akeh udan salah mangsa, akeh prawan tuwa, akeh randha meteng, akeh bayi tanpa bapa, agama akeh sing nantang, kamanungsan akeh sing ilang, omah suci padha dibenci, omah ala padha dipuja, wanodya padha wani ing ngendi-endi</b> = <i>Banyak hujan turun salah musim, banyak perawan tua, banyak janda hamil, banyak bayi tanpa ayah, banyak orang menentang agama, banyak orang kehilangan kemanusiaan; rumah suci dibenci, tempat maksiat dipuja, dan wanita berani tampil di mana-mana</i>. <br />
<b><br />
</b><br />
<b>Ratu ora netepi janji musna kuwasa lan prabawane, wong padha mangan wong, kayu gligan lan wesi hiya padha doyan, dirasa enak kaya roti bolu, yen wengi padha ora bisa turu</b> = <i>Karena pemimpin tidak menepati janjinya, maka hilang kekuasaan dan pudar kewibawaannya, orang makan sesamanya, kayu dan besi juga dimakan layaknya kue bolu (korup), namun menyebabkan sulit tidur pada malam hari.</i><br />
<br />
Jika kita memahami utuh alur pikir Sang Pujangga buku tersebut isinya sangat logis. Karena, pada dasarnya kehidupan dunia ini pergulatan antara yang benar dan yang bathil. Perang keikhlasan melawan keserakahan. Bisa jadi yang dialami Sang Prabu dalam buku itu kejadian nyata atau sekedar pergumulan batin menuju insan kamil dan tatanan hidup yang madani.<br />
<br />
Merapi dan Laut Kidul, menurut kepercayaan Jawa memiliki kekuatan magis yang dijaga oleh penguasa halus. Sebagian orang Jawa percaya danyangnya Merapi itu danyangnya danyang se Jawa (baca: Nusantara). Sedangkan penguasa pantai selatan disebut Nyai Ratu Kidul. Itulah mengapa setiap Merapi meletus dan ombak Pantai Selatan 'menghajar' manusia selalu dikait-kaitkan dengan 'penguasa Jawa tidak tampak' sedang marah. <br />
<br />
Kalau kita mau jujur dampak psikologis letusan Merapi dan tsunami Pantai Selatan akan jauh lebih besar dari kerugian materi itu sendiri. Banyak orang percaya kalau fenomena alam ini pertanda bangsa bakal dirundung duka, pageblug akan<br />
tiba, kesulitan akan menghadang. Bahkan, sang penguasa akan lengser dan negeri kisruh. <br />
<br />
Cara berfikir seperti ini akan berakibat buruk bagi kesejahteraan dan kemajuan masyarakat kita. Sebagaimana kita ketahui ada beberapa titik di muka bumi yang dibuktikan secara ilmiah memiliki energi alam yang sangat besar. Energi besar menyedot perhatian. <br />
<br />
Ada gula ada semut. Di mana ada energi besar di situ pula banyak yang ingin merapat. Mereka memiliki interes ingin menguasai. Dengan prinsip menguasai titik inti akan mudah menguasai wilayah sekitarnya. Agama mengingatkan di situlah setan mulai bermain memperdayai manusia. Tentu dengan berbagai cara. Termasuk godaan dan bisikan. <br />
<br />
Itulah mengapa Kabah di Mekah yang konon pusat bumi sejak zaman Jahiliah sampai pasukan Muhammad merebutnya dalam perang tanpa pertumbahan darah. Terdapat ratusan lebih patung dan benda-benda keramat yang disembah dari penjuru jazirah. <br />
<br />
Benda-benda itu diyakini memiliki kekuatan gaib sebagai 'simbol penguasa jazirah' dari masing-masing suku. Sejak itu pula benda-benda tersebut disingkirkan oleh Rasulullah. Beliau juga menyuruh Bilal, si negro hitam legam untuk naik ke puncak Kabah mengumandangkan zzan. Sebuah kekuatan yang sesungguhnya. <br />
<br />
Barangkali benar anggapan sebagian orang. Di Merapi dan Pantai Selatan terdapat kerajaan makhluk halus. Penghuninya bangsa makhluk halus. Pasukannya banyak mereka juga memiliki kekuatan. Tetapi, kekuatan mereka tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan Allah Sang Pencipta. <br />
<br />
Sebagai masyarakat Jawa yang berpegang teguh pada ajaran taukhid kita hanya diperbolehkan bersandar pada Allah. Tuhan Penguasa Alam. Agama juga mengajarkan manusis supaya bersahabat dan selalu menjaga keseimbangan alam. Alam tidak boleh diganggu karena gangguan akan menjadi gesekan, dan gesekan berakibat bencana. <br />
<br />
Raja-raja Mataram sebagai simbol penguasa Jawa sudah memberi contoh pada rakyatnya sejak dulu. Alam yang memiliki potensi bergejolak dan berenergi dahsyat selalu dirangkul, didatangi, sesekali menyepi di sana. Bahkan, mengangkat juru kunci untuk menjaganya dari hal-hal yang tidak diinginkan. <br />
<br />
Menurut salah satu bait Serat Wedatama saking saktinya Raja Mataram saat itu penguasa Pantai Selatan pun tunduk padanya. Sebagaimana banyak tertulis di literatur dan cerita nenek moyang. Sosok khas Raja Mataram adalah berpegang pada ajaran Islam. Gemar berpuasa. Menggabungkan olah roso dan rogo. Rendah hati. Tidak banyak bicara dan sering melakukan tirakat di tempat-tempat tertentu sehingga menjadi manusia pilihan. orang Jawa menyebutnya digdoyo. <br />
<br />
Raja ke sana untuk berkomunikasi dengan Sang Khaliq dan mencari inspirasi bagaimana mengurus kerajaan dan rakyatnya. Bukan bermesraan dengan makhluk halus. Kalau pun toh Sang Raja dikarenakan banyak lelaku tirakat akhirnya digdaya dan 'makhluk halus penguasa wilayah' tunduk bahkan konon kadang membantu, itu lain hal. <br />
<br />
Bagaimana orang Jawa harus bersikap? Sejak zaman Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di Tanah Jawa beliau meyakini kalau tanah ini banyak dihuni danyang. Kehidupan mistis di Jawa sangat kental. Untuk itu beliau menciptakan 'Kidung Rumekso Ing Wengi' untuk dibaca tiap malam sebagai benteng diri. <br />
<br />
Sunan juga mengajak orang bersama-sama membaca Syahadad dan Surat Al Fatikhah sebelum pagelar ang. Menurut Sunan manusia tidak boleh lengah. Harus selalu eling lan waspodo. Berpegang pada ajaran agama. Tidak boleh mengikuti bahkan tunduk pada setan karena setan selalu menebar ketakutan dan keburukan. Inilah kidung tersebut: <br />
<br />
Ana kidung rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara, luputa billahi kabeh. Jim setan datan purun, paneluhan tan ana wani, miwah panggawe ala, gunane wong luput.<br />
<br />
Geni atemahan tirta, maling ngadoh tan purun ngarah mring mami, guna duduk pan sirna. Sakehing lara pan samya bali, sakeh ama pan samya miruda, welas asih pandulune. Sakehing braja luput, kadi kapuk tiba ning wesi, sakehing wisa tawa, sato galak lulut. Kayu aeng lemah sangar, songing landhak, guwaning wong lemah miring, myang pakiponing merak. <br />
<br />
Pagupakaning warak sakalir, nadyan arca segara asat, temahan rahayu kabeh.<br />
<br />
"Telah mengalun suara (kidung) di malam hari yang membuat kuat selamat terbebas dari penyakit dan segala marabahaya. Jin dan setan, segala bentuk sihir maupun perbuatan jahat lainnya, tidak bakal berani menggoda dan mengganggu; demikian pula halnya dengan para pencuri. <br />
<br />
Segala bentuk penyakit, hama maupun musibah semuanya menyingkir menjauhi kita. Berjenis-jenis senjata, racun maupun semua mantera yang bermaksud jahat --betapa pun ampuhnya, menjadi tidak berdaya berhadapan dengan kita; demikian pula halnya dengan sepak terjang binatang buas, benda-benda bertuah maupun perilaku orang-orang jahat. <br />
<br />
Ibaratnya batu-batu hancur lebur dan air lautan mengering, namun tidak menjadi penghalang tumbuh berkembangnya keselamatan maupun kebaikan kita. <br />
<br />
Semua yang ada di dunia ini milik Allah, dan kepada-Nya semua akan kembali. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. <br />
<br />
Kepada yang meninggal akibat bencana Merapi maupun tsunami mari kita doakan semoga mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya. Bagi yang sakit semoga lekas diberi kesembuhan, diberikan kesabaran dan kekuatan. Bencana merupakan ujian dari Allah, dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. <br />
<br />
Tugas manusia menjaga dan memelihara alam, karena alam sahabat kita, termasuk Merapi dan Laut Selatan.<br />
<br />
<a href="http://suarapembaca.detik.com/read/2010/11/05/095717/1486692/471/memandang-fenomena-mistis-merapi-dari-perspektif-agama?882205471">Memandang Fenomena Mistis Merapi darii Perspektif Agama</a><br />
Eman<br />
Jl Ksatrian II No 1A Semarang<br />
eman_sukanto@yahoo.co.id <br />
08122862512<br />
<br />
Generasi Muda Pencinta Budaya Jawa.IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7074873727772689439.post-16838705804697197912010-11-03T23:39:00.000-07:002010-11-03T23:39:02.290-07:00Sabda Sang Buddha<ul><li>“Janganlah percaya terhadap suatu berita hanya karena kamu telah mendengarnya.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap suatu tradisi hanya karena telah dilakukan turun-temurun.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap sesuatu hanya karena hal ini sesuai dengan pemikiranmu atau logika.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap sesuatu hanya kerena dikatakan oleh para tetua.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap sesuatu hanya karena dikatakan oleh seorang guru agama ternama.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap sesuatu hanya karena tertulis dalam kitab suci.</li>
<li>Janganlah percaya terhadap sesuatu biarpun seorang Tathagata [Sang Buddha] yang mengatakannya kepadamu.</li>
<li>Tetapi jika setelah melakukan observasi yang mendalam dan diketahui bahwa sesuatu itu bertentangan dengan hal yang baik, melanggar norma, menimbulkan penderitaan/merugikan jika dilakukan, dicela oleh para bijaksana maka sudah selayaknya hal itu tidak dilakukan.</li>
<li>Tetapi jika setelah melakukan observasi yang mendalam dan diketahui bahwa sesuatu itu berhubungan dengan hal yang baik, tidak melanggar norma, membawa kebahagiaan jika dilakukan, dipuji oleh para bijaksana maka sudah selayaknya hal itu dilakukan.”</li>
</ul>IMAM WIBAWA MUKTIhttp://www.blogger.com/profile/02354296371067121817noreply@blogger.com0